Sewaktu masih pacaran dulu, saya sempat agak meragukan pacar saya tentang bagaimana ketika dia jadi Ayah nanti. Bagaimana tidak? Setiap kali ketemu anak-anak, dia tampak tidak begitu antusias. Cenderung terganggu sepertinya. Tidak begitu banyak berinteraksi, apalagi mengajak main. Hingga sampai akhirnya kami menikah dan memiliki anak, terus terang saya sangat bersyukur akhirnya menikahi suami saya sekarang. Jangan GR ya, kalau baca. Hehehe.

Dimulai Ketika Anak Pertama Lahir

Begitu anak pertama kami lahir, suami saya langsung fasih menggendongnya. Dia juga orang yang paling telaten mengenai urusan si bayi ketika masih di rumah sakit. Sampai-sampai, saat si bayi mau dimandikan oleh suster saja suami saya sampai mengikuti. Si bayi menangis sedikit saja, ia langsung was-was dan langsung berkonsultasi pada suster atau dokternya. Mungkin suster-suster di rumah sakit bersalin kami agak sebal dengan bapak-bapak rempong satu ini. Hahaha. Saya pikir suami saya cuma rempong karena euforia punya anak, namun ternyata dia sungguhan peduli dan ikut terlibat dalam setiap urusan Elika, anak kami. Sejak awal, ia yang sudah fasih lebih dulu dalam memandikan Elika. Sampai urusan ganti popok juga akhirnya ia bisa. Akhirnya, selama beberapa bulan awal, urusan memandikan adalah urusan papanya. Setelah selesai dimandikan, saya yang akan menghanduki dan memakaikan pakaian pada Elika. Begitu juga soal menidurkan Elika. Bulan-bulan awal adalah bulan-bulan terberat kami. Di mana saat itu Elika masih harus tidur dengan ditimang-timang beberapa jam sekali, terutama saat tengah malam hingga subuh. Namun suami saya selalu siap sedia. Begitu Elika selesai menyusu dari saya namun masih rewel, ia yang akan gantian menggendong Elika dan menimang-nimang sampai Elika pulas. Hampir setiap hari begitu. Sampai sekarang pun kalau Elika rewel tengah malam, suami saya akan ikut bangun dan menenangkan Elika sampai tertidur kembali.   Kami memang sengaja ngga pakai suster karena saya tipe orang yang ngga nyaman kalo Elika diurus orang lain (kecuali keluarga yah). Di rumah pun kami pakai ART (Asisten Rumah Tangga) yang pulang hari. Lagi-lagi karena kami ngga begitu nyaman ada orang luar yang tinggal di rumah. Memang ribet, capek, kadang-kadnag bosen juga urus Elika sendiri, eh berdua. Apalagi kalau papanya lagi kerja di luar rumah. Semuanya jadi harus dikerjakan sendiri. Namun, begitu ia pulang kerja, tanpa segan ia akan langsung membantu saya mengurusi Elika. Untungnya suami saya tidak harus ke kantor dari Senin sampai Jumat. Ia hanya harus ke kantor di hari-hari tertentu selama seminggu, namun kebanyakan di hari-hari lain dia ada meeting di luar yang biasanya sih siang hari. Sementara untuk soal kerjaan saya sendiri juga untungnya sangat fleksibel. Saya sengaja mencari pekerjaan yang tetap bisa dikerjakan di rumah. Namun, sewaktu saya harus bekerja ke luar kota pun, Elika dan papanya saya boyong. Selama saya bekerja, Papanya yang mengurus Elika mulai dari memandikan, menyuapi Elika makan, sampai mengajak main di hotel.

Hubungan Anak dan Orang Tua Sangat Penting

Saya pikir memang seharusnya mengurus dan mendidik anak adalah tugas ayah dan ibu. Saat ini peran seorang istri sudah bisa juga mencari nafkah untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, kalau begitu peran suami juga harusnya bisa membantu mengurusi keperluan rumah tangga dan anak, kan? Lagipula, saat ini banyak penelitian mengatakan bahwa seorang anak yang diurus dan dididik dengan adanya campur tangan ayah akan lebih baik daripada jika ia hanya dibesarkan dan dididik oleh seorang Ibu. Kepercayaan dirinya akan tumbuh dengan baik dan tentunya akan lebih berani untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya jika tumbuh kembangnya dipengaruhi juga oleh peran ayah. Ayah dan ibu memiliki perannya masing-masing dalam perkembangan anak-anaknya. Seorang ayah cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi. Sedangkan ibu lebih cenderung pada sisi keadilan, kerja sama, dan keamanan. image2 Selain berpengaruh terhadap tumbuh kembang si anak, tentunya peran ayah sekaligus suami dalam membantu urusan rumah tangga ini juga sangat berpengaruh terhadap sisi emosional si ibu.  Selain menjadi ayah, jangan pula melupakan perannya sebagai suami. Jangan hanya anaknya yang dimanja, suami juga harus sering-sering memanjakan istrinya. Pastinya semua ibu setuju bahwa mengurus anak, apalagi yang masih bayi itu sangat menyita tenaga, waktu, dan emosi. Belum lagi jika harus mengurus pekerjaan rumah tangga sendiri. Belaian kasih sayang dari suami dapat menciptakan hormon oksitoksin yang dapat melancarkan produksi ASI, lho! Bahkan, sering-sering mengucapkan kata-kata romantis dan memberikan kejutan-kejutan kecil juga bisa menjadi ASI booster paling ampuh :p