Belakangan ini, promosi obat tradisional begitu kencang terjadi di berbagai media. Obat tradisional dianggap sebagai solusi praktis terhadap masalah-masalah yang terjadi pada konsumsi obat sintetik. Beberapa orang menganggap obat tradisional lebih aman dibanding produk sintetis, karena efek sampingnya lebih kecil. Memang ada benarnya sih, tetapi enggak 100 persen benar juga!

 

Sebagai konsumen yang cerdas, kita harus memiliki kemampuan serta sikap yang cermat terhadap promosi obat tradisional yang semakin marak. Bagaimanapun juga, jangan sampai promosi berlebihan justru bikin kita terjebak dalam konsumsi obat tradisional yang keliru.

Baca juga: 4 Obat Populer yang Penemuannya Tidak Disengaja, Salah Satunya Viagra!

 

Iklan obat tradisional telah diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 386 Tahun 1994, tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, PKRT, dan Makanan Minuman. Dalam peraturan tersebut, iklan produk obat tradisional harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 

1. Memiliki Persetujuan Badan POM

Ternyata tidak hanya produk obat tradisional saja yang harus mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), lho! Setiap iklan obat tradisional juga harus mendapat persetujuan dari Badan POM sebelum diedarkan.

 

Bagaimana jika perusahaan obat tradisional tersebut 'nakal' dan tidak melaporkan iklan produknya ke Badan POM? Tenang, pengawasan iklan obat tradisional itu dilakukan oleh setiap Balai Besar atau Balai POM yang ada di seluruh Indonesia. Atau jika Geng Sehat menemukan iklan obat tradisional yang mengandung klaim kesehatan berlebihan dan menurut kita pasti belum disetujui oleh Badan POM, laporkan saja ke Badan POM!

 

2. Objektif

Setiap iklan obat tradisional harus memberikan informasi yang benar serta tidak menyimpang dari manfaat dan keamanan yang telah disetujui oleh Badan POM. Jadi kalau suatu obat tradisional dalam pendaftarannya memiliki manfaat membantu memelihara daya tahan tubuh, ya tidak boleh diiklankan sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini dan itu. Sekali lagi, kalau ada yang begini, laporkan saja ke Badan POM!

 

3. Lengkap

Iklan obat tradisional juga harus memberikan informasi yang lengkap tentang khasiat, hal-hal yang harus diperhatikan, serta penandaannya. Kadang kala, ada obat yang logo registrasinya masih Jamu, tetapi diiklankan begitu wah seperti halnya obat. Padahal obat tradisional kategori Jamu belum melalui uji pra-klinis dan klinis, untuk membuktikan keamanan dan khasiatnya. Hal ini jelas bisa menimbulkan bias di masyarakat.

Baca juga: Waspada, Jumlah Bakteri Tuberkulosis (TB) yang Kebal terhadap Obat Meningkat!

 

4. Tidak Berlebihan dan Tidak Menyesatkan

Iklan obat tradisional harus memuat informasi yang jujur, bertanggung jawab, dan tidak boleh memanfaatkan kekhawatiran masyarakat terhadap suatu masalah kesehatan. Jadi kalau sekarang lagi ramai difteri, iklan obat tradisional yang punya klaim menyembuhkan difteri adalah iklan yang pertama-tama harus ditenggelamkan.

 

Masih mengacu pada peraturan yang sama, setidaknya ada 8 hal yang dilarang dalam iklan obat tradisional. Hal-hal tersebut adalah:

  • Diperankan oleh tenaga kesehatan atau menampilkan seseorang dengan atribut profesi kesehatan atau laboratorium. Misalnya seseorang dengan jas putih, yang identik dengan profesi-profesi kesehatan. Hal semacam ini memang mudah memengaruhi masyarakat. Untuk itu, hal tersebut dilarang karena dapat menimbulkan kebingungan konsumen.
  • Mencantumkan klaim berlebihan dan mendorong penggunaan terus-menerus. Sama seperti dijelaskan sebelumnya, kalau klaimnya adalah membantu meningkatkan daya tahan tubuh, maka dalam iklan tidak boleh ada klaim dapat menyembuhkan diabetes. Ini jelas tidak sesuai regulasi.
  • Masih lanjutan dari nomor 2, jika ada klaim dapat menyembuhkan diabetes, itu jelas keliru. Soalnya regulasi mengawal bahwa dalam iklan obat tradisional dilarang mengiklankan kegunaan untuk penyakit yang memerlukan diagnosis dan penanganan dokter, antara lain kanker, TBC, diabetes, dan lain-lainnya.
  • Iklan obat tradisional juga dilarang mencantumkan kata-kata klaim seperti 'aman', 'super', 'tokcer', 'cespleng', 'manjur', maupun 'tidak berbahaya', termasuk 'bebas atau tidak ada efek samping'. Klaim-klaim seperti ini sangat tidak cocok dengan sifat obat tradisional dalam proses penyembuhan.
  • Memuat testimoni khasiat, keamanan, dan mutu obat tradisional. Ini yang juga sering kita temukan. Kadang juga testimoninya 'bodong' alias tidak benar-benar testimoni. Jadi ada testimoni saja sudah salah, apalagi ada tapi hanya karangan.
  • Menawarkan hadiah atau menyatakan garansi tentang khasiat dan kegunaan produk. Ingat, obat tradisional bukan mesin cuci, jadi rasanya kurang pas kalau harus pakai garansi. Kalau tubuh terlanjur rusak karena penggunaan obat tradisional yang abal-abal bagaimana? Enggak bisa diperbaiki kayak mesin cuci, kan? Itu dia gunanya kita cerdas sejak awal.
  • Menjelek-jelekkan atau memberikan pernyataan komparatif merek produk lain.
  • Menampilkan adegan, gambar, tanda, tulisan, suara, dan lainnya yang dianggap kurang sopan. Ini tentunya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku di Indonesia.
  • Mencantumkan logo, nama inisial suatu lembaga atau institusi kesehatan, laboratorium, maupun perkumpulan profesi tenaga kesehatan. 

 

Lantas, bagaimana ciri suatu iklan obat tradisional yang benar?

Sesuai peraturan, obat tradisional sifatnya adalah suportif. Maka untuk obat golongan galian singset alias pelangsing, kalimat iklan yang benar adalah 'membantu mengurangi lemak tubuh'. Atau untuk golongan daya tahan tubuh, iklan yang benar adalah 'membantu memelihara daya tahan tubuh'.

 

Menjadi konsumen yang cerdas adalah tanggung jawab kita. Bukan apa-apa, jika kita atau orang terdekat minum obat tradisional yang abal-abal hanya karena terpengaruh oleh iklannya yang menyesatkan, efeknya berkaitan dengan kesehatan!

 

Enggak mau kan penyakit yang diderita malah bertambah berat, atau yang tadinya tidak sakit malah jadi sakit? Jadi, yuk cermati hal-hal mengenai iklan obat tradisional seperti yang disebutkan di atas, untuk memastikan bahwa produk obat tradisional yang Kamu gunakan tidak memberikan efek buruk bagi tubuh!

Baca juga: Ini Dia Jenis-jenis Obat Tradisional di Indonesia