Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Akademi Anak dan Remaja Psikiatri Amerika menunjukkan bahwa keterampilan sosial seorang anak dapat dipengaruhi pada berapa usia sang Ayah ketika ia dilahirkan.

 

Penelitian yang dilakukan tersebut ingin mencari tahu, apakah anak-anak yang terlahir dari pria berusia di atas 35 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami autisme, gangguan perkembangan, skizofrenia, dan gangguan mental. Para ilmuwan pun meminta orang tua dari 15.000 anak kembar berusia antara 4 hingga 16 tahun untuk mengisi formulir tentang penilaian perilaku anak-anak mereka.

 

Ketika peneliti membandingkan penilaian antar usia ayah dari setiap anak pada saat terjadi proses pembuahan, mereka tidak menemukan adanya perbedaan perkembangan dalam masalah perilaku (berkelahi dan menindas anak-anak lain), gejala emosional (memiliki banyak kekhawatiran, gugup dalam situasi yang tidak biasanya), hiperaktif (gelisah dan mudah terganggu), atau masalah dengan teman sebaya (bergaul lebih baik dengan orang dewasa dibanding anak-anak seusianya).

 

Namun, para peneliti melihat adanya perbedaan dalam perilaku prososial anak-anak, seperti saat membantu orang lain, mengungkapkan kesedihan, kemampuan berbagi, dan perhatian dengan orang lain. Perbedaan ini terlihat di antara anak-anak yang terlahir dari ayah berusia di bawah 25 tahun dan lebih dari 51 tahun.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa kanak-kanak, mereka yang terlahir dari ayah berusia 51 tahun ke atas memiliki perilaku prososial yang lebih terlihat. Dan meskipun setiap anak dapat menunjukkan sikap prososial seiring bertambahnya usia, kemajuan yang terjadi pada anak-anak dengan ayah berusia paruh baya tampak lebih jelas dibanding anak-anak yang terlahir dari ayah berusia lebih muda.

 

Baca juga: Ayah Lebih Sayang pada Anak Perempuan, Benarkah?

 

Apa yang memengaruhi hal tersebut?

Magdalena Janecka, PhD., pemimpin studi yang bekerja di Pusat Penelitian dan Perawatan Seaver Autism, mengungkapkan sebuah hipotesis bahwa kondisi ini terjadi karena anak-anak yang terlahir dari pria lebih muda memiliki cara yang sedikit berbeda dalam mengambil keputusan saat bersosialisasi. “Perilaku sosial seseorang yang khas dapat muncul pada waktu yang sedikit berbeda dan menunjukkan pola perkembangan yang berbeda pula,” ujar Magdalena.

 

Para peneliti juga menduga bahwa anak-anak yang memiliki ayah lebih muda pada akhirnya menunjukkan keterlambatan perkembangan sikap prososial dengan alasan yang berbeda dari anak-anak dengan ayah yang lebih tua.

 

“Pola perilaku yang terbentuk pada anak dengan ayah yang lebih muda mungkin lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan anak-anak yang diasuh oleh ayah berusia lebih tua sebagian besar dipengaruhi oleh genetika sang Ayah,” tambah Magdalena.

 

Baca juga: Peran Suami dan Ayah dalam Keluarga

 

Apa yang perlu diperhatikan?

Jika Mums atau Dads adalah salah satu yang terlahir dari ayah berusia sangat muda atau terlalu tua, itu bisa menjelaskan mengapa kalian berdua sulit saat berada di situasi sosial selama masa remaja. Sementara itu jika dibesarkan oleh ayah berusia paruh baya, tak perlu merasa bingung jika tumbuh sebagai pribadi yang selalu perhatian dengan sekitar.

 

Namun, penelitian ini tidak secara mutlak membuktikan bahwa usia ayah dapat mendukung perkembangan keterampilan sosial anak. “Studi kami hanya mengukur perilaku prososial dan bersifat 1 sisi, yakni bagaimana seseorang mengatasi situasi sosial tertentu. Akan sangat sulit bagi kita untuk memastikannya jika orang tersebut berada dalam masalah yang lebih kompleks,” tutup Magdalena.

 

Tentu saja, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memastikan bagaimana usia ayah saat terjadi pembuahan sel telur memengaruhi pribadi seorang anak. Maka dari itu, tak perlu menjadikan penelitian ini sebagai patokan jika ingin memiliki anak, ya! (AS)

 

Baca juga: Tidak Hanya Mencari Nafkah, Inilah Peran Penting Ayah dalam Keluarga! 

  

 

Sumber:

How Your Dad's Age Might Help Explain Your Social Life” - Cosmopolitan