Penantian Mums dan Dads untuk bertemu si Kecil akan segera berakhir, seiring dengan datangnya hari yang sudah ditunggu-tunggu, yaitu hari persalinan. Deg-degan ya, Mums? Nah, supaya tahap proses persalinan berjalan lancar, yuk coba hindari beberapa aktivitas berikut yang berpotensi memperpanjang durasi proses bersalin. 

 

Tahap Persalinan Normal

Walaupun teknologi medis semakin canggih dan bedah caesar kini kian aman dibanding puluhan tahun lalu, persalinan normal tetap dianggap menjadi metode bersalin yang paling ideal dan aman. 

 

Pasalnya dengan melahirkan normal, janin dikeluarkan secara alami dengan tahapan pembukaan melalui jalan lahir. Sementara persalinan caesar adalah melalui pembedahan dan irisan di area abdomen dan rahim.

 

Sekilas tentang persalinan normal, beberapa tanda bahwa Mums sudah siap untuk melahirkan adalah sebagai berikut:

  • Merasakan kontraksi selama kurang lebih 30-70 detik dengan jeda setiap 5-10 menit. Sensasi kontraksi akan semakin kuat dan nyata seiring dengan besarnya pembukaan leher rahim, karena otot-otot rahim mengencang dan membuka untuk membantu mendorong bayi keluar. Pembukaan leher rahim dikatakan lengkap jika sudah mencapai 10 cm.
  • Merasakan nyeri intens pada pinggang dan punggung bawah. Rasa sakit ini bakan tidak akan hilang jika Mums bergerak atau mengubah posisi.
  • Keluar mukus atau cairan berwarna merah kecokelatan.
  • Kantung ketuban pecah dengan ciri keluar air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan alirannya tidak bisa dihentikan layaknya jika Mums menahan rasa ingin buang air kecil.

 

Tak hanya mengenali tanda persalinan, penting juga untuk mengetahui tahap persalinan. Dimulai dari fase pertama yang terdiri dari fase laten (pembukaan mulut rahim kurang dari 4 cm, dan butuh setidaknya 8 jam untuk mengalami kemajuan pembukaan jika baru pertama kali melahirkan) dan fase aktif (pembukaan mulut rahim 4-10 cm, yang disertai dengan penurunan bagian bawah dari janin). 

 

Setelah itu, masuk ke fase kedua yaitu mengejan, fase ketiga yaitu pengeluaran plasenta, dan fase keempat sebagai masa observasi pasca kelahiran untuk memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, dan laju napas), kontraksi uterus, maupun banyaknya perdarahan yang keluar.

 

Baca juga: Covid-19 Terbukti Airborne Disease, Lindungi Rongga Mulut dan Hidung Kita!

 

Bumil, Hindari Hal Ini agar Persalinannya Lancar

Perlu diingat, persalinan merupakan proses alamiah yang sangat unik. Artinya, pada satu ibu bisa saja mengalami fase persalinan secara cepat dan hanya berlangsung selama beberapa jam. Sementara pada ibu lainnya, proses persalinan berjalan sangat lambat, sehingga membutuhkan waktu belasan jam bahkan hingga beberapa hari.

 

Lancar atau tidaknya  persalinan normal, kembali lagi pada bagaimana Mums menyiapkan fisik dan mental. Melakukan antenatal care (pemeriksaan hamil) juga ikut membantu kelancaran persalinan, agar kehamilan bisa terpantau dengan baik, terutama jika terjadi kelainan serta komplikasi.

 

Dirangkum dari berbagai sumber, ada beberapa hal yang semestinya Mums hindari demi kelancaran persalinan. Yaitu:

 

  • Kurang bergerak

 

Kondisi fisik Mums di trimester tiga memang sudah sangat terbatas. Bahkan, untuk melakukan aktivitas sederhana seperti bangkit dari tempat duduk dan turun dari tempat tidur, sudah sangat menguras tenaga. Walau begitu, bukan berarti Mums hanya berpasrah dan berbaring sepanjang hari, ya. Tetaplah bergerak dan akan lebih baik jika bisa berkeringat. 

 

Menurut penjelasan Tia Pratignyo, childbirth educator sekaligus certified doula dari NujuhBulan Studio, manfaat olahraga bagi ibu hamil menjelang persalinan memberikan relaksasi mental. Sekaligus, untuk melatih daya tahan tubuh untuk melewati proses persalinan. Jadi, tetaplah bergerak walaupun kaki Mums sudah tak nyaman digerakkan karena bengkak, atau badan mudah terasa pegal.

 

 

  • Berhenti minum multivitamin kehamilan

 

Karena merasa hampir sampai “di akhir perjalanan”, banyak calon ibu yang merasa sudah aman untuk berhenti mengonsumsi suplemen vitamin. Padahal, trimester ketiga merupakan fase pematangan janin agar ia dapat lahir dengan sehat dan sempurna. 

 

Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat asupan nutrisi mikro untuk kelancaran persalinan dan kesehatan bayi. Seperti asupan vitamin D yang dapat mengurangi risiko persalinan prematur dan pre-eklampsia, suplemen zat besi untuk mencegah anemia akibat tingginya volume darah yang dikeluarkan saat persalinan, serta asam folat yang dapat menghindarkan Mums dari risiko peningkatan kadar homosistein (asam amino dalam darah) yang menimbulkan risiko penyumbatan pembuluh darah.

 

 

  • Lupa bernapas

 

Apa benar kita bisa lupa bernapas? Lupa di sini bukan berarti berhenti bernapas dan tidak menghirup oksigen sama sekali, ya. Namun, Mums tidak bernapas dengan cara yang benar.

 

Metode bernapas yang disarankan untuk dilakukan, terutama ketika Mums berada dalam proses persalinan, adalah pernapasan perut yang panjang dan dalam. Metode bernapas ini lebih menguntungkan karena membantu Mums merasa lebih rileks, mengurangi stres, memberi oksigen pada jaringan dalam tubuh, dan memperkuat diafragma agar nantinya Mums lebih siap dan kuat untuk mendorong bayi keluar.

 

Hal lain yang harus dihindari adalah menahan napas, yang umumnya dilakukan untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi datang. Padahal sebaliknya, oksigen yang Mums hirup akan membantu si Kecil yang sedang berjuang mencari jalan lahirnya. Jika Mums menahan napas, maka detak jantung bayi pun menurun.

 

Baca juga: Gemar Minum Teh? Meski Sehat, Tetap Waspada Efek Sampingnya!

 

 

 

  • Melawan rasa sakit kontraksi

 

Tak perlu ditutup-tutupi lagi, melahirkan memang sakit. Namun, rasa sakit kontraksi tersebut merupakan rasa sakit yang positif, begitu Tia Pratignyo menyebutnya. Kenapa positif? Karena, dengan semakin seringnya kontraksi datang dengan durasi yang lebih lama, itu berarti momen untuk bertemu dengan si Kecil semakin dekat. Jadi, apa yang harus dilakukan? Terima dan nikmati saja rasa sakit itu.

 

Di sinilah Mums bisa mulai mempraktikkan ilmu yang didapat saat mengikuti sesi senam hamil atau pun yoga hamil. Katakan dan yakinkan pada diri sendiri bahwa rasa sakit ini Mums terima dengan ikhlas dan pasrah. Percayalah bahwa rasa sakit ini akan mempercepat momen berharga yang ditunggu-tunggu.

 

Selain menerima rasa sakit, dengarkan pula sinyal yang dikirim oleh tubuh Mums. Misal, jika nyeri tidak terhindarkan, cobalah lakukan gerakan memutar pinggul untuk meringankan nyerinya. Atau ketika Mums merasa ingin beristirahat, istirahatlah dan tenangkan diri Mums. Itulah kenapa, Tia selalu mengatakan bahwa persalinan akan lebih mudah dijalani jika Mums lebih sadar mendengarkan tanda-tanda yang dikirimkan oleh tubuh.

 

 

  • Berteriak Melengking

 

Ketika kontraksi semakin intens, banyak para ibu yang refleks untuk berteriak. Hal ini sebenarnya tak dilarang, karena bersuara atau berteriak merupakan bentuk ekspresi yang bisa melepaskan ketegangan. Namun ingat, hindari berteriak melengking, yang justru akan membuat leher rahim semakin tegang dan malah menguras energi.

 

Tia menyarankan agar Mums bersuara dengan nada rendah dan diarahkan ke bagian tubuh bawah. Dengan teknik seperti ini, Mums mendapatkan manfaat relaksasi, memudahkan persalinan, sekaligus terus bernapas.

 

Baca juga: 10 Trik agar si Kecil Tidur Nyenyak di Malam Hari

 

Sumber:

Today’s Parent. Easier Labour.

Baby Chick. What Not to Do During Labour.

Wawancara dengan Tia Pratignyo, Childbirth educator dan certified doula dari NujuhBulan Studio.