Dunia terluas bagi anak-anak usia di bawah dua tahun adalah keluarga. Berawal dari keluarga dan melalui orangtuanya lah, kelak anak akan mengenal dunia yang lebih luas. Bagaimana anak mengenal dunia luar, dimulai dari keluarganya, kemudian berlanjut ke sekolah. Di keluarga inilah anak-anak dapat mulai diajarkan tentang keberagaman, sebagai bekal ia menjadi anak yang mudah bergaul dan toleran.

 

Bagaimana sih mengajarkan keberagaman dan toleransi pada anak sejak dini di keluarga? Psikolog anak Feka Angge Pramita M.Psi dalam acara yang diselenggarakan Frisian Flag Indonesia di Jakarta, Kamis (31/5) lalu, menjelaskan, “Sejak bayi, anak sudah mengenal suara ibu, suara ayah, suara kakak dan siapa saja yang sering berinteraksi dengan anak. Kalau dia terbiasa hanya dengan satu pengasuh saja, maka begitu ada orang lain yang mencoba mengajak interaksi, kemungkinan dia enggak akan mengenal”.

 

Untuk lebih lengkapnya, inilah tips mengenalkan keberagaman kepada anak di keluarga:

 

Baca juga: Mengajarkan Anak tentang Toleransi dengan Cara Ini Yuk, Mums!

 

1. Perbanyak eksplorasi untuk mengenalkan perbedaan

Mengenalkan si Kecil perbedaan bisa dimulai dari mengenal tubuh sendiri. Misalnya jenis kelamin. Di usia 1-2 tahun anak sudah paham ia bisa membedakan punya penis atau vagina. “Sebenarnya secara alami, otak manusia bisa membedakan dan kemudian membuat kategorisasi. Meskipun sejak kecil anak misalnya hanya fokus pada yang homogen saja, otak tetap akan melihat ada yang berbeda atau heterogen, sehingga ini menjadi kesempatan untuk mengenalkan semua keberagaman dan perbedaan. Ajak si Kecil bereksplorasi seluas mungkin,” jelas Feka.

 

Kenalkan pada si Kecil tentang perbedaan warna kulit, cara berpakaian, bahasa, dan sebagainya. Jika di Kecil masuk sekolah umum, ia dapat semakin belajar perbedaan yang lebih sensitif, misalnya agama. Anak akan mengenal teman Muslim yang berpuasa dan salat, atau cara beribadah temannya yang beragama lain.

Baca juga: Membentuk Karakter Jujur dalam Diri Si Kecil

 

2. Semua anggota keluarga ikut berperan

Kunci menanamkan kebaragaman dan toleransi adalah komunikasi yang baik dengan anak. Ingat ya Mums, di keluarga kadang anak tidak hanya berkomunikasi dengan ayah dan ibu, tetapi ada pengasuh, kakek atau nenek, atau kerabat lain. Mums harus pastikan setiap orang dewasa yang berinteraksi dengan si Kecil harus memiliki tanggungjawab yang sama dalam perkembangan anak. Jadi tentang pemahaman toleransi dan keberagaman ini, semua yang ikut terlibat dalam pengasuhan hendaknya memiliki visi yang sama. 

 

3. Jika anak alami perbedaan perlakuan karena minoritas

Saat ini, di Indonesia dan di dunia tengah mengalami ujian berupa intoleransi. Semakin sering berita perundungan pada minoritas. Jika si Kecil mengalami hal yang sama di sekolah, atau di lingkungan sekitar rumah, orangtua tidak bisa diam saja. Tanyakan pada si Kecil apakah ia memang mengalami perundungan oleh temannya, atau temannya bercanda. Perundungan atau bullying lebih kepada teror dengan intensitas menyakiti. Diskusikan dengan pihak sekolah dan minta agar candaan yang mengarah ke SARA bisa dicegah dan dihentikan.

Baca juga: Ini Penyebab Seseorang Melakukan Bullying
 

Selama anak memiliki bekal dasar rasa toleransi yang kuat sejak kecil, dan dapat menerima perbedaan di sekitarnya, kebiasaan ini kemungkinan  besar akan terus dibawa sampai ia dewasa. Dengan begitu kekhawatiran bahwa ia akan ikut paham radikal dapat dipinggirkan. Kuncinya adalah terus bangun rasa kebersamaan dengan sesama meskipun si Kecil sudah mandiri dan bukan anak-anak lagi. (AY/WK)