Masa kehamilan menjadi masa yang membahagiakan bagi setiap pasangan, terutama bagi seorang istri. Namun, di masa ini bisa saja Mums mengalami hal-hal yang dapat menganggu kondisi kesehatan, salah satunya darah tinggi (hipertensi).

 

Darah tinggi adalah salah satu masalah kesehatan yang umum dialami oleh 10% wanita hamil. Kondisi ini tidak dapat diabaikan begitu saja jika terjadi pada saat Mums hamil. Pasalnya jika tidak ditangani secara tepat, berisiko bagi ibu dan juga bayi dalam kandungan.

 

Seorang ibu hamil dikatakan menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) jika tekanan darahnya berada di atas 140/90 mm Hg. Tekanan darah tinggi bisa saja tidak disadari oleh ibu hamil karena tidak menunjukkan gejala. Mums bisa pula saat hamil tiba-tiba mengalami tekanan darah tinggi, padahal sebelumnya normal-normal saja.

 

Mengapa tekanan darah bisa tinggi pada saat hamil? Hal ini ada hubungannya dengan perubahan hormon. Pada saat hamil, kadar hormon estrogen mengalami penurunan. Padahal, estrogen berfungsi menjaga pembuluh darah Mums.

 

Baca juga: Amankah Minum Obat Hipertensi saat Hamil?

 

Jika kadar estrogen sangat menurun, sel-sel pembuluh darah bisa mengalami kerusakan, yang kemudian memicu timbulnya plak. Adanya plak yang bertumpuk di pembuluh darah inilah yang mampu memicu peningkatan tekanan darah.

 

Dalam benak Mums mungkin timbul pertanyaan seperti ini, apakah setiap kehamilan akan berisiko terjadi darah tinggi? Seperti disebutkan di atas, jika penurunan kadar hormon estrogen berperan dalam terjadinya hipertensi. Kadar hormon estrogen akan cenderung menurun seiring pertambahan usia seorang wanita. Karenanya, kehamilan pada usia yang semakin tua tentu saja lebih berisiko.

 

Peningkatan tekanan darah bisa terjadi saat kehamilan dan disebut sebagai gestational hypertension. Tekanan darah meningkat pada usia kehamilan 20 minggu dan kembali normal setelah 12 minggu pasca-melahirkan. Dalam banyak kasus, kondisi ini tidak membahayakan bagi ibu dan janin. Namun, ini bisa meningkatkan risiko hipertensi pada wanita di masa mendatang.

 

Peningkatan darah bisa terjadi secara tiba-tiba menjelang trimester terakhir (setelah 20 minggu usia kehamilan), lalu menimbulkan pre-eklampsia. Kondisi ini bisa membahayakan kondisi ibu dan janin. Pre-eklampsia bisa berdampak pada gangguan organ, seperti hati dan ginjal.

 

Baca juga: Mengenal Macam-macam Hipertensi selama Kehamilan

 

Mums yang berisiko tinggi mengalami pre-eklampsia yaitu yang mempunyai riwayat darah tinggi sebelum kehamilan, mempunyai riwayat pre-eklampsia di kehamilan sebelumnya, hamil di atas usia 40 tahun, telah memiliki lebih dari 3 anak, serta menderita kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, gangguan ginjal, dan penyakit autoimun.

 

Hipertensi saat kehamilan sebaiknya tidak dianggap sepele sebab ada risiko-risiko yang bisa mengganggu kondisi janin dan ibu!

  1. Dampak utama pada janin adalah kekurangan gizi karena aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga dapat berujung pada terhambatnya pertumbuhan janin.

 

  1. Terhambatnya pertumbuhan janin bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah atau berisiko lebih besar terkena diabetes, penyakit jantung, dan pembuluh darah ketika dewasa.

 

  1. Pada kondisi pre-eklampsia, demi menyelamatkan nyawa ibu dan janin, dokter akan menyarankan agar bayi segera dilahirkan, sehingga risiko kelahiran prematur meningkat.

 

  1. Janin meninggal dalam kandungan. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan di atas 20 minggu. Pasalnya, janin tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.

 

  1. Perdarahan hebat. Kondisi ini bisa terjadi akibat plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum proses persalinan, yang mengakibatkan plasenta mengalami kerusakan.

 

  1. Mums sendiri berisiko mengalami hipertensi serta penyakit jantung dan pembuluh darah pasca-melahirkan.

 

Nah, untuk Mums yang saat ini sedang merencanakan kehamilan, mari peduli dengan kondisi kesehatan diri sendiri. Lakukan pemeriksaan prematernal guna mendeteksi jika ada hipertensi atau gangguan kesehatan lainnya.

 

Sedangkan untuk Mums yang saat ini sedang hamil, lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sehingga bisa mengetahui tekanan darah juga jika terdapat masalah pada janin. Yang tak kalah penting, tetap menjaga pola makan dan hidup sehat, serta menjaga kesehatan mental agar tidak mudah stres ya, Mums! (AS)

 

Baca juga: Mitos Pola Makan Tinggi Protein Terhadap Risiko Preeklampsia

 

 

Referensi

  1. Churchill D; Perry IJ; Beevers DG. Ambulatory blood pressure in pregnancy and fetal growth. Lancet. 1997. Vol.349. p.7-10.
  2. Carson M, Springel Edward. Hypertension and Pregnancy. 2018.
  3. High Blood Pressure in Pregnancy.
  4. Lapidus A. Effects of preeclampsia on the mother, fetus and child. 2010.