Makanan kaleng seringkali disebut-sebut kurang sehat ketimbang makanan segar. Menurut banyak orang, makanan kaleng mengandung bahan-bahan berbahaya, sehingga perlu dihindari. Bahan pengawet salah satunya. Namun, masih banyak yang bertanya-tanya, apakah makanan kaleng sehat?

 

Meskipun dianggap kurang sehat, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa makanan kaleng bisa menjadi bagian dari rutinitas diet yang sehat. Untuk membahas, apakah makanan kaleng sehat atau tidak, perlu penjelasan mendalam terkait kandungannya.

 

Berikut penjelasan lengkap apakah makanan kaleng sehat atau tidak!

 

Baca juga: Mengulik Manfaat Lengkuas untuk Kesehatan

 

Apakah Makanan Kaleng Sehat?

Sebelum mencari tahu apakah makanan kaleng sehat atau tidak, Kamu perlu tahu dulu tentang apa itu makanan kaleng. Makanan kaleng adalah makanan yang melalui proses pengalengan. Pengalengan adalah metode pengawetan makanan untuk jangka panjang, dengan cara memasukkannya ke dalam kemasan atau kaleng kedap udara.

 

Pengalengan makanan pertama kali dilakukan di akhir abad 18 sebagai cara untuk menyediakan sumber makanan stabil dan aman untuk prajurit militer dan pelaut saat perang.

 

Proses pengalengan ini bisa berbeda-beda pada setiap produk, namun ada tiga langkah utama. Ketiga langkah utama yang dimaksud adalah:

  • Processing (pengolahan): makanan dikupas, dipotong, dikeluarkan tulangnya, atau dimasak.
  • Sealing (penutupan): makanan yang sudah diolah dimasukkan di dalam kaleng, kemudian ditutup rapat.
  • Heating (pemanasan): kemasan atau kalengnya dipanaskan untuk membunuh bakteri berbahaya dan mencegah kebocoran.

 

Proses ini memungkinan makanan kaleng menjadi stabil dan aman untuk dikonsumsi selama 1 - 5 tahun atau bahkan lebih  lama. Makanan kaleng yang umum adalah buah, sayuran, sup, daging, dan makanan laut.

 

Apakah Proses Pengalengan Memengaruhi Kualitas Gizi Makanan?

Untuk menjawa pertanyaan apakah makanan kaleng sehat, maka kita harus membahas kandungan gizinya. Makanan kaleng seringkali dianggap kurang bernutrisi ketimbang makanan segar. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar. Bahkan, proses pengalengan mempertahankan kebanyakan dari gizi makanan tersebut.

 

Protein, karbohidrat, dan lemak tidak terkena dampak dari proses pengalengan. Kebanyakan mineral dan vitamin berlemak yang bisa larut di dalam air seperti vitamin A, D, E, dan K juga tidak terkena dampaknya.

 

Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang tinggi akan kandungan beberapa gizi tertentu tetap mengandung kadar gizi yang tinggi meskipun sudah melalui proses pengalengan.

 

Namun, karena proses pengalengan melibatkan pemanasan dengan suhu panas tinggi, vitamin yang bersifat cairan yang larut dalam air seperti vitamin C dan vitamin B bisa rusak.

 

Pasalnya, vitamin-vitamin tersebut sensitif terhadap suhu panas dan udara, sehingga bisa rusak atau hilang selama proses pengolahan, masak, dan penyimpanan. Namun, meskipun proses pengalengan bisa merusak beberapa vitamin, jumlah senyawa sehat lainnya bisa meningkat.

 

Sebagai contoh, tomat dan jagung memproduksi lebih banyak antioksidan ketika dipanaskan. Hal ini membuat makanan kaleng yang berisi makanan tersebut menjadi sumber antioksidan yang lebih baik. Terlepas dari perubahan kadar gizi pada setiap individu makanan, makanan kaleng merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik. 

 

Dalam satu penelitian, orang yang mengonsumsi enam atau lebih makanan kaleng per minggu memiliki asupan 17 nutrisi penting yang lebih tinggi, ketimbang orang yang mengonsumsi lebih sedikit makanan kaleng per minggu.

 

Makanan kaleng juga cukup murah dan praktis. Makanan kaleng bisa dijadikan cara praktis untuk menambah asupan makanan bergizi ke dalam diet sehari-hari. Ketersediaan makanan yang aman dan berkualitas masih minim di berbagai tempat di dunia. Pengalengan makanan membantu memastikan agar orang memiliki akses  makanan sehat dan bersih.

 

Baca juga: Mau Sehat? Makan Bambu!

 

Makanan Kaleng Kemungkinan Mengandung BPA

Ketika membahas apakah makanan kaleng sehat, kita juga perlu mencari tahu tentang risiko kesehatannya. BPA atau bisphenol-A adalah zat kimia yang sering terkandung dalam kemasan makanan, termasuk kaleng. Penelitian menunjukkan bahwa BPA dari dinding kaleng bisa meresap ke dalam makanan di dalamnya. 

 

Satu penelitian menganalisis 78 makanan kaleng dan menemukan kandungan BPA di dalam 90% dari makanan tersebut. Selanjutnya, penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaleng merupakan penyebab utama paparan BPA.

 

Dalam satu penelitian, orang yang mengonsumsi satu porsi sup kaleng harian selama lima hari mengalami peningkatan kandungan BPA di dalam urinnya sebanyak 1000 persen. 

 

Meskipun bukti penelitiannya masih berbeda-beda, beberapa penelitian pada manusia mengaitkan BPA dengan penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan disfungsi seksual pria. Jadi, kalau Kamu ingin mencegah paparan BPA, maka sebaiknya menghindari konsumsi makanan kaleng. 

 

Makanan Kaleng Bisa Mengandung Bakteri Berbahaya

Meskipun sangat langka, makanan kaleng yang tidak diolah dengan baik mungkin bisa terkontaminasi bakteri berbahaya yang disebut Clostridium botulinum. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri ini bisa menyebabkan botulisme, penyakit serius yang bisa menyebabkan paralisis dan kematian jika tidak segera ditangani.

 

Pada kebanyakan kasus, botulisme disebabkan oleh konsumsi makanan yang disimpan secara tidak higienis di rumah. Botulisme yang disebabkan oleh makanan kalengan yang diproduksi secara komersil sangat jarang terjadi.  Hindari konsumsi makanan kaleng yang kemasannya tidak rata, rusak, ataupun bocor.

 

Beberapa Makanan Kaleng Mengandung Banyak Garam, Gula, atau Pengawet

Garam, gula, dan bahan pengawet terkadang dicampurkan ke dalam proses pengalengan makanan. Beberapa makanan kaleng memiliki kandungan garam yang tinggi. Hal ini bisa bermasalah untuk orang yang memiliki hipertensi.

 

Selain itu, makanan kaleng juga bisa memiliki kandungan gula yang tinggi. Konsumsi gula berlebihan meningkatkan risiko banyak penyakit, termasuk obesitas, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2. Selain itu, beberapa makanan kalemg juga mengandung bahan pengawet makanan.

 

Jadi, apakah makanan kaleng sehat? Makanan kaleng bisa menjadi alternatif ketika Kamu tidak bisa mengonsumsi makanan segar. Namun, makanan kaleng juga umumnya memiliki kandungan BPA, yang bisa menyebabkan masalah kesehatan. Jadi, Kamu boleh saja mengonsumsi makanan kaleng, namun batasi konsumsinya. (UH)

 

Baca juga: Bahaya Penggunaan Kertas Rames Sebagai Pembungkus Makanan

 

Sumber:

Healthline. Canned Food: Good or Bad?. Oktober 2019.

Dewanto V. Thermal processing enhances the nutritional value of tomatoes by increasing total antioxidant activity. 2002.