Dalam perjalanan tumbuh kembang anak, akan tiba saatnya si Kecil menjadi pribadi yang rewel dan pemilih dalam hal makanan. Kondisi inilah yang disebut dengan istilah picky eating.

 

Meski bagi orang tua masa-masa tersebut terasa sangat memusingkan, hal ini sebenarnya normal terjadi pada usia balita dan biasanya tidak bertahan lama. Akan tetapi, dalam kasus tertentu, beberapa anak dapat mengalami kondisi yang lebih ekstrem dan memiliki gangguan makan, yang disebut dengan Avoidant/Resctrictive Food Intake Disorder (ARFID).

 

Baca juga: Ini 9 Cara Hadapi Si Kecil yang Picky Eater
 

Apa Itu ARFID?

ARFID adalah gangguan makan yang ditandai dengan keinginan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat sedikit atau menghindari konsumsi makanan tertentu. Kondisi gangguan ini terbilang baru dan berkembang pada kategori diagnostik sebelumnya, yaitu gangguan makan bayi dan anak usia dini.

 

Anak-anak dengan ARFID mengembangkan beberapa jenis masalah dengan mengonsumsi makanan yang membuatnya menghindari makanan tertentu atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Akibatnya, mereka tidak dapat memperoleh cukup gizi. Hal ini tentu saja berdampak pada kekurangan nutrisi, pertumbuhan yang tertunda, dan masalah pada penambahan berat badan.

 

Selain komplikasi kesehatan, anak-anak dengan ARFID juga akan mengalami kesulitan di sekolah atau melakukan berbagai aktivitas. Mereka juga dapat mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti makan bersama orang lain dan menjaga relasi dengan orang lain.

 

ARFID biasanya muncul pada masa bayi atau selama masa kanak-kanak, dan dapat bertahan hingga dewasa. Pada awalnya, ARFID mungkin akan terlihat seperti kebiasaan memilih makanan atau picky eating, yang umum terjadi selama masa kanak-kanak.

 

Misalnya, banyak anak yang menolak makan sayur atau makanan dengan bau dan konsistensi tertentu. Namun, pola makan yang pilih-pilih ini biasanya akan hilang dalam beberapa bulan tanpa memengaruhi pertumbuhan atau perkembangan. Seorang anak dapat dikatakan mengalami ARFID jika:

- Gangguan makan bukan disebabkan oleh gangguan pencernaan atau kondisi medis lainnya.

- Gangguan makan tidak disebabkan oleh kekurangan makanan atau tradisi makan tertentu.

- Gangguan makan bukan disebabkan oleh gangguan makan, seperti bulimia.

- Kenaikan berat badan anak tidak sesuai dengan kurva kenaikan berat yang normal pada anak seusianya.

- Tidak mengalami penambahan berat badan atau mengalami penurunan berat badan secara signifikan selama sebulan terakhir.

 

ARFID jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang yang serius. Oleh karena itu, penting untuk segera mendapatkan diagnosis yang akurat.

 

Apa Saja Gejala ARFID?

Banyak dari tanda-tanda ARFID yang mirip dengan gejala penyebab anak kekurangan gizi. Terlepas dari hal tersebut, Mums harus segera berkonsultasi dengan dokter jika anak menunjukkan beberapa tanda berikut:

- Berat badan anak di bawah normal

- Tidak makan sesering atau sebanyak yang seharusnya

- Mudah tersinggung dan sering menangis

- Tampak stres dan tertekan

- Sulit buang air besar atau tampak kesakitan saat melakukannya

- Kelelahan dan lesu

- Sering muntah

- Tidak memiliki keterampilan sosial yang sesuai usianya dan cenderung menjauhi orang lain.

 

Gejala ARFID sering tampak ringan, sehingga hanya seperti picky eating dan mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi. Namun, Mums harus tetap memberi tahu dokter jika anak memiliki kebiasaan makan ini.

 

Baca juga: Anak Picky Eater? Apa yang Harus Dilakukan?
 

Apa Penyebab ARFID?

Penyebab pasti kondisi ARFID tidak diketahui. Namun, peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko tertentu untuk gangguan ini, di antaranya:

- Jenis kelamin laki-laki

- Berusia di bawah 13 tahun

- Memiliki gejala gastrointernal, seperti mulas dan sembelit

- Alergi makanan.

 

Kebanyakan kasus kenaikan berat badan berlebih dan malnutrisi disebabkan oleh kondisi medis terkait dengan sistem pencernaan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, ada pula yang disebabkan oleh kondisi non-medis karena kebiasaan makan anak yang tidak memadai, seperti:

- Anak merasa takut atau stres tentang sesuatu

- Anak takut makan karena insiden traumatis masa lalu, seperti tersedak atau muntah parah

- Anak tidak mendapat respons atau penanganan psikologis dan emosional yang baik dari orang tua atau pengasuh. Misalnya, anak mungkin merasa takut karena orang tua terlalu temperamen atau mengalami depresi

- Anak tidak suka makanan dengan tekstur, rasa, atau aroma tertentu.

 

Bagaimana Penanganan ARFID?

Dalam situasi darurat, rawat inap mungkin diperlukan. Saat dirawat, anak akan diberikan nutrisi yang cukup melalui infus. Selain itu, dalam kebanyakan kasus, gangguan makan jenis ini juga perlu ditangani dengan konseling nutrisi atau pertemuan rutin dengan terapis. Terapi ini dapat membantu anak dalam mengatasi gangguannya.

 

Anak juga biasanya akan dianjurkan untuk melakukan pola diet tertentu atau mengonsumsi suplemen gizi, untuk membantu mengejar berat badan yang disarankan saat menjalani perawatan.

 

Pada masa tertentu, anak mungkin akan memilih-milih makanan. Namun, kondisi ini tidak oleh dibiarkan begitu saja, terlebih jika berlangsung dalam waktu yang lama. Pasalnya, kondisi ini bisa saja mengarah pada gangguan makan ARFID.

 

ARFID yang tidak segera ditangani akan berdampak pada proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu memperhatikan dan mengonsultasikan pada dokter mengenai pola makan anak ya, Mums! (AS)

 

Baca juga: Peran Dads Dalam Mengatasi Anak Susah Makan, Nomor 1 Penting Banget!
 

 

Sumber

Healthline Parenthood. "Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder".