“A father is someone you look up to, no matter how tall you grow.”

-Unknown-

 

Setiap ayah mengemban peran strategis. Ayah diharapkan dapat membangun keluarga yang tenang dan tentram, dengan limpahan cinta. Tidak hanya dihormati sebagai kepala rumah tangga, melainkan juga diteladani sebagai naungan kasih sayang bagi istri dan buah hati.

 

Tuntutan pengaruh ekonomi, sosial, dan budaya seharusnya tidak serta-merta mendangkalkan kontribusi ayah bagi sebuah rumah tangga. Implementasi peran ayah semestinya juga dilibatkan dalam aktivitas rumah tangga dan pengasuhan anak, agar definisi ayah juga dimaknai lebih dari sekedar pencari nafkah.

 

Pemaknaan peran ayah yang subversif, berpotensi menyebabkan rendah dan rentannya kualitas pengasuhan. Dalam rangka perayaan Hari Ayah yang diperingati pada 12 November 2017, simak lebih lanjut yuk mengenai segala sesuatu tentang ayah! Mulai dari perubahan peran ayah masa kini di beberapa negara termasuk Indonesia, gambaran nilai ideal yang harus Ayah terapkan dari sudut pandang psikologi, serta mengenal sosok ayah rumah tangga.

Baca juga: Ayah Lebih Sayang Pada Anak Perempuan, Benarkah?

 

Ekspektasi terhadap Ayah Zaman Now

Standar ekspektasi yang dimiliki oleh setiap negara di dunia mengenai makna dan fungsi ayah dalam keluarga sangat beragam. Sebagai contoh, dilansir dari cnn.com, peran ayah di Amerika Serikat pada masa kini mengalami pergeseran perpektif yang positif.

 

Menurut sebuah penelitian Pew Research yang dirilis pada bulan Maret, pada tahun 1965 ayah hanya menghabiskan rata-rata 2,5 jam per minggu bersama anak. Sementara ibu menghabiskan lebih 10 jam per minggu.

 

Namun pada tahun 2011, ayah menghabiskan minimal 7 jam seminggu terlibat dalam pengasuhan anak. Sementara ibu menghabiskan waktu selama 14 jam atau lebih. Dalam 50 tahun terakhir, ayah telah meluangkan waktu lebih banyak daripada yang diluangkan oleh generasi ayah terdahulu untuk merawat anak dan terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Meski begitu, peran penting ini sebagian besar masih dipegang oleh wanita.

 

Lain Amerika, lain pula Inggris. Menurut Fatherhood Institute's Fairness In Families Index (FIFI), di beberapa negara, ada tipe ayah yang lebih piawai dalam melakukan pekerjaan rumah tangga daripada mengasuh anak, salah satunya adalah di Inggris.

 

Para ayah di Inggris bisa melakukan pekerjaan rumah dan memasak selama 34 menit per jam dari setiap kesempatan yang diberikan pada mereka. Dalam hal mengurus rumah tangga, ayah di Inggris berada di urutan 5 besar dari 15 negara.

 

Akan tetapi dalam hal pengasuhan anak, Inggris justru berada di posisi terbawah. Portugal menempati posisi pertama, karena ayah di negara ini mampu menghabiskan 39 menit per jam untuk mengasuh anak-anak di setiap kesempatan yang diberikan oleh para ibu.

 

Sebagaimana dilaporkan oleh indiantimes.com, peringkat tertinggi mengenai peran ayah di dunia juga dipegang oleh Selandia Baru. Fungsi ayah dijalankan dengan baik di negeri asal burung Kiwi tersebut, sehingga persentase kesenjangan peran antara pria dan wanita sangatlah rendah, yaitu hanya 5,6 persen.

 

Di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun 2015, ditemukan beberapa fakta. Hanya 27,9 persen ayah di Indonesia yang sudah berinisiatif mencari informasi bagaimana merawat dan mengasuh anak sebelum menikah. Diikuti oleh 38,9 persen ayah yang memiliki inisiatif untuk merawat dan mengasuh anak setelah menikah.

 

Kemudian, sekitar 49,9 persen ayah mendampingi istri pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Persentase keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan anak pun secara langsung hanya mencapai  26,2 persen di Indonesia. Riset menunjukkan, 47,1 persen ayah di Indonesia berkomunikasi dengan anak kurang dari 1 (satu) jam  per hari. 

 

Data tersebut memaparkan masih minimnya peran ayah dalam mewujudkan stabilitas keluarga. Jika dibiarkan, hanya akan menambah rendahnya kualitas kehidupan keluarga. Dibutuhkan komitmen dari para ayah untuk memotivasi peningkatan partisipasinya dalam rutinitas keseharian. Terutama jika mengingat keterlibatan ayah berkorelasi positif terhadap tumbuh-kembang dan kecerdasan anak, baik kecerdasan intelektual, spritual, moral, emosional, maupun sosial.

Baca juga: Peran Ayah dalam Proses Menyusui

 

Pola Asuh Ideal antara Ayah dan Anak Sejak di Dalam Rahim

Melalui hasil wawancara dengan psikolog Dian Ibung, Psi., peran ayah pada anak dari sisi psikologi erat kaitannya dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan dari seorang ayah dalam lingkungan sosial, budaya setempat, juga agama.

 

Secara umum, peran ayah digambarkan sebagai sosok yang melindungi, mengayomi, serta bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan finansial juga kebutuhan psikis keluarganya. Terutama, yang berkaitan dengan rasa aman.

 

Poin-poin ini menjadi contoh bagi anak-anaknya, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Namun demikian, detail urutan peran ayah yang diharapkan tidak hanya bergantung pada harapan sosial, melainkan juga pada pola perkawinan dan bentuk keluarga tersebut.

 

Bagaimana seorang ayah dapat memenuhi tuntutan perannya, sangat dipengaruhi oleh karakter, kesadaran, dan kemauan sang Ayah, juga dukungan sang Istri. Melibatkan ayah dalam berbagai aspek perkembangan anak adalah pola asuh terbaik. Sadari pula bahwa ada  porsi tugas rumah tangga yang mesti dilakukan bersama-sama atau sendiri-sendiri. 

 

Peran utama ayah ketika anak masih di dalam kandungan adalah memberi dukungan psikis pada istri yang sedang hamil. Kondisi psikis ibu hamil yang tenang, bahagia, serta dipenuhi kebutuhannya oleh sang Suami akan sangat membantu pertumbuhan bayi dalam kandungan.

 

Selain itu, Dian pun menambahkan, lebih baik lagi jika ayah mau mengajak bicara janin yang dikandung. Suara, perhatian, dan rasa sayang sang Ayah sudah tertanam dalam diri si Kecil. Lanjutkan didikan ini secara berkelanjutan setelah anak lahir nanti.

 

Ayah yang baik harus bisa menjadi teladan, teman, dan tumpuan anak. Akan tetapi, satu hal yang perlu disadari adalah orang tua juga dapat melakukan kesalahan. Kemauan orang tua untuk mengakui kesalahan, meminta maaf, menunjukkan sikap untuk mau berubah, serta terus belajar sekiranya akan menjadikan keduanya sebagai orang tua yang ideal di mata anak-anak. 

 

Cara tersebut juga berlaku dalam menghadapi kesalahan atau kegagalan anak. Hargai keberanian mereka saat mengaku salah dan kemauan mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Orang tua harus memenuhi keinginan anak untuk terus belajar, agar mereka memahami realitas hidup. Bahwa salah, benar, gagal, berjuang, dan berhasil selalu hadir dalam kehidupan.

 

Hanya dengan mencoba bersikap manusiawi, orang tua akan mampu mengajarkan pada anak bahwa ayah dan ibunya juga bisa melakukan kesalahan, mengalami kegagalan, dan mencapai keberhasilan. Pada akhirnya orang tua, khususnya ayah yang ideal, adalah sosok yang mampu membuat anak-anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab,  jujur, baik, dan dewasa, bahkan saat raga sudah tidak bisa lagi mendampingi mereka.

Baca juga: Peran Suami dan Ayah dalam Keluarga

 

Ragam Kehadiran Ayah

Terdapat bermacam pola ideal yang diadopsi oleh keluarga Indonesia. Sebagian besar, ayah dikenal sebagai orang yang bekerja di kantor sejak pagi hingga petang, lalu akan kembali berkumpul pada waktu santap malam keluarga. Namun, tidak semua keluarga menjalani aktivitas demikian.

 

Ada pria yang harus menjalankan peran ayah dari jauh, karena tidak bisa bersama keluarga dengan berbagai alasan. Ada pula ayah yang bekerja dari rumah, saat sang Istri menjalani rutinitas kerja kantoran. Untuk keluarga yang memiliki ayah dengan tipikal aktivitas seperti ini, bisa menerapkan tips yang tepat agar keluarga dan pernikahan tetap berjalan harmonis.

  • Penting untuk menciptakan komunikasi terbuka yang saling menghormati dan jujur.
  • Tidak mudah tersinggung. Pasangan harus mampu memotivasi diri untuk selalu mengingat kepentingan keluarga di atas kepentingan pribadi.
  • Saling menghargai satu sama lain dan hindari curiga. Yakin saja bahwa di saat berjauhan, waktu yang digunakan oleh istri maupun suami, hanyalah untuk bekerja dan mengurus keluarga.
  • Mutlak diingat oleh istri, untuk tidak pernah bersikap sombong. Tetap menjaga peran sebagai istri sesuai pola perkawinan. Suami bekerja di kantor ataupun di rumah, wajib bagi seorang istri untuk menjaga harga diri suami sebagai kepala keluarga di depan anak-anak, keluarga besar, dan lingkungan sosial.
  • Rajin melakukan komunikasi yang mendalam. Bukan hanya menyapa, tapi betul-betul mengingat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan keluarga.
  • Selalu posisikan seperti tidak ada jarak dalam keluarga. Keputusan-keputusan penting yang harus diambil bersama tetaplah harus didiskusikan. Lakukan via telepon ataupun video call seiring kemajuan zaman. 

 

Ayah merupakan nahkoda. Matahari yang diharapkan selalu terbit untuk menerangi keluarga. Selamat Hari Ayah! Terima kasih untuk semua kerja, asa, dan makna yang ayah limpahkan untuk kebahagiaan anak serta istri tercinta. (TA/AS)