Mengalami plasenta previa sungguh membuat saya merasa terbebani dan stres banget. Apalagi ini baru terdeteksi ketika usia kandungan saya sudah tergolong hamil tua, yaitu di 32 minggu. Kondisi tersebut benar-benar membuat saya merasa hancur, bahkan sudah enggak tahu lagi harus berbuat apa.

 

Berbagai cara sudah saya lakukan, dari berpindah dokter, minum berbagai macam vitamin, sampai senam hamil pun saya jalani. Sampai kemarin saya cek kandungan lagi, tepatnya ketika usia kandungan mencapai 35 minggu, masih belum ada perubahan.

 

Plasenta saya tetap berada di bawah rahim dan menutupi sebagian jalan lahir. Berat janin juga masih di bawah normal dan tensi darah saya tinggi. Seakan-akan ini membuat saya sudah putus harapan untuk dapat melahirkan anak kedua secara normal lagi.

Baca juga: Apa sih Bahayanya Hipertensi?

 

Padahal, saya selalu berpatokan dengan tradisi zaman dulu. Ibu-ibu zaman dulu saja bisa melahirkan tanpa bantuan operasi, bahkan tanpa minum obat-obatan. Mama saya saja bisa melahirkan kelima anaknya secara normal. Sekarang demi si Kecil, saya pun harus memberanikan diri untuk menghadapi operasi Caesar.

 

Mungkin terdengar berlebihan, karena pada dasarnya saya pribadi takut sekali sama yang namanya operasi. Bahkan dokter kandungan saya pun selalu menyarankan untuk bisa lahir normal kalau kondisinya bisa normal. Tapi kalau saya paksakan untuk lahir normal, justru sangat berbahaya buat janin dan saya sendiri. Saya bisa mengalami perdarahan hebat.

Baca juga: Perdarahan saat Hamil, Normal atau Tidak Normal?

 

Sampai dokter pun mengatakan, tidak ada cara lain untuk penanganan plasenta previa kecuali berdoa saja supaya plasentanya bisa bergeser menjauhi jalan lahir. Saya sudah banyak melakukan gerakan jongkok dan menungging setiap sebelum tidur, namun ternyata itu justru tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan perdarahan sebelum waktunya lahir.

 

Patokan saya sekarang adalah omongan dokter dan hanya berdoa saja. Saya berharap agar tetap bisa melahirkan secara normal dan bayinya selamat. Saya hanya bisa pasrah sampai waktu melahirkan anak kedua tiba. Saya pun harus menjaga kondisi agar tidak mengalami kontraksi. Pasalnya kalau saya mengalami kontraksi, ini bisa membahayakan janin dan saya. Bayangkan saja bagaimana caranya tidak kontraksi jika waktu kelahiran sudah mulai semakin dekat?

Baca juga: Penanganan Solusio Plasenta