Proses persalinan terkadang tak selalu berjalan mulus. Salah satu yang bisa terjadi pada ibu melahirkan adalah ruptur perineum, yang lazim ditemukan pada setiap persalinan normal. Apa itu ruptur perineum? Telusuri lebih lanjut mengenai penjelasan serta penanganannya ya, Mums!

 

Baca juga: 4 Hal yang Harus Dipersiapkan Menjelang Proses Persalinan

 

Apa Itu Ruptur Perineum?

Perineum adalah daerah otot dan kulit yang terletak di antara vagina dan anus. Ruptur perineum merupakan kondisi robeknya tersebut pada saat bayi dilahirkan melalui proses persalinan normal. Situasi ini lazim terjadi, terutama jika persalinan menggunakan alat bantuan (forcep/vacuum). Terjadinya cedera perineum ditandai dengan perineum yang meregang dan robek akibat adanya kontak dengan kepala atau anggota tubuh si Kecil saat melalui jalan lahir.

 

Ruptur perineum lebih berpotensi terjadi pada ibu yang baru pertama kali menjalani persalinan normal. Hal ini disebabkan jalan lahir belum pernah dilalui oleh bayi, sehingga otot-otot di perineum lebih rawan untuk meregang. Tingkat perdarahan akibat ruptur perineum pun bervariasi.  

 

Pemicu Terjadinya Ruptur Perineum

Kondisi fisik ibu dan bayi menjadi faktor yang sangat menentukan terjadinya ruptur perineum. Selain itu, tindakan menggunakan vakum dan forsep selama proses persalinan, panjang perineum, bobot bayi yang besar, serta diameter kepala bayi, merupakan faktor-faktor lain yang turut mencetuskan risiko terjadinya robekan pada perineum.

 

Tipe-tipe Ruptur Perineum

Ruptur perineum dapat digolongkan menjadi 4 kategori. Mulai dari ruptur perineum tingkat 1 hingga ruptur perineum tingkat 4. Robekan ruptur perineum tingkat 1 terjadi pada selaput lendir vagina atau kulit perineum. Kondisi ini dapat menyebabkan sedikit rasa nyeri, sensasi perih, atau terbakar ketika buang air kecil. Tindakan medis yang diperlukan untuk mengatasi ruptur perineum tingkat 1 pada umumnya hanya sedikit jahitan.

 

Sementara untuk ruptur perineum tingkat 2, robekan mengenai selaput lendir vagina dan bagian otot-otot perineum. Salah satu otot yang berpotensi terkena robekan adalah otot pernei aranseralis, tetapi tidak akan sampai mencederai otot sfingerani. Berada di antara vagina dan anus, otot perineum ini berfungsi sebagai jaringan penyokong rektum, kandung kemih, dan rahim.

 

Ruptur perineum tingkat 2 membutuhkan jahitan untuk menutup robekan pada jalan lahir. Hal yang perlu menjadi perhatian khusus, hasil jahitan pada ruptur perineum dapat menyebabkan gatal dan terasa kencang di bagian sekitar vagina. Namun, kondisi ini tergolong normal sebagaimana proses pemulihan luka jahitan, serta akan berkurang setelah tubuh beradaptasi.

 

Pada ruptur perineum tingkat 3, robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingterani. Sedangkan pada ruptur perineum tingkat 4,  robekan perineum terjadi sampai mengenai otot sfingterani dan mukosa rektum.

 

Wanita yang mengalami ruptur perineum biasanya merasa tidak nyaman, terutama saat duduk tegak. Aktivitas buang air besar pun dapat menyebabkan naiknya tekanan pada tubuh bagian bawah. Bahkan aktivitas batuk dan bersin juga akan terasa cukup mengganggu.

 

Pada minggu ke-2, biasanya luka robek atau bekas jahitan akan berangsur-angsur membaik. Namun, kekuatan saraf dan otot membutuhkan waktu beberapa minggu lagi untuk pulih sepenuhnya.

 

Baca juga: Lakukan 6 Hal ini Saat Fase Awal Persalinan

 

Meringankan Rasa Tidak Nyaman akibat Ruptur Perineum

Untuk membantu meringankan rasa tidak nyaman akibat perineum robek, Mums dapat melakukan beberapa cara. Pada ruptur perineum tingkat 1, dapat dibantu dengan squeeze bottle yang diisi air hangat, lalu luangkan air dari botol ke bagian vulva ketika buang air kecil.

 

Berikut beberapa tips yang dapat dicoba untuk menangani rasa tidak nyaman pada ruptur perineum tingkat 2 hingga tingkat 4.

  • Duduk di bantal atau alas bundar yang empuk.
  • Kompres luka dengan kantong es.
  • Tuang air hangat ke vulva ketika buang air kecil dan cuci bersih. Kemudian saat buang air besar, tekan pelan-pelan daerah yang terluka dengan kain lembut dan bersih.
  • Jika perlu, minta saran dokter untuk obat pereda nyeri atau obat pencahar.

 

Pencegahan Ruptur Perineum

Meski ruptur perineum adalah hal yang kerap terjadi dalam persalinan normal, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalisasi luka ruptur perineum saat bersalin.

  • Konsultasi dengan bidan atau dokter sejak jauh-jauh hari mengenai kapan waktu tepat dan seberapa kuat usaha mendorong janin saat proses persalinan.
  • Melakukan pijat perineum bagi ibu hamil, yang berguna untuk melancarkan persalinan. Pijat ini mampu merangsang jaringan-jaringan vagina menjadi lebih fleksibel dan mengurangi risiko terjadinya ruptur perineum atau episiotomi.
  • Perhatikan posisi tubuh selama proses persalinan. Beberapa posisi dapat mengurangi tekanan pada perineum. 
  • Meminta bantuan dari orang terdekat. Bantuan bisa dengan mengaplikasikan kain hangat di sekitar perineum.

 

Meskipun demikian, kadang kala tidak ada yang dapat mencegah terjadinya ruptur perineum tingkat 1 hingga tingkat selanjutnnya. Mums disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan jika area sekitar jahitan terasa sakit atau berbau menyengat agar kemungkinan terjadinya infeksi dapat segera ditangani. (AS)

 

Baca juga: Lakukan Pijat Perineum Agar Vagina Tidak Robek Saat Melahirkan