Sifat pemalu dapat menjadi hambatan anak dalam bersosialisasi. Bukannya aktif bermain dan berinteraksi, anak yang pemalu cenderung malah berdiam diri dan bermain sendiri. Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang pemalu, tetapi apabila Kamu khawatir dengan si Kecil yang kesulitan bersosialisasi, tenang saja karena Kamu bisa membantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan mendorongnya untuk bersosialisasi.

 

Antara 20% hingga 48% anak memiliki sifat pemalu, karenanya pemalu bukannya hal yang jarang terjadi. Sifat pemalu anak kebanyakan dibawa dari lahir, dan sebagian lainnya dapat ditimbulkan karena suatu hal. Jika anak mendadak berubah menjadi pemalu, perlu diketahui apa yang kira-kira memicu sifat tersebut muncul, dan bantu anak melupakannya.

 

Barbara Markway, Ph.D., pengarang buku Nurturing the Shy Child mengemukakan 3 hal yang perlu dikenali dari anak pemalu, yaitu:

  1. Perilaku, seperti menghindari kontak mata, menolehkan kepala, atau bersembunyi di balik tubuh orang tua ketika bertemu dengan orang baru.
  2. Ciri kecemasan secara fisik, seperti jantung berdegup kencang, blushing, atau menangis.
  3. Pikiran dan perasaan, seperti ketika mereka mengatakan bahwa mereka merasa diperhatikan oleh anak lain atau ketika mereka tidak tahu ingin berkata apa.

 

Dalam membantu anak pemalu untuk lebih percaya diri, menurut Bernardo Carducci, Ph.D.,  direktur dari The Shyness Research Institute kuncinya adalah untuk mendukung mereka dengan sifatnya, bukan memaksa mereka untuk menjadi sebaliknya. Beberapa anak pemalu mungkin kesulitan beradaptasi atau membutuhkan waktu lama untuk terbiasa dengan lingkungan baru, dan takut serta tidak tahu bagaimana memulai interaksi sosial. Tidak apa, karena yang terpenting adalah membantu mereka mendekati situasi tersebut sesuai kemampuan mereka.

 

Sebagai orang tua, hal-hal berikut dapat Kamu coba untuk membantu anak menumbuhkan rasa percaya diri dan mengurangi sifat pemalunya:

  • Beritahu kerabat dan keluarga jika anak memiliki sifat pemalu dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Dengan begini, keluarga dan kerabat tidak akan memaksanya untuk langsung berbaur, melainkan memberikan waktu bagi si kecil untuk menyesuaikan diri terlebih dahulu di situasi yang baru.
  • Latih kemampuan sosialnya dengan cara-cara sederhana, seperti mendorongnya untuk melakukan transaksi di kasir ketika Ia sedang jajan di supermarket, ataupun untuk memesan menu favoritnya ketika sedang makan malam di restoran.
  • Berikan umpan balik positif ketika anak berhasil melakukan inisiasi untuk berinteraksi dengan orang lain, misalnya ketika ia berhasil menyapa teman-temannya. Jika ia belum berani menginisiasi interaksi, bicarakan hal ini secara baik-baik.
  • Tunjukkan empati dengan menyatakan bahwa Kamu memahami apa yang mereka rasakan. Coba ceritakan pengalaman Kamu ketika merasa malu dan bagaimana Kamu akhirnya menjadi percaya diri.
  • Beri contoh bagaimana menjadi pribadi yang lebih outgoing, dengan mempraktikkannya sendiri. Ketika Kamu ingin menunjukkan cara berbaur dan berosialisasi, Kamu harus menunjukkan caranya dimulai dari menyapa, dan mengobrol dengan orang lain. Dengan begini, diharapkan si Kecil menjadi lebih nyaman untuk turut berbaur di lingkungannya.
  • Bangun rasa percaya diri anak dengan mengingatkannya pada suatu kejadian yang telah sukses dilewatinya. Hal ini diharapkan dapat membuat ia yakin dan percaya pada kemampuan dirinya.