Kurang tidur ternyata berdampak lebih berat daripada sekadar lelah dan ngantuk sepanjang hari. Tidur dibutuhkan karena inilah saat tepat sel-sel tubuh meregenerasi diri. Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari  Marche Polytechnic University di Italia menunjukkan, kondisi kurang tidur membuat bagian otak yang disebut sinap akan 'dimakan' oleh sel otak lainnya. Sinap adalah penghubung antar sel-sel otak. Semakin banyak sambungan sinap, maka seseorang semakin cerdas dan mudah memproses informasi.

 

Dalam penelitian, si pemakan sinap adalah astrosit, yaitu sel di otak yang tugasnya  membersihkan sel-sel dan puing-puing yang sudah usang. Meskipun peneltian ini baru dilakukan di hewan percobaan tikus, tetapi di masa depan akan mulai ditingkatkan penelitian serupa pada manusia.

 

Temuan itu menjadi fakta baru tentang dampak kurang tidur terhadap kesehatan. Dikutip dari healhtline.com, insomnia kronis yang  membuat penderita kurang tidur dalam jangka panjang membawa banyak sekali masalah, mulai dari depresi hingga kelebihan berat badan. Tidur yang dianjurkan adalah 7-9 jam sehari. Kurang dari itu, akan membawa beberapa efek kesehatan. Apa saja? 

Baca juga: Jangan Kaget, Ini yang Terjadi pada Tubuh Saat Tidur
 

Gangguan pada sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat ibaratnya adalah jalan raya informasi tubuh Kamu. Tidur diperlukan agar proses lalu lintas informasi tetap berfungsi dengan baik. Insomnia kronis bisa mengganggu bagaimana tubuh mengirimkan dan mengolah informasi.

 

Saat tidur, terbentuk jalur di antara sel saraf (neuron) di otak yang membantu Kamu mengingat informasi atau pengetahuan baru yang kamu terima. Kurang tidur membuat otak kelelahan, sehingga lebih sulit berkonsentrasi atau belajar hal baru.

 

Kurang tidur juga berpengaruh negatif terhadap kemampuan mental dan keadaan emosional Kamu. Kamu menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Jika kurang tidur terjadi terus menerus dalam waktu cukup lama, Kamu bisa mulai mengalami halusinasi, yaitu melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata. Kurang tidur juga bisa memicu mania pada orang yang mengalami manik depresi. Risiko psikologis lainnya meliputi:

  • perilaku impulsif
  • depresi
  • paranoia
  • pikiran untuk bunuh diri
Baca juga: Apakah Kamu Depresi?

 

Menurunkan Kekebalan Tubuh

Saat Kamu tidur, sistem kekebalan tubuh menghasilkan zat sitokin yang berfungsi sebagai pelindung tubuh untuk melawan infeksi bakteri dan virus. Kurang tidur sama saja mencegah sistem kekebalan tubuh untuk membangun kekuatan. Dampaknya, mudah infeksi dan lebih lama pulih dari penyakit. Kurang tidur jangka panjang juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung.

 

Gangguan Pernapasan

Hubungan antara tidur dan sistem pernapasan adalah hubungan dua arah. Gangguan pernapasan saat tidur di malam hari yang disebut obstruktif apnea sleep (OSA) dapat menurunkan kualitas tidur. Kamu selalu terbangun sepanjang malam, membuat tubuh tidak fit dan rentan infeksi pernafasan seperti flu. Kurang tidur juga bisa memicu penyakit pernafasan yang ada lebih parah, seperti penyakit paru kronis.

 

Gangguan Pencernaan dan Berat Badan

Selain makan terlalu banyak dan tidak pernah berolahraga, kurang tidur adalah faktor risiko untuk kelebihan berat badan dan obesitas. Tidur akan memengaruhi dua hormon, yaitu leptin dan ghrelin, yang mengendalikan rasa lapar dan kenyang. Leptin memberitahu otak bahwa Kamu sudah cukup makan. Jika  kurang tidur, otak akan mengurangi leptin dan meningkatkan ghrelin, yang bekerja sebaliknya, sebagai stimulan nafsu makan.

Baca juga: Inilah Bagaimana Obesitas Bisa Menyebabkan Kematian
 

Gangguan Jantung

Tidur mempengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah Kamu, karena mengendalikan kadar gula darah, tekanan darah, dan tingkat peradangan tubuh. Tidur juga berperan penting untuk menyembuhkan dan memperbaiki pembuluh darah dan jantung. Orang yang kurang tidur lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Penelitian yang dipublikasikan di European Journal of Preventive Oncology juga menghubungkan insomnia dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.

 

Gangguan hormon

Produksi hormon sangat tergantung pada kualitas tidur. Misalnya, produksi testosteron  memerlukan setidaknya tiga jam tidur tanpa gangguan. Tidur yang tidak nyenyak atau terbangun sepanjang malam bisa mempengaruhi produksi hormon. Pada anak-anak dan remaja, kurang tidur dapat mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan. Hormon ini membantu membangun massa otot dan memperbaiki sel dan jaringan. Kelenjar pituitari melepaskan hormon pertumbuhan secara terus menerus, namun tidur dan olahraga juga membantu membantu pelepasan hormon ini.(AY)