Seorang ayah terekam memukuli dan menyiksa putranya tanpa ampun. Sakit di badan, nyatanya tak separah dampak pada kejiwaan anak sebagai korban kekerasan orang tuanya. Simak ceritanya lebih lanjut di sini.

 

Kekerasan pada Anak Terus Meningkat!

Hari Selasa (20/12) ini, warganet dikejutkan oleh sebuah video berdurasi singkat yang menampilkan adegan kekerasan. Seorang ayah memukuli putranya dengan tangan kosong tanpa ada belas kasihan sedikit pun.

 

Video tersebut direkam dan dipublikasikan oleh Keyla Evelyne Yasir, seorang ibu dari satu putra dan satu putri. Tujuannya, untuk mendokumentasikan kekerasan yang dilakukan oleh mantan suaminya kepada anak-anaknya selama pernikahan mereka berlangsung.

 

Keyla memutuskan untuk menyebarluaskan aksi kasar mantan suaminya, R. Indrajana Sofiandi, di media sosial, karena merasa kesulitan untuk mendapatkan keadilan atas gugatan hukum yang ia layangkan. Sejak September lalu, gugatan sudah dibuat, namun tidak mendapat respons yang baik dari penegak hukum.

 

Yang miris, dalam video tersebut terlihat Kelvin Reyner, putranya, dipukuli berkali-kali oleh ayahnya. Pada satu video, Kelvin tampak pasrah menerima perlakuan kasar dari ayahnya, sementara di video yang lain Kelvin terlihat mulai berani membela diri saat dikasari oleh ayahnya.

 

Dinukil dari Kompas.com, kasus kekerasan terhadap anak memang meningkat. Data sepanjang tahun 2021 tercatat bahwa kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan mencapai 11.952. Sebanyak 58,6 persen atau 7.004 di antaranya adalah kasus kekerasan seksual. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), Baety Adhayati mengatakan, data yang tersaji saat ini merupakan puncaknya saja. Banyak korban anak di bawah umur yang tidak melapor atau bahkan enggan melapor karena alasan tertentu.

 

Baca juga: Anak Tya Ariestya Jatuh dari Tangga, Ini Pencegahan dan Pertolongan Pertamanya

 

Dampak Serius Kekerasan pada Fisik dan Mental Anak

 Ada banyak penelitian yang menunjukkan dampak buruk dari pelecehan terhadap kesehatan mental. Orang-orang yang selamat dari kekerasan selama masa kanak-kanak, tumbuh dengan harga diri yang rendah, kurang percaya diri, kecemasan berlebihan, depresi, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, serta prestasi jauh di bawah kemampuan asli mereka.

 

Kekerasan fisik yang diterima di masa kanak-kanak juga membentuk anak menjadi orang dewasa, atau orang tua yang kasar. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dihukum secara fisik, lebih cenderung mengabadikan praktik tersebut ketika sudah dewasa, karena percaya bahwa itu tidak hanya normal, tetapi juga diperlukan untuk membesarkan anak dengan benar.

 

Tak hanya itu, ratusan penelitian selama lima dekade telah menyimpulkan bahwa kekerasan fisik sangat merusak anak-anak dari segi perilaku, emosi, fungsi intelektual, dan kesehatan fisik 

 

Meta-analisis terbaru yang dilakukan oleh dua profesor pekerjaan sosial di University of Michigan pada tahun 2016, Gershoff dan Andrew Grogan-Kaylor, menganalisis 75 studi yang melibatkan 161.000 anak. Tiga kesimpulan penting ditarik, yaitu:

 

  • Memukul anak dengan tujuan mendisiplinkan tidak membuktikan bahwa dapat mengubah perilaku asli yang tidak diinginkan.

 

  • Ada 13 efek merugikan yang signifikan dari praktik kekerasan pada anak. Beberapa di antaranya adalah meningkatnya perilaku antisosial, gangguan hubungan orang tua-anak, gangguan kemampuan kognitif dan gangguan prestasi akademik, serta lebih mungkin menjadi korban kekerasan fisik.

 

  • Ketiga, paparan terhadap kekerasan menyebabkan bahaya besar yang bertahan hingga dewasa. Dan semakin banyak pengalaman buruk yang dialami seorang anak, semakin besar dampaknya. Efeknya termasuk peningkatan risiko penyakit fisik yang serius seperti kanker, diabetes, penyakit jantung dan paru obstruktif kronis, penyakit mental, bunuh diri, pencapaian pendidikan dan profesional yang lebih rendah, dan bahkan penurunan pendapatan.  

 

 

Pemulihan trauma dari kekerasan di masa kanak-kanak ini pun tak mudah dan membutuhkan banyak terapi. Anak tidak selalu berarti akan rusak secara permanen, namun ia juga harus bekerja keras memulihkan kesehatan mentalnya, dan  menghadapi fakta bahwa orang tua tidak penyayang dan brutal. Tegakah kita sebagai orang tua menjerumuskan anak ke dalam lingkaran masalah seumur hidupnya? Tentu tidak, ya.

 

Semoga kita semua mampu menjadi orang tua yang memberikan rasa aman, kasih sayang , dan masa kecil terbaik untuk buah hati tersayang. (IS)

 

Baca juga: 3 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang

 

 

 Baca juga: Tidak Dengan Kekerasan, Mendisiplinkan Anak Ada Triknya!

 

Referensi:

Developmental Science. Hitting Children Leads to Trauma

Kompas. Kekerasan Terhadap Anak

Womenshealth. Domestic Violence on Children

Mental Help. The Aftermath

Australian Government. Physical Punishment on Children