Jumlah kasus Coronavirus atau COVID-19 belum menunjukkan akan menurun, terutama di sebagian negara. Indonesia salah satunya. Jumlah korban meninggal dunia akibat virus ini juga semakin meningkat. Penyakit akibat virus ini bisa disembuhkan, bahkan ada yang tidak merasakan gejala apapun. Namun, Coronavirus juga bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

 

Sampai saat ini para ahli dan ilmuwan masih belum memahami sifat virus ini sepenuhnya. Namun, berdasarkan data, sebagian besar pasien yang meninggal dunia ataupun mengalami komplikasi serius akibat Covid-19 memiliki penyakit lain yang bersifat kronis, termasuk diabetes.

 

Kenapa Coronavirus lebih berbahaya pada penderita diabetes dan penyakit kronis lainnya? Ini penjelasan ahli.

 

Baca juga: Coronavirus pada Diabetes Lebih Berbahaya, Ini Cara Meningkatkan Imun!
 

Kenapa Coronavirus Lebih Berbahaya pada Penderita Diabetes?

Menurut ahli di Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penderita penyakit kronis, termasuk diabetes, memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi serius akibat coronavirus. Kenapa coronavirus lebih berbahaya pada penderita diabetes?

 

Menurut International Diabetes Federation (IDF), akan lebih sulit mengobati infeksi virus pada penderita diabetes akibat fluktuasi kadar gula darah dan kemungkinan adanya komplikasi diabetes lainnya. 

 

Sistem imun penderita diabetes tanpa adanya infeksi saja sudah terganggu akibat penyakit tersebut, sehingga akan lebih sulit untuk melawan infeksi seperti Covid-19. Jika terkena, masa pemulihannya juga akan lebih lama. Selain itu, virus tersebut kemungkinan akan tumbuh lebih subur di lingkungan dimana kadar gula darah tinggi.

 

Pada penderita diabetes tipe 1, di mana sel-sel pankreas tidak bisa memproduksi insulin, mereka memiliki riisko lebih tinggi terkena kondisi yang disebut ketoasidosis diabetik. Menurut American Diabetes Association (ADA), ketoasidosis diabetik bisa mengganggu kontrol asupan cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang juga sekaligus memengaruhi cara tubuh mengatai sepsis (komplikasi berbahaya akibat infeksi).

 

Syok sepsis adalah komplikasi serius yang dialami beberapa pasien terinfeksi Covid-19. Menurut data, rasio tingkat kematian (death rate) penderita diabetes yang terkena Covid-19 adalah 7 persen dibandingkan dengan 0.9 persen untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia namun tidak memiliki penyakit lain. Data ini berdasarkan penelitian pada  44.000 kasus Covid-19 di China.

 

Baca juga: Penyebab dan Pengobatan Gangguan Pendengaran pada Penderita Diabetes
 

Mencegah Kematian Penyandang Diabetes Karena Covid-19

Penyandang diabetes perlu melakukan pencegahan lebih intensif agar tidak tertular Covid-19. Misalnya dengan mematuhi anjuran untuk menetap di rumah dan tidak melakukan aktivitas yang mengharuskan untuk bertemu banyak orang.

 

Selain itu, penderita diabetes juga harus mengontrol kadar gula darah. Hal ini akan membantu sistem imun bekerja dengan baik dan optimal, sehingga akan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

 

Kalau Diabestfriends sedang sakit, perhatikan kadar gula darah. Pasalnya, penyakit juga bisa meningkatkan kadar gula darah, sehingga menyebabkan komplikasi lebih serius yang bisa semakin melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan coronavirus.

 

Diabestfriends juga perlu mewaspadai gejala infeksi Covid-19, yang umumnya meliputi demam, batuk, sesak napas, dan masalah pencernaan seperti diare. Biasanya, gejalanya muncul 2 - 14 hari setelah terpapar virus. 

 

Gejala Covid-19 mirip dengan gejala flu, jadi terkesan sepele. Namun, karena penularannya terus meningkat di Indonesia, maka Diabestfriends perlu waspada jika mengalami gejala-gejala menyerupai flu. Kalau gejala yang dialami bertahan hingga berhari-hari dan sangat mengganggu, segera periksakan ke dokter. (UH)

 

Baca juga: Mana yang Lebih baik, Minyak Kelapa atau Minyak Sayur untuk Diabetes?

 

Sumber:

The Sacramento Bee. Why is coronavirus more dangerous for people with diabetes?. Maret 2020.
DiaTribe Learn. What You Need to Know about Diabetes and the Coronavirus. Maret 2020.
Centers for Disease Control and Prevention. Interim Clinical Guidance for Management of Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19). Maret 2020.