Bulan Januari telah ditetapkan juga sebagai bulan kesadaran kanker serviks sedunia (international cervical cancer month). Penetapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kanker serviks membunuh ribuan wanita di dunia setiap tahunnya.

 

Di Indonesia, setiap hari 50 wanita meninggal akibat penyakit yang sebetulnya dapat dicegah atau dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, adanya bulan kesadaran kanker serviks diharapkan dapat mengingatkan kaum wanita untuk menjaga kesehatan serviks sekaligus melakukan tindakan screening rutin, supaya kelainan yang terjadi pada bagian serviks dapat terdeteksi di tahap awal. Apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan serviks?

 

#1 Pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksin HPV

Hampir semua kasus kanker serviks terkait dengan infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah sekelompok virus yang umum menginfeksi tubuh manusia, terutama pada rongga mulut dan alat reproduksi.

 

Sekitar 80% dari seluruh penduduk di dunia pernah mengalami infeksi HPV setidaknya sekali sepanjang hidupnya. Sebagian tipe virus ini tergolong tipe high risk, yakni infeksinya berpotensi menyebabkan penyakit serius, seperti kanker serviks, kanker anus, serta kanker orofaring. Tipe virus HPV yang diketahui menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18.

 

Baca juga: Keterlambatan Vaksinasi HPV, Komitmen Pemerintah Dipertanyakan

 

Kabar baiknya, vaksin yang berguna untuk mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 sudah tersedia luas di berbagai fasilitas kesehatan. Vaksin HPV bekerja dengan optimal jika diberikan sebelum seseorang berpeluang terpapar virus HPV, yaitu di rentang usia 11-12 tahun.

 

Saat ini, sudah mulai banyak sekolah menengah yang mengimbau siswinya untuk mendapatkan vaksin ini. Untuk memperoleh perlindungan yang optimal dari vaksin HPV, Geng Sehat perlu mendapatkan serangkaian vaksin yang terdiri dari 2 hingga 3 kali pemberian.

 

Jika diberikan sebelum usia 15 tahun, maka Geng Sehat hanya perlu mendapatkan 2 kali vaksin dengan jeda pemberian selama 4 minggu antara vaksin pertama dan kedua. Akan tetapi, jika diberikan setelah Geng Sehat berusia 15 tahun, maka diperlukan 3 kali pemberian vaksin dengan jarak vaksin kedua dan ketiga minimal 12 minggu.

 

Untuk Geng Sehat yang sudah berusia lebih dari 26 tahun, vaksin HPV memang tidak akan memberikan banyak manfaat. Namun, Geng Sehat masih bisa menerima vaksin ini setelah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

 

Baca juga: Wanita Menikah pun Sebaiknya Divaksin HPV!

 

#2 Melakukan Pap smear bagi Geng Sehat yang sudah aktif secara seksual

Selain tindakan pencegahan dengan vaksin, hal penting lain yang tidak boleh diabaikan dalam mengurangi risiko dan keparahan kanker serviks adalah usaha deteksi dini. Pemeriksaan rutin (screening) diharapkan dapat mendeteksi berbagai kelainan yang terdapat pada organ reproduksi, khususnya serviks, sedini mungkin. Penyakit yang berada di fase awal umumnya relatif lebih mudah diatasi dan memiliki peluang kesembuhan yang lebih besar.

 

Buat Geng Sehat yang belum familier dengan tindakan Pap smear, secara sederhana prosedur ini adalah pengambilan dan pemeriksaan sampel jaringan leher rahim (serviks) untuk mendeteksi ada atau tidaknya potensi ke arah pertumbuhan sel yang abnormal atau ganas (kanker).

 

Saat ini, pemeriksaan Pap smear sudah dapat dilakukan di banyak level fasilitas kesehatan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjalani prosedur Pap smear, di antaranya sudah aktif secara seksual, tidak berhubungan seks dan tidak menggunakan produk pembersih vagina selama 48 jam sebelum pemeriksaan, serta tidak dalam kondisi hamil maupun menstruasi.

 

Pada saat pemeriksaan dilakukan, Geng Sehat akan diminta berbaring dengan posisi mengangkang seperti akan melahirkan normal. Dokter atau bidan akan membuka mulut vagina menggunakan alat yang disebut speculum.

 

Baca juga: 5 Alasan Melakukan Pap Smear, Nomor 2 Kamu Harus Tahu!

 

Tidak perlu khawatir terasa sakit. Selama Geng Sehat berada dalam kondisi rileks dan mengatur napas dengan tenang, prosedur ini hanya akan sedikit menimbulkan rasa tidak nyaman. Selanjutnya, dokter akan mengambil sampel jaringan leher rahim dengan spatula dan memeriksakannya di laboratorium. Perlu waktu beberapa hari untuk dapat mengetahui hasil Pap smear.

 

Selain Pap smear, terdapat juga pemeriksaan lain yang relatif lebih sederhana untuk mendeteksi adanya abnormalitas leher rahim, yaitu inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Berbeda dengan Pap smear, pada IVA tidak dilakukan pengambilan sampel jaringan, melainkan hanya pengolesan zat asam asetat. Jika terjadi perubahan warna, maka dapat dicurigai kemungkinan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal, sehingga pemeriksaan harus dilanjutkan kepada tes yang lebih spesifik.

 

Baik Pap smear maupun IVA sebaiknya dilakukan secara rutin, bisa setahun sekali ataupun menurut anjuran dari tenaga medis yang memeriksa Geng Sehat. Yuk, gunakan bulan Januari sebagai pengingat untuk memeriksakan diri, sehingga bisa memantau kondisi kesehatan serviks Geng Sehat. Jangan lupa gunakan media sosial Kamu untuk mengingatkan lebih banyak sesama wanita agar melakukan pemeriksaan juga! Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: Infeksi Apa Saja yang Menyebabkan Kanker?

 

Referensi

WHO: Human papillomavirus (HPV) and cervical cancer

Centers for Disease Control and Prevention: HPV Vaccine Schedule and Dosing

WebMD: What Is a Pap Test?