Kehamilan adalah suatu masa penantian yang penuh dengan berbagai macam perasaan. Senang karena akan segera menimang si buah hati, deg-degan menjalani hari demi hari, dan tak terkecuali sedih jika ada masalah yang terjadi selama kehamilan.

 

Salah satu masalah yang lumayan sering saya hadapi saat hamil dahulu adalah masalah di sistem pencernaan. Mulai dari mual dan muntah, konstipasi alias sulit buang air besar, hingga peningkatan produksi asam lambung.

 

Ternyata, masalah di sistem pencernaan adalah masalah yang cukup umum dialami oleh wanita yang sedang hamil. Hal ini diduga berkaitan dengan tingginya kadar hormon progesteron dan prostaglandin pada wanita yang sedang hamil.

 

Dari sekian banyak masalah di sistem pencernaan, berikut adalah 5 masalah pencernaan yang sering dialami oleh wanita yang sedang hamil, beserta dengan gejala yang biasa muncul dan cara untuk menghadapinya.

 

Mual dan muntah

Kehamilan, terutama di usia awal kehamilan, sangat identik dengan kondisi mual dan muntah. Bahkan jika seorang wanita terlambat datang bulan dan kemudian dia mengeluh mual, tak jarang orang-orang terdekat pasti langsung berkata: ‘wah, Kamu hamil ya?’

 

Ternyata, mual dan muntah dialami oleh hampir 8 dari 10 wanita yang sedang hamil. Jadi memang hal ini umum sekali terjadi saat kehamilan! Biasanya puncak rasa mual terjadi pada usia kehamilan 9 minggu, dan akan berangsur-angsur membaik saat usia kehamilan 14 hingga 20 minggu.

 

Saya sendiri merasakan puncak rasa mual yang tak tertahankan sejak usia kehamilan 10 minggu dan baru berakhir saat usia kehamilan memasuki 16 minggu. Adapun salah satu penyebab seringnya ibu hamil mengalami kondisi mual adalah karena tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG), terutama pada trimester awal kehamilan.

 

Penanganan mual dan muntah saat hamil dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya makan dengan porsi sedikit tetapi sering, menghindari makanan yang merangsang mual seperti makanan berbau tajam dan yang rasanya terlalu pedas, mengonsumsi minuman atau permen dari jahe. Jangan sembarangan mengonsumsi obat untuk meredakan mual saat hamil ya Mums, karena tidak semua obat mual aman bagi janin yang dikandung.

 

Hyperemesis gravidarum

Versi paling parah dari mual dan muntah pada kehamilan adalah hyperemesis gravidarum atau HG. Pada kondisi HG, mual dan muntah terjadi secara persisten alias terus menerus dan dibarengi abnormalitas metabolisme, misalnya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Hal ini dapat berakibat negatif bagi janin yang dikandung karena dapat menyebabkan janin tidak bertumbuh sesuai usianya, bobot badan janin rendah, dan kelahiran prematur.

 

Wanita hamil dengan HG biasanya perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi infus untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang, terutama jika pasien masih sulit menerima asupan makanan dan minuman lewat mulut.

 

Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih jarang dari biasanya, ataupun ditemui adanya kesulitan dalam mengeluarkan massa feses saat buang air besar. Konstipasi juga merupakan salah satu keluhan pencernaan yang sering terjadi pada wanita hamil.

 

Kadar progesteron yang tinggi saat hamil diduga menjadi pemicu konstipasi, karena kondisi ini meningkatkan lamanya massa feses diam di usus sebelum bergerak ke anus. Kondisi rahim yang membesar pun diduga berperan menyebabkan konstipasi, karena menghalangi laju pergerakan feses ke anus.

 

Mengonsumsi serat dan air dalam jumlah cukup, serta melakukan aktivitas fisik dengan teratur dapat membantu mencegah terjadinya konstipasi saat hamil. Obat-obat untuk membantu melancarkan buang air besar atau obat pencahar sebaiknya dikonsumsi berdasarkan petunjuk dokter.

 

Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Masalah pencernaan lain yang cukup mengganggu saya saat hamil adalah gastroesophageal reflux disease atau biasa disingkat GERD. GERD adalah kondisi dimana terjadi refluks atau naiknya asam lambung ke kerongkongan atau esofagus. GERD ditandai antara lain rasa terbakar di tenggorokan, rasa asam di mulut, nyeri di ulu hati, dan perasaan tidak nyaman di lambung dan kerongkongan terutama saat berbaring terlentang.

 

GERD sendiri diduga dialami oleh 45 hingga 80 persen wanita yang sedang hamil. Namun biasanya gejalanya akan hilang dengan sendirinya setelah kehamilan selesai. Untuk mengurangi keluhan GERD saat hamil, saya dulu selalu tidur dengan bantal yang cukup tinggi sehingga posisi kepala berada kurang lebih 10 cm dari dasar kasur. Saya juga menghindari makanan dan minuman yang dapat memicu produksi asam lambung yang berlebihan, seperti kafein, makanan asam, dan cokelat.

 

Diare

Satu lagi masalah pencernaan yang sering dijumpai pada wanita hamil: diare. Namun dibandingkan dengan empat keluhan lain di atas, angka kejadian diare jauh lebih sedikit. Penyebab diare pada kehamilan umumnya sama dengan pada pasien yang tidak hamil, yaitu infeksi bakteri dan keracunan makanan.

 

Jika Mums mengalami diare yang disertai dengan demam, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Biasanya sampel feses dan/atau sampel darah akan diambil dan diteliti untuk melihat apakah memang ada infeksi bakteri yang menyebabkan diare tersebut. Jika memang ada infeksi bakteri, dokter akan memberikan antibiotik, tentunya dengan mempertimbangkan keamanannya juga untuk janin yang dikandung.

 

Mums, itu dia lima masalah pencernaan yang sering terjadi saat hamil. Mulai dari mual dan muntah hingga masalah yang berhubungan dengan buang air besar seperti konstipasi atau diare.

 

Meskipun masalah-masalah tersebut cukup sering terjadi, namun ada banyak cara untuk mencegahnya. Jika cara non-obat tidak dapat mengatasi gejala yang terjadi, ada baiknya Mums berkonsultasi dengan dokter yang menangani kehamilan Mums. Biasanya terapi obat akan dibutuhkan dalam kondisi tersebut. Selamat menjalani kehamilan yang sehat!

 

Referensi

Neeraj N, Radha S, Niranjana N. Gastrointestinal Diseases in Pregnancy; Diagnosis and Management. Gastro Med Res. 2(4). GMR.000544. 2019.