Metronidazole

Digunakan Untuk Apa Metronidazole Itu?

Nama Paten :

Bacnidazole, Biatron, Dumozol, Farizol, Farnat, Fladazol, Flagsol, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, Heronid, Itranidasal, Metrofusin, Metrolet, Metronidazole, Metronidazole Fresenius, Mintriko, Miragyl, Molazol, Neo Gynoxa, Novagyl, Nulagyl, Progyl, Promuba, Provagin, Ragyl Forte, Rindozol, Ronazol, Salesnizol, Supplin, Tismazol, Trichodazol, Trogyl, Vagizol, Yatrizol-F, Fladystin
(ISO vol.50)

Penggunaan

Metronidazole tergolong dalam salah satu antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada vagina, lambung, hati, kulit, persendian, otak, dan saluran pernapasan. Antibiotik yang satu ini juga bisa digunakan sebagai kombinasi dengan obat antiulcer untuk mengobati jenis penyakit lambung tertentu.

 

Baca juga: Selain Cacar Monyet, Penyakit-penyakit Ini Bisa Ditularkan dari Hewan ke Manusia!

 

Sumber: (https://www.drugs.com/metronidazole.html)

Cara Kerja Obat

Metronidazole merupakan obat golongan antibiotik yang melawan bakteri. Cara kerja obat metronidazole ini ialah dengan menghentikan pertumbuhan bakteri dan protozoa.

 

Sumber: (https://www.drugs.com/metronidazole.html)

Efek Samping

Hampir sama seperti kebanyakan jenis obat, obat ini juga memiliki beberapa efek samping saat dikonsumsi. Efek samping metronidazole antara lain:
1. Efek samping yang umum terjadi: nyeri punggung, kebutaan, pandangan kabur, perubahan pola bicara, kebingungan, penglihatan berkurang, pusing, depresi, mengantuk, sakit mata, demam, sakit kepala, mudah marah, kekurangan koordinasi, mual, kejang, jalan tidak seimbang, cadel, punggung atau leher kaku, kesulitan berbicara, otot bergetar, lelah dan lemah, muntah, serta lemah pada tangan atau kaki.
2. Efek samping yang jarang terjadi: Feses berwarna hitam, darah pada urine, nyeri pada tubuh, panas dingin, kecanggungan, kesulitan dalam bernapas, penyumbatan telinga, sakit saat buang air kecil, kehilangan suara, penyumbatan hidung, bintik merah pada kulit, hidung berair, kulit ruam, merah, dan gatal, bersin, nyeri punggung atau sakit perut parah, perdarahan atau memar yang tidak normal, iritasi pada vagina, gusi berdarah, kembung, nyeri dada, konstipasi (sulit buang air besar), batuk, urine berwarna gelap, detak jatung cepat, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, sakit tenggorokan, luka atau bisul pada bibir atau mulut, hingga kulit atau mata menguning.
3. Efek samping yang kejadiannya tidak diketahui: kulit mengelupas atau mengendur, darah pada urine, rasa terbakar saat buang air kecil, diare berkelanjutan, sakit perut berkelanjutan, peningkatan volume urine, urin encer dan pucat, nyeri otot atau sendi, tidak dapat menahan buang air kecil, luka merah pada kulit, iritasi mata, serta kemerahan pada wajah, leher, dada bagian atas, dan kulit.

Meski begitu, perlu diingat bahwa tidak semua orang mengalami tanda-tanda di atas. Kamu mungkin saja mengalami salah satu, beberapa, atau efek samping lain yang tidak disebutkan. Jika Kamu merasakan hal yang tidak wajar, segeralah berkonsultasi kepada dokter.

 

Baca juga: Hati-hati, Bakteri di Gusi Bisa Merembet ke Jantung!

 

Sumber: (https://www.drugs.com/sfx/metronidazole-side-effects.html)

Pemakaian Obat

Kamu yang mengonsumsi obat ini perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Ikuti semua aturan sesuai dengan anjuran dokter dan jangan menggunakan dosis obat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang direkomendasikan.
2. Jangan menghancurkan, membelah, atau mengunyah tablet extended-release. Minumlah tablet tersebut secara utuh.
3. Jika Kamu dalam pengobatan infeksi vagina, pasangan Kamu harus mengonsumsi metronidazole.
4. Jangan menyusui dalam waktu 24 jam setelah menggunakan obat ini.
5. Jangan berikan obat ini pada anak-anak tanpa anjuran tenaga kesehatan.

Selain itu, yang tidak kalah penting untuk Kamu ketahui ialah mengenai penyimpanan obat ini. Simpanlah obat ini dalam suhu ruang dan jauhkanlah dari suhu lembap dan panas.

 

Sumber: (https://www.drugs.com/metronidazole.html)

Dosis

Dokter akan memberikan dosis obat sesuai dengan kondisi kesehatan dan tingkat keparahan penyakit. Namun, dosis yang umum digunakan, yaitu:

Diberikan secara oral
1. Dosis yang diberikan adalah 800 mg selama 5 hari untuk infeksi usus dan selama 5-10 hari untuk infeksi usus parah. Dosis maksimal yang diberikan adalah 2,4 gr/hari.
2. Untuk mengobati trichomoniasis, penyakit menular seksual yang disebabkan oleh serangan protozoa parasit Trichomonas vaginalis, diberikan 2 gr untuk dosis tunggal, 200 mg 3 kali sehari untuk 7 hari, atau 400 mg sebanyak 2 kali sehari untuk 5-7 hari.
3. Untuk mengobati giardiasis, infeksi usus yang disebabkan oleh Giardia lamblia, yang mengakibatkan diare, diberikan 2 gr/hari untuk 3 hari, 400 mg 3 kali sehari untuk 5 hari, atau 500 mg 2 kali sehari untuk 7-10 hari.
4. Untuk menghilangkan bakterial vaginosis, diberikan 2 gr untuk dosis tunggal atau 400 mg 2 kali sehari untuk 5-7 hari.
5. Untuk masalah nekrosis ulserasi periodontitis akut, diberikan dosis 200 mg 3 kali sehari untuk 3 hari.
6. Untuk meredakan infeksi gigi akut, dosisnya sebesar 200 mg 3 kali sehari untuk 3-7 hari.
7. Untuk mengobati infeksi bakteri anaerobik, dosis awal diberikan 800 mg, kemudian 400 mg setiap 8 jam untuk 7 hari. Dosis maksimal adalah 4 gr/hari.
8. Untuk mencegah infeksi bakteri anaerob pascaoperasi adalah 400 mg setiap 8 jam sekali pada saat 24 jam sebelum operasi.
9. Untuk menghilangkan masalah Eradikasi H. pylori dan tukak lambung, dosis yang diberikan 400 mg 2 kali sehari dengan kombinasi obat antibakterial lainnya dan PPI (Proton Pump Inhibitor), atau 400 mg 3 kali sehari jika diberikan dengan omeprazole dan amoksisilin.
10. Untuk menghilangkan ulkus kaki, dosis diberikan 400 mg 3 kali sehari untuk 7 hari.

Diberikan melalui intravena
1. Untuk melawan infeksi bakteri anaerob, dosis diberikan 500 mg dengan infus 100 mL dalam larutan 5 mg/mL, kecepatan 5 mL/menit setiap 8 jam. Dosis maksimal adalah 4 gr/hari.
2. Untuk mencegah infeksi bakteri anaerob pascaoperasi, dosisnya adalah 500 mg sesaat sebelum operasi dan diulang setiap 8 jam.

Sediaan rektal
1. Untuk menyembuhkan infeksi anaerob, dosisnya 1 gr setiap 8 jam untuk 3 hari, kemudian setiap 12 jam hingga pengobatan melalui oral.
2. Untuk mencegah infeksi bakteri anaerob pascaoperasi, dosisnya 1 gr pada 2 jam sebelum pengobatan. Kemudian diulang setiap 8 jam untuk 3 hari. Kemudian menjadi setiap 12 jam hingga pengobatan oral memungkinkan.

Sediaan topikal
1. Untuk mengatasi Vaginosis bakterialis, diberikan gel 0,75% dengan dioleskan pada area intravagina 1-2 kali sehari untuk 5 hari.
2. Untuk masalah fungating tumor, diberikan gel 0,75% dengan dioleskan pada area tumor secara menyeluruh dan tutup dengan non-adherent dressing 1-2 kali sehari.
3. Untuk mengobati rosacea,penyakit kulit terutama di bagian wajah, digunakan gel, krim, atau losion 0,75% dengan doleskan secara tipis ke area yang terinfeksi 2 kali sehari selama 8 minggu.

 

Baca juga: Infeksi Apa Saja yang Menyebabkan Kanker?
 

Sumber: (http://mims.com/indonesia/drug/info/metronidazole/?type=brief&mtype=generic)

Interaksi

Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Oleh karena itu, yang perlu Kamu ingat ialah untuk tidak memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat tanpa persetujuan atau anjuran dokter. Obat berikut dapat mengganggu kerja metronidazole:
1. Penggunaan metronidazole bersamaan dengan disulfiram dapat menimbulkan reaksi psikotik (gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya berhalusinasi).
2. Metronidazole merangsang efek obat antikoagulan oral.
3. Metronidazole meningkatkan risiko keracunan lithium.
4. Metronidazole dapat mengurangi pembersihan ginjal, yang menyebabkan peningkatan toksisitas atau keracunan 5-fluorourasil.
5. Metronidazole dapat meningkatkan kadar serum ciclosporin.
6. Metronidazole dapat meningkatkan kadar plasma busulfan dan dapat mengakibatkan keracunan busulfan yang parah.
7. Metabolisme metronidazole meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan fenobarbital dan fenitoin, yang mengakibatkan penurunan kadar serum metronidazole.

 

Sumber: (http://mims.com/indonesia/drug/info/metronidazole/?type=brief&mtype=generic)

 

Rekomendasi Artikel

Siap-siap Ya Mums, Ini 9 Perubahan pada Kulit Saat Hamil

Siap-siap Ya Mums, Ini 9 Perubahan pada Kulit Saat Hamil

Kehamilan memang memberikan banyak kejutan bagi tiap wanita, ada beragam perubahan yang terjadi pada fisik maupun mental Mums, satu diantaranya adalah perubahan kulit saat hamil.

Fitri Wulandari

17 May 2024

Apakah Diare Gejala Diabetes? Cari Tahu Di Sini!

Apakah Diare Gejala Diabetes? Cari Tahu Di Sini!

Apakah diare gejala diabetes? Jika Diabestfriends sering mengalami diare, wajib baca penjelasannya di sini, ya!

Uliya Helmi Ali

11 May 2024

Kenali Berbagai Warna BAB Bayi, Mana yang Normal?

Kenali Berbagai Warna BAB Bayi, Mana yang Normal?

Warna BAB bayi dapat berubah, ini tergantung pada pola makan bayi Mums. Ada yang berwarna hitam kehijauan dan terasa lengket, kekuningan. Mana warna BAB bayi yang normal?

Fitri Wulandari

08 May 2024

Asam Lambung Ibu Hamil Naik, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Asam Lambung Ibu Hamil Naik, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Keluhan ibu hamil bermacam-macam sekali. Ada banyak faktor penyebab ibu hamil mengalami kenaikan asam lambung, bukan hanya faktor makanan. Bagaimana mengatasinya?

Ana Yuliastanti

19 April 2024

Bantu Anak Memilih Skincare untuk Remaja

Bantu Anak Memilih Skincare untuk Remaja

Tidak hanya dewasa, para remaja juga perlu merawat kulit dengan menggunakan skincare. Simak rangkaian skincare untuk remaja serta rekomendasi produk yang sesuai usianya

Ella Nurlaila

08 April 2024

Penyebab Pipi Bayi Merah dan Cara Mengatasinya

Penyebab Pipi Bayi Merah dan Cara Mengatasinya

Pipi bayi merah bisa terjadi karena dipicu oleh berbagai sebab. Beberapa di antaranya adalah tumbuh gigi, ruam kulit, eksim, alergi dengan iritan, atau dan infeksi.

Ana Yuliastanti

05 April 2024

Perawatan Kulit Bayi Baru Lahir yang Sensitif

Perawatan Kulit Bayi Baru Lahir yang Sensitif

Bayi cenderung lahir dengan kulit yang sensitif. Salah satu tanda yang cukup umum dialami oleh bayi berkulit sensitif adalah kondisi kulit yang menjadi lebih cepat…

Reinaq Amara

16 February 2024

Dokter Spesialis Kulit Kelamin Berganti Menjadi Sp.DVE, Begini Penjelasannya!

Dokter Spesialis Kulit Kelamin Berganti Menjadi Sp.DVE, Begini Penjelasannya!

Sejak akhir 2023 gelar Sp.KK/Sp.DV berubah menjadi Sp.DVE. Masyarakat tidak perlu khawatir karena kompetensi Sp.KK/Sp.DV sama dengan dokter Sp.DVE.

Ana Yuliastanti

03 February 2024

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...