Menguasai kemampuan dasar seperti berkemih dan buang air besar di toilet, memang sebuah milestone yang penting untuk si Kecil. Walau begitu, tetap ingat bahwa milestone apa pun harus dicapai dengan proses pembelajaran yang menyenangkan ya, Mums. 

 

Jangan sampai membuat si Kecil trauma, apalagi memaksa ia harus bisa menggunakan toilet sebelum ia siap. Karena, sudah menunggu efek negatif yang bisa terjadi jika toilet training dipaksakan, lho.

 

Tanda si Kecil Siap “Pindah” dari Popok ke Toilet

Si Kecil yang sudah terbiasa melakukan kebutuhan dasarnya di popok, tentu membutuhkan latihan khusus, karena “pindah” dari popok ke toilet adalah sebuah langkah besar untuknya. Jika ditilik, ternyata hanya ada dua kunci agar toilet training bisa berlangsung sukses, yaitu pengaturan waktu dan kesabaran.

 

Perlu Mums tahu juga, keberhasilan potty training tidak ditentukan dari usia, melainkan bergantung pada pertumbuhan fisik, perkembangan keterampilan motorik dan sensorik, serta perkembangan perilakunya. Umumnya, hal ini bisa ditunjukkan di usia 18-24 bulan. Namun, bisa pula melebihi usia itu, karena bisa saja si Kecil baru siap hingga mencapai usia 3 tahun. 

 

Jadi, tidak usah terburu-buru. Jika Mums mulai terlalu dini, bisa saja Mums memerlukan waktu yang lebih lama untuk melatih si Kecil. Malah dobel capeknya, ya.

 

Lalu, apa tandanya si Kecil sudah siap potty training? Berdasarkan aspek yang berbeda, tanda berikut ini bisa dijadikan patokan:

1. Kesiapan fisik

  • Dapat berjalan dan berlari secara stabil.
  • Berkemih dalam jumlah cukup dalam satu waktu.
  • Memiliki jam biologis untuk buang iar besar yang teratur setiap harinya.
  • Tidak berkemih atau buang air besar minimal 2 jam, atau selama tidur siang. Hal ini menunjukkan otot kandung kemihnya sudah berfungsi dengan baik untuk menahan urine.

2. Kesiapan perilaku

  • Dapat duduk diam dalam satu posisi selama 2-5 menit.
  • Dapat menurunkan dan menarik celananya sendiri.
  • Risih jika popoknya basah atau kotor.
  • Menunjukkan ketertarikan untuk menggunakan toilet, seperti yang Mums atau orang dewasa lain lakukan.
  • Memberi tanda fisik atau verbal saat ia buang air besar seperti melenguh, jongkok, atau memberi tahu Mums bahwa ia akan pup.
  • Menunjukkan keinginan untuk melakukan hal-hal sederhana secara mandiri.
  • Merasa bangga jika berhasil melakukan sesuatu.
  • Tidak menangis atau menolak ketika diajak ke toilet/kamar mandi.

3. Kesiapan kognitif

  • Memahami rasanya kebelet pipis atau pup dan dapat memberi tahu Mums sebelum ia harus mengeluarkannya. Ia juga mampu menahan sampai punya waktu untuk sampai ke toilet.
  • Dapat mengikuti instruksi sederhana.
  • Memahami bahwa segala sesuatu ada tempat dan waktunya.
  • Dapat mengatakan “pipis”, “pup” atau kata-kata yang berkaitan dengan hal tersebut.

 

Baca juga: Bersiap dengan New Normal Life, Apa Saja yang Berubah?

 

Tenang, si Kecil tak perlu harus bisa menguasai semua hal yang sudah disebutkan di atas, kok, Mums. Namun jika sebagian besar jawabannya adalah ya, kemungkinan besar si Kecil sudah siap untuk “naik kelas” menjalani potty training.

 

Lalu, berapa hari potty training ini bisa berhasil dilakukan? Sebelum berharap banyak, Mums perlu ingat bahwa mengajarkan si Kecil untuk lihai menggunakan toilet dan lepas popok sepenuhnya, tidak bisa terwujud dalam satu malam. 

 

Ada anak yang bisa menguasainya dalam waktu 1 bulan, ada pula yang mencapai 6 bulan. Tak ada yang benar dan tak ada yang salah dalam hal ini. Karena ini adalah sebuah perubahan besar yang memerlukan persiapan cukup detail agar bisa berhasil. 

 

Tetaplah latih si Kecil untuk berkemih dan buang air besar di toilet secara rutin setiap hari. Koordinasikan juga rencana ini dengan pengasuh atau orang dewasa lain di rumah yang ikut mengasuh si Kecil.

 

Baca juga: Konsumsi Antibiotik Saat Menyusui, Amankah?

 

 

Bahaya Memaksakan Toilet Training

Jujur saya, keberhasilan toilet training bukan hanya menjadi prestasi bagi si Kecil, namun juga bagi kita sebagai orang tua. Bener enggak, Mums? Penghematan untuk biaya popok bisa dilakukan, bepergian lebih praktis, Mums pun bisa membanggakan prestasi ini di media sosial atau ketika mengobrol dengan kerabat. Itulah kenapa, pencapaian ini sering kali berjalan satu arah ketika si Kecil sebenarnya belum siap. 

 

Namun perlu diketahui, ada harga yang harus dibayar dari pilihan ini. Efek negatif dari potty training yang terlalu dini adalah si Kecil 4 kali berisiko lebih sering mengompol di malam hari atau tidak mampu menahan keinginan berkemihnya di siang hari. Hal ini didapatkan dari hasil sebuah penelitian yang dipublikasikan di Research and Reports on Urology pada 112 anak berusia 3-10 tahun yang menjalani potty training terlampau dini kurang dari 2 tahun.

 

Para peneliti juga mencatat bahwa anak-anak yang dipaksa potty training lebih dini, 3 kali cenderung lebih mudah mengalami konstipasi, yang mana masih ada kaitannya dengan kinerja kandung kemih yang dipaksa bekerja terlalu awal.

 

Kenapa hal ini bisa terjadi? Sebelum berusia satu tahun, si Kecil memiliki kemampuan terbatas untuk mengendalikan tubuhnya, termasuk kemampuannya untuk menahan hasrat berkemih atau buang air besar. Selain itu, kandung kemih si Kecil masih terus berkembang agar mencapai ukuran idealnya serta mampu terisi dan dikosongkan secara cepat. Semua kemampuan itu baru terbentuk sempurna di usia 3 tahun. Jika potty training mulai dilakukan sebelum organnya berkembang sempurna, tentu prosesnya pun akan terganggu dan tidak bekerja sebagaimana mestinya.

 

Bahkan, si Kecil yang mampu tidak berkemih di popoknya sepanjang hari, masih bisa mengompol di malam hari. Itulah mengapa, selain cukup usia, beberapa ahli menyarankan orang tua untuk melakukan dua potty training berbeda, yaitu untuk di siang hari dan di malam hari.

 

“Alasan orang tua untuk melakukan potty training sejak dini sangat beragam, mulai dari keinginan menyekolahkan anak ke prasekolah, menghemat biaya popok, mengurangi jumlah sampah, atau karena berpikir semakin dini usianya maka akan lebih mudah melatih satu keterampilan. Walau begitu, orang tua harus tahu bahwa akan ada akibat yang serius. Karena, si Kecil akan terbiasa untuk menahan kencing serta memengaruhi kapasitas kandung kemihnya," jelas Dr. Steve Hodges, penulis studi sekaligus seorang profesor urologi pediatrik di Wake Forest Baptist, Amerika Serikat.

 

Baca juga: 7 Manfaat Jeruk Nipis untuk Kesehatan

 

Sumber:

Baby Center. Potty Training Readiness Checklist.

ABCNews. Is Early Potty Training Harmful?