Wanita adalah salah satu makhluk hidup yang terbilang sangat rentan terhadap berbagai penyakit organ reproduksi. Salah satu jenis penyakit yang mungkin dapat terjadi pada organ reproduksi wanita adalah endometriosis. Penyakit endometriosis ini sendiri merupakan kondisi medis yang termasuk umum dialami oleh wanita di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Dan sebagian besar penderita endometriosis adalah wanita dengan rentang usia antara 25 hingga 40 tahun.

 

Bagi Kamu yang belum mengetahui endometriosis, endometriosis adalah suatu penyakit yang terjadi ketika jaringan yang merupakan lapisan permukaan rahim atau biasa disebut endometrium tumbuh di bagian luar rahim. Lapisan endometrium ini dapat tumbuh pada bagian indung telur atau lapisan panggul belakang rahim, bahkan dapat menutupi bagian atas vagina.

 

Jika seorang wanita mengidap endometriosis, jaringan endometrium akan mengalami proses penebalan dan peluruhan yang hampir sama dengan proses ketika wanita sedang mengalami menstruasi. Namun, yang berbeda pada penderita endometriosis adalah ketika proses peluruhan tersebut darah akan mengendap dan tidak bisa keluar karena jaringan terletak di luar rahim. Akibatnya, lama-kelamaan endapan yang terbentuk tersebut dapat mengiritasi jaringan yang ada di sekitarnya hingga muncul rasa sakit, bengkak, dan bahkan dapat menimbulkan masalah kesuburan wanita.

 

Penyebab timbulnya gangguan pada jaringan endometrium ini sebenarnya belum dapat dipastikan, namun ada beberapa penjelasan tentang bagaimana endometriosis dapat terjadi, antara lain :

  1. Retrogade menstruation atau aliran menstruasi berbalik arah. Artinya terdapat proses menstruari yang tidak normal yaitu darah menstruasi yang mengandung banyak sel endometrium mengalir naik menuju tuba falopi atau saluran telur dan kemudian masuk ke dalam rongga perut. Sel-sel endometrium yang menyebar tesebut kemudian akan menempel pada organ-organ panggul dan tumbuh di sana.
  2. Gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu menghilangkan sel-sel endometrium yang secara tidak normal tumbuh di luar rahim.
  3. Perpindahan sel-sel endometrium ke bagian tubuh lain melalui darah ataupun sistem limfatik. Dalam beberapa kasus, endometriosis dapat ditemukan di bagian-bagian organ terpencil yang jauh dari rahim seperti mata atau otak.
  4. Metaplasia, yaitu proses berubahnya sel dari satu jenis menjadi jenis lain sebagai respons adaptasi terhadap lingkungan. Endometriosis terjadi karena sel matur yang terdapat di luar rahim seorang wanita berubah menjadi sel-sel endometrium.

Penyakit endometriosis sebenarnya tidak tergolong sebagai penyakit yang mematikan, namun penyakit ini memiliki gejala dalam jangka panjang atau bersifat kronis. Umumnya, endometriosis akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada perut bagian bawah dan daerah sekitar pinggul. Gejala ini biasanya akan terasa semakin parah saat sebelum dan selama siklus menstruasi berlangsung. Rasa sakit ini juga dapat muncul ketika penderita melakukan hubungan seksual ataupun setelah melakukannya. Bahkan tidak jarang pula rasa sakit akan dirasakan penderita saat buang air kecil dan besar.

 

Selain rasa sakit yang ditimbulkan, kondisi endometriosis juga kerap menimbulkan beberapa gejala lain yang dapat mengganggu keseharian seperti perut yang terasa kembung, diare, konstipasi, mual saat menstruasi, darah yang terkandung pada feses atau urin, volume darah yang berlebihan saat menstruasi, serta terjadinya pendarahan di luar siklus menstruasi.

 

Gejala yang ditimbulkan oleh endometriosis sebenarnya bervariasi, tergantung dari letak tumbuhnya jaringan endometrium. Maka dari itu, sangat penting bagi Anda untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan. Hal ini bertujuan agar Anda juga bisa segera mendapat penanganan yang tepat terhadap kondisi endometriosis yang Anda alami.

 

Sejauh ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi endometriosis. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi obat pereda rasa sakit jenis anti inflamasi non-sterois (OAINS) seperti ibuprofen dan naproxen. Cara kedua adalah dengan melakukan terapi hormon guna menghambat produksi hormon esterogen dalam tubuh sehingga dapat mengurangi gejala endometriosis. Cara terapi hormon ini dapat ditempuh dengan berbagai jenis pilihan seperti hormon kontrasepsi seperti pil KB; terapi progestin seperti IUD; analog hormon pelepas gonadotropin; danazol; dan antiprogeston.

 

Beberapa cara yang telah disebutkan merupakan cara yang dapat ditempuh untuk mengobati endometriosis yang masih tergolong ringan. Sedangkan bagi penderita endometriosis yang terbilang parah, biasanya dokter akan menyarankan jenis pengobatan lain yaitu operasi pengangkatan jaringan endometriosis.

 

Endometriosis memang bukanlah jenis penyakit yang menyebabkan kematian terhadap penderitanya. Meski begitu, penyakit ini tetap tidak dapat disepelekan begitu saja. Sangat penting bagi Anda kaum wanita untuk lebih peka terhadap kondisi tubuh dan kemungkinan gejala yang timbul pada diri Anda. Hal ini sangat penting karena jika Anda mengalami gejala gangguan kesehatan tersebut, Anda dapat dengan segera memeroleh penanganan yang tepat.