Para Mums pastinya sudah tidak asing lagi dengan ketidakstabilan hormon saat hamil. Hormon-hormon ini menemani Mums selama 9 bulan dan menjadi penyebab utama mual-mual dan gejala kehamilan lainnya. Mums yang sedang hamil harus mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang hormon-hormon ini. Apa saja sih hormon-hormon yang menemani perjalanan Mums dari menjelang hamil sampai melahirkan? 

Baca juga: Perkembangan Janin Tiap Trimester

 

Tepat Sebelum Kehamilan 

Follicle Stimulation Hormone (FSH)

Di awal siklus menstruasi Mums, FSH menstimulasi salah satu folikel ovarium agar matang dan bisa mulai memproduksi hormon estrogen. Estrogen akan mendorong lapisan rahim untuk mulai kembali pulih, dan ketika sel telur Mums dibuahi, hormon estrogen akan menghentikan produksi FSH. Hal inilah yang menyebabkan wanita tidak berovulasi ketika hamil.

 

Pada umumnya, Mums yang mengandung bayi kembar memiliki kadar FSH yang tinggi dalam tubuhnya karena FSK kemungkinan besar menstimulasi dua folikel ovarium. Biasanya, kadar FSH tinggi ada pada wanita berusia di atas 35 tahun. Oleh sebab itu, Mums yang berusia di atas 35 tahun juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bisa mengandung bayi kembar.

Baca juga: 5 Cara Untuk Mendapatkan Bayi Kembar

 

Luteinizing Hormone (LH)

Saat FSH memulai produksi hormon estrogen, estrogen memicu produksi LH yang memecah folikel dan mengeluarkan sel telur. Folikel yang pecah tersebut nantinya menjadi korpus luteum, yang normalnya akan hancur dalam jangka waktu 14 hari. Hal inilah yang memicu menstruasi Mums. Namun, kalau sperma bertemu dan membuahi sel telur, maka korpus luteum tidak akan hancur, melainkan tumbuh dan memproduksi hormon-hormon untuk mendukung perkembagan janin. Hormon progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum akan menyempurnakan pematangan rahim dan menghambat LH sampai akhirnya hormon tersebut akan mengecil secara perlahan dimulai pada minggu ke 6 sebelum diambil alih oleh plasenta. Kalau Mums sulit untuk hamil, biasanya dokter akan memeriksa kadar LH di dalam tubuh Mums. Kalau ditemukan kadar LH yang lebih tinggi dari normal maka itu berarti ovulasi belum terjadi atau terjadi ketidakseimbangan hormon seks.

Baca juga: 6 Penyebab Wanita Susah Hamil 

 

 

Saat Kehamilan

Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

HCG bisa dibilang hormon paling penting dan berpengaruh di saat kehamilan. HCG diproduksi oleh plasenta. Tugas paling umum dari HCG adalah memberikan sinyal kepada tubuh Mums bahwa ada calon bayi yang tumbuh di dalam kandungan Mums. Pada umumnya pada 10 minggu awal kehamilan, kadar HCG akan meningkat dua kali lipat setiap dua hari.

 

Para dokter juga percaya bahwa HCG merupakan penyebab mual di pagi hari pada wanita hamil. Mual tersebut disebabkan oleh meningkatnya kadar HCG. Maka itu, biasanya kalau Mums memiliki kadar HCG yang lebih tinggi, maka mual dan muntah yang Mums alami juga akan meningkat.

Baca juga: Hamil di Atas 35 Tahun, Amankah?

 

Progesteron

Progesteron diproduksi di awal kehamilan oleh korpus luteum. Korpus luteum akan terus memproduksi progesteron sampai kehamilan berusia 10 minggu sebelum akhirnya produksi progesteron diambil alih oleh plasenta.

 

Pada trimester pertama, kadar progesteron akan meningkat secara cepat sebelum menjadi stabil. Progesteron juga memiliki beberapa fungsi penting saat kehamilan seperti merileksasi otot-otot rahim dan menjaga sistem kekebalan tubuh Mums. Progesteron juga membantu Mums dalam proses persalinan normal.

 

Namun, ada pula efek samping dari fungsi progesteron tersebut. Ketika progesteron merileksasi otot-otot rahim, hormon tersebut juga merileksasi pembuluh darah di seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan menurunnya tekanan darah dan menyebabkan Mums mengalami pusing, naiknya asam lambung, mual, muntah, dan konstipasi. Progesteron juga dapat meningkatkan pertumbuhan rambut yang bisa jadi menjadi alasan tumbuhnya rambut di payudara atau di bagian bawah abdomen Mums.

Baca juga: Apa Saja yang Terjadi Pada Bayi Dalam Kandungan?

 

Estrogen

Seperti progesterone, estrogen juga diproduksi oleh korpus luteum sampai plasenta mengambil alih fungsi tersebut. Hormon kehamilan ini juga memiliki fungsi penting karena memicu perkembangan organ janin. Ketika kehamilan sudah memasuki akhir trimester pertama, tubuh Mums akan memiliki kadar estrogen yang semakin meningkat sebelum menjadi stabil.

 

Fungsi estrogen sangat penting karena membantu menstimulasi produksi hormon di dalam kelenjar adrenal janin dan meningkatkan kesehatan rahim Mums sehingga bisa memberi respon terhadap hormon oksitosin. Namun, hormon ini juga memiliki efek samping. Meningkatnya kadar estrogen juga memicu mual, meningkatnya selera makan, dan bahkan perubahan pada kulit termasuk pigmen kulit. 

Baca juga: 4 Tips Agar Anak Cerdas Sejak Dalam Kandungan

 

Hormon Plasenta & Hormon Laktogen Plasenta

Hormon plasenta meningkatkan volume pembuluh darah agar cukup untuk pertumbuhan bayi. Hormon laktogen plasenta menyiapkan payudara Mums agar siap untuk menyusui saat bayi sudah lahir. Kedua hormon yang diproduksi oleh plasenta ini juga berfungsi untuk menyesuaikan metabolisme tubuh Mums untuk memberi asupan nutrisi pada bayi.

 

 

Akhir Kehamilan dan Setelah Melahirkan

Oksitoksin 

Oksitosin adalah hormon yang meningkatkan keelastisan serviks menjelang persalinan. Oksitosin juga mendorong puting payudara untuk memproduksi susu. Banyak wanita yang percaya bahwa oksitosin adalah hormon yang memicu kontraksi saat persalinan. Pasalnya, Pitocin, obat yang biasanya diberikan untuk menginduksi kontraksi adalah bentuk sintetis dari oksitosin. Padahal, kadar oksitosin tidak meningkat saat kontraksi terjadi. Hanya saja, rahim Mums menjadi lebih sensitif dan responsif menjelang akhir kehamilan.

Baca juga: Manakah yang Lebih Baik, Persalinan Normal atau Caesar?

 

Prolaktin 

Hormon ini memiliki fungsi dalam produksi susu Mums yang biasanya meningkat 10 – 20 kali lebih banyak saat hamil. Prolaktin memastikan agar jaringan payudara siap saat laktasi dan pengeluaran susu.

 

Relaksin

Relaksin adalah hormon yang berfungsi untuk melonggarkan ligamen yang menahan tulang panggul serta merileksasi otot-otot rahim. Kedua hal tersebut sangat membantu Mums ketika sedang melahirkan bayi secara normal lewat jalan lahir.  (UH/OCH)

Baca juga: Persalinan Normal Setelah Pernah Caesar, Apakah Boleh?