Melarang si Kecil dengan mengatakan “jangan” adalah salah satu bentuk disiplin yang paling mudah, tetapi tidak selalu yang paling efektif. Nah kalau begitu, Mums bisa coba nih, 6 cara yang lebih baik untuk membuat anak menuruti orang tuanya. Read on!

 

Kenapa Menghindari “Jangan”?

Tingkah polah balita yang senang berlarian, memegang semua barang, atau bertindak ceroboh, membuat orang tua dengan mudah jatuh ke dalam perangkap untuk terus mengatakan 'tidak' kepada si Kecil. Sepintas lalu, memang tidak ada salahnya memberi tahu si Kecil bahwa ada hal tertentu yang tidak dapat ia lakukan dan bagaimana ia belajar untuk berlaku baik.

 

Namun, sebuah survei yang dilakukan oleh University of California (UCLA) melaporkan bahwa, rata-rata anak berusia satu tahun dapat mendengar kata “jangan” sekitar 400 kali sehari! Dengan mendengar larangan sebanyak itu sejak usia dini dan setiap hari, para ahli pun mengaitkannya dengan berbagai dampak yang bisa terjadi pada proses perkembangan anak. Di antaranya adalah:

  • Membentuk pola berpikir yang negatif

Tumbuh di lingkungan di mana kata "jangan" terlalu sering digunakan, tidak hanya membuat anak stres. Pola berpikir pun secara perlahan sudah diatur negatif sejak usia dini. 

 

Mums mungkin pernah menjumpai orang dewasa yang percakapannya dibumbui dengan hal-hal negatif saat ia ingin menemukan solusi atas masalahnya. Nah, kemungkinan besar hal tersebut adalah produk dari orang tua yang selalu memberi tahu apa yang tidak boleh dilakukan, serta gagal mendorong anak mereka untuk berfokus pada solusi. Jadi, ketika Mums belajar bagaimana memperluas kosa kata kepada anak, sebenarnya dapat membantu proses berpikir si Kecil  untuk berkembang lebih maksimal.

 

 

  • Anak kehilangan kepekaan

 

Menggunakan "jangan" terlalu sering dapat membuat anak tidak peka terhadap artinya. Maka dari itu, para ahli psikologi menyarankan agar orang tua menyimpan kata tersebut untuk situasi yang mengancam jiwa. Sebaliknya, menggunakan frasa singkat, jelas, dan ringkas untuk menjelaskan mengapa si Kecil tidak boleh melakukan sesuatu, akan lebih baik.

 

 

Baca juga: Produk-produk Sirup buatan Dexa Group Dinyatakan Aman dari Cemaran Ethylene Glycol (EG)/Diethylene Glycol (DEG) oleh BPOM

 

 

Ganti Kata “Jangan” saat Melarang Anak

Sebagai orang tua, kita begitu sibuk membesarkan anak-anak dengan benar, sehingga lupa memperlakukan anak-anak dengan benar. Padahal, anak adalah manusia kecil yang mengalami pasang-surut, memiliki perasaan, serta juga bisa merasa frustrasi dan jengkel seperti orang dewasa. Maka, bisa dibayangkan kan, bagaimana perasaan si Kecil ketika Mums atau Dads berbicara dengan cara yang kurang baik? 

 

Nah, ada cara yang lebih baik untuk melarang atau mendisiplinkan anak daripada mengatakan "jangan”. Berikut beberapa di antaranya:

 

  • Setuju dengan permintaan anak

 

Misal, si Kecil minta permen atau susu sebelum jam makan. Daripada mengatakan “jangan” atau “tidak boleh”, Mums bisa menolak permintaannya dengan pernyataan positif. Misal, Boleh, tapi makan permennya abis Adek makan, ya”.

 

 

  • Tawarkan pilihan

 

Jika cara pertama tidak berhasil karena si Kecil bersikeras untuk mendapatkan keinginannya saat itu juga, cara kedua ini adalah strategi lanjutannya. Mums bisa menawarkannya dua pilihan. Sebagai contoh Mums bisa berkata, “Kalo Adek makan permennya sekarang, cuma dapat 1. Tapi kalo Adek bersabar ampe abis makan, Mama bakal kasih 4 permen. Adek mau yang mana?”. Selain menjadi cara untuk mendisiplinkannya, juga bisa mengajarkannya negosiasi yang sehat, lho.

 

 

  • Ambil dan jelaskan alasannya

 

Misal si Kecil memainkan makanannya atau melempar mainannya. Ketimbang mengatakan “jangan” atau berteriak agar ia berhenti melakukannya, Mums bisa mengambil aksi nyata dengan mengambil barang yang menjadi objek keingintahuan si Kecil. Setelah itu, jelaskan mengapa Mums mengambilnya dan mengapa ia seharusnya berhenti melempar.

 

 

 

Baca juga: Ini yang Harus Dilakukan saat Anak Tantrum di Tempat Ramai

 

 

 

  • Instruksikan dengan kata kerja

 

Menggunakan kata-kata kerja seperti, “Pintunya dibuka aja, ya” saat si Kecil bermain buka-tutup pintu, atau “Kalau minumnya sudah, gelasnya Mama ambil, ya” saat ia memainkan air di dalam gelas, nyatanya lebih bisa dipahami anak-anak, lho. Pernyataan seperti itu memberikan informasi yang lebih konkret daripada mengatakan tidak, sambil tetap menyampaikan pesan bahwa apa yang anak lakukan tidak baik. 

 

 

  • Berikan penjelasan sederhana 

 

Pemahaman balita sungguh sederhana, sehingga ia tidak bisa diberikan instruksi maupun alasan yang rumit. Mums bisa menggunakan kata “bahaya” jika ingin melarang si Kecil mendekati atau melakukan sesuatu yang riskan. Misal, “Nak, main di tengah aja, yuk. Kalau di dapur ada api, bisa berbahaya.”

 

 

  • Gunakan kata “stop” atau “berhenti”

 

Orang tua menggunakan “jangan” dengan tujuan untuk menghentikan apa pun yang anak lakukan,. Jadi sebaiknya gunakan kata itu sebagai gantinya. Misal, “Stop Dek lempar makanan. Sayang makanannya.”

 

Walau berusaha menghindari kata “jangan”, bukan berarti kata tersebut pantang dipakai, kok. Dalam beberapa kondisi seperti yang bisa membahayakan anak, menggunakan “jangan” tentu diperlukan. Selamat mencoba menjadi orang tua yang lebih banyak berkata positif ya, Mums! (IS)

 

 

Baca juga: Waspada! Ini Kebiasaan Buruk Orangtua yang Rentan Ditiru Anak

 

 

 

Referensi:

Very Well Family. How to Say No

Parents. Discipline Without Saying No

Today’s Parent. Alternatives of No’s

Alicia Eaton. What to Say Instead of No