Hari Obesitas Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Maret. Saat ini, kelebihan berat badan yang mengarah ke obesitas sudah menjadi masalah di banyak negara. Anak-anak hingga dewasa banyak yang obesitas, akibat gaya hidup tidak sehat.

 

 Obesitas adalah awal dari berbagai penyakit tidak menular. Sebut saja diabetes melitus tipe 2, hipertensi, penyakit jantung bahkan kanker.

 

Obesitas terjadi saat tubuh menumpuk lemak berlebih akibat ketidakseimbangan asupan energi (energi yang dikonsumsi) dengan energi yang digunakan (energi yang dikeluarkan). Proses ini berlangsung lama sehingga semakin lama lemak yang menumpuk semakin banyak, dan terjadi obesitas.

 

Baca juga: 7 Tanda Kegemukan dan Obesitas

 

Pandemi Meningkatkan Kasus Obesitas

Dijelaskan dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, penyebab obesitas pada usia muda adalah konsumsi makanan tinggi kalori dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi. Hal ini ditambah aktivitas fisik yang sangat kurang.

 

Tak heran angka penderita obesitas di usia muda meningkat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasarprevalensi obesitas untuk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8% di tahun 2013 menjadi 21,8% di tahun 2018.

 

Kondisi ini diperburuk dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan yang tidak sehat sejak pandemi, yaitu makanan tinggi gula, garam, dan lemak,” jelas dr. Elvieda dalam peluncuran online #BeatObesity Community Festival 2022 oleh Nutrifood, Senin (7/3).

 

Ditambahkan dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis, tingginya frekuensi kegiatan online selama pandemi ini, membuat anak muda memiliki kebiasaan ngemil atau mengonsumsi jenis makanan tinggi gula, garam, lemak sambil belajar atau bekerja, diikuti dengan kurangnya aktivitas fisik selama mereka di rumah, yang dapat menyebabkan lemak semakin menumpuk dan berisiko obesitas.

 

Baca juga: 5 Sayuran Ini Kalorinya Hampir Nol, Ampuh Turunkan Berat Badan
 

Obesitas Meningkatkan Risiko Diabetes

Lebih jauh dijelaskan dr. Evieda, obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi hingga 8 kali lipat, penyakit jantung hingga 2 kali lipat.

 

Hal ini tentunya perlu diwaspadai karena prevalensi penyakit-penyakit kronis ini di Indonesia terus meningkat, yaitu 10,8% untuk diabetes, 34,1% untuk hipertensi berdasarkan hasil pengukuran, dan 1,5% untuk penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter.

 

Obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi juga merupakan faktor komorbid COVID-19, yang dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan dan kematian saat positif terpapar COVID-19. Maka dari itu, penting untuk menjaga pola makan sehat dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, lakukan deteksi dini sejak usia dewasa muda untuk investasi kesehatan jangka panjang dan berkualitas,” jelas dr. Elvieda.

 

Untuk melawan peningkatan obesitas, Nutrifood bersama mitra strategis Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengajak anak muda mencegah dan melawan obesitas sejak dini untuk meningkatkan produktivitas dan membangun hidup yang berkualitas, melalui Festival Komunitas #BeatObesity 2022. Tema yang diangkat adalah “Anak Muda Lawan Obesitas”.

 

Menurut dr. Marya, obesitas harus dicegah sejak usia muda. Caranya dengan mengatur keseimbangan energi dalam tubuh. Bisa dimulai dari mengatur pola tidur atau istirahat yang cukup, pola aktivitas fisik yang kontinu dengan intensitas rendah sampai sedang, pola emosi makan yang perlu diatur karena kebiasaan makan dengan jumlah berlebih dan cenderung memilih jenis makanan tidak sehat yang tinggi gula, garam, dan lemak disebabkan oleh emosi.

 

Selain itu, pola makan perlu diperhatikan sesuai jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan yang dianjurkan. Jangan lupa cek label makanan untuk mengetahui kadar gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan.

 

“Idealnya, dalam sehari konsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan). Dengan selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi apa yang harus dipenuhi dan yang harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya obesitas,” jelas Anisyah, S.Si., Apt., MP., Direktur Standardisasi Pangan Olahan Badan POM RI.

 

Baca juga: Cegah Diabetes dengan Kendalikan Berat Badan