Wanita dengan endometriosis mungkin khawatir akan kesulitan untuk hamil. Namun, ternyata ada juga lho yang hamil serta memiliki anak yang sehat. Lalu, apakah endometriosis saat hamil bisa sangat berisiko? Daripada penasaran, simak penjelasan selengkapnya yuk, Mums!

 

Apa Itu Endometriosis?

Endometriosis terjadi saat jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala, seperti nyeri saat haid, menstruasi yang tidak teratur, hingga nyeri saat buang air besar ataupun air kecil. Para ahli pun memperkirakan 10% wanita menderita endometriosis.

 

Baca juga: Wanita, Jangan Anggap Sepele Endometriosis!

  

Apakah Kehamilan Dapat Menyembuhkan Endometriosis?

Beberapa orang meyakini bahwa kehamilan dapat mengurangi gejala endometriosis. Hal ini karena peningkatan kadar hormon progesteron selama hamil dinilai dapat mengurangi gejala-gejala endometriosis.

 

Penelitian menemukan bahwa progestin, versi sintetis dari progesteron, dapat mengurangi nyeri akibat endometriosis pada 90% wanita. Namun, tidak semua wanita dengan endometriosis gejalanya jadi membaik ketika sedang hamil.

 

Faktanya, kehamilan dapat memperburuk beberapa gejala endometriosis. Ini disebabkan terjadinya peningkatan hormon estrogen, sehingga dapat mendorong lebih banyak lesi (jaringan abnormal) endometriosis untuk berkembang.

 

Bahkan setelah melahirkan, gejala endometriosis bisa saja muncul. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian tinjauan pada 2018, kehamilan bukanlah cara untuk mengendalikan atau mengobati gejala endometriosis maupun menyembuhkannya.

 

Baca juga: 9 Posisi Bercinta yang Nyaman bagi Penderita Endometriosis

  

Risiko Endometriosis saat Hamil

Mums yang tengah hamil dan memiliki endometriosis mungkin lebih mungkin mengalami komplikasi. Meski begitu, kasus ini jarang terjadi. Kebanyakan orang dengan endometriosis dapat hamil.

 

Selain itu, tidak ada tes atau perawatan khusus yang harus dilakukan oleh wanita dengan endometriosis ketika hamil. Namun, endometriosis saat hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi berikut:

 

1. Pre-eklampsia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Denmark pada 2017, ibu hamil dengan endometriosis memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pre-eklampsia. Gejala pre-eklampsia meliputi tekanan darah tinggi, pembengkakan pada tungkai, sakit kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri di bawah tulang rusuk. Oleh karena itu, ibu hamil dengan gejala pre-eklampsia harus berkonsultasi ke dokter.

 

2. Plasenta Previa

Penelitian pada 2016 menunjukkan bahwa endometriosis saat hamil secara signifikan dapat meningkatkan risiko plasenta previa. Plasenta previa adalah kondisi plasenta atau ari-ari berada di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

 

Kondisi ini dapat membahayakan janin dan Mums saat melahirkan. Oleh karena itu, ibu hamil dengan plasenta previa disarankan untuk melahirkan secara Caesar. Gejala utama dari plasenta previa antara lain perdarahan pada vagina berwarna merah terang.

 

3. Kelahiran Prematur

Penelitian menunjukkan bahwa endometriosis dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur atau persalinan saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

 

4. Keguguran

Menurut penelitian pada 2017, endometriosis juga dapat meningkatkan risiko keguguran. Beberapa orang dapat mengalami nyeri punggung bagian bawah, kram, atau perdarahan selama kehamilan. Jika mengalami gejala tersebut, sangat dianjurkan untuk segera ke dokter.

 

Baca juga: Ketahui Beda Kista, Miom, dan Endometriosis, Agar Tidak Keliru Lagi!

 

 

Endometriosis saat Hamil, Bagaimana Penanganannya?

Sebagian orang dapat mengurangi beberapa gejala endometriosis dengan olahraga ringan. Namun, sebagian lainnya perlu melakukan terapi hormon untuk mengendalikan endometriosis. Terapi ini meliputi pil progestin saja, pil kombinasi (estrogen dan progestin), maupun alat kontrasepsi (IUD).

 

Namun, terapi hormon cenderung tidak aman digunakan saat hamil. Beberapa cara yang aman untuk mengendalikan atau mengelola endometriosis saat hamil adalah:

  • Minum obat penghilang rasa sakit dengan persetujuan atau resep dokter.
  • Cobalah untuk melakukan olahraga ringan, seperti yoga atau peregangan, untuk meringankan nyeri di punggung.
  • Konsumsilah makanan yang kaya akan serat untuk mengurangi gejalanya.

 

Banyak wanita dengan endometriosis bisa hamil dengan aman dan sehat. Namun, dibutuhkan bantuan dari dokter. Beberapa wanita mengalami gejalanya berkurang setelah kehamilan dan menyusui. Namun, sebagian lainnya justru merasa gejalanya semakin buruk. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi ke dokter bagaimana mengelola gejala endometriosis sebab beberapa pilihan pengobatannya tidak aman untuk ibu hamil. 

 

Sekarang, Mums jadi lebih tahu kan seputar endometriosis saat hamil? Oh iya, kalau Mums ingin bertanya atau berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi atau masalah kesehatan yang dialami, yuk manfaatkan fitur online consultation ‘Tanya Dokter’ yang ada di aplikasi GueSehat khusus Android! (AS)

 




 

 

Sumber:

Baby Center. Is it true that pregnancy can cure endometriosis and menstrual problems?

Medical News Today. 2018. What to know about endometriosis during pregnancy.