Kegiatan membedong bayi seolah sudah menjadi tradisi turun temurun di kalangan para orang tua. Kata orang zaman dulu, bedong dilakukan agar bayi selalu merasa hangat dan membuat kakinya tidak bengkok. Namun, apa bayi harus dibedong di zaman sekarang?

 

Apa Bayi Harus Dibedong?

Bedong bayi merupakan teknik membungkus bayi dengan kain dari bagian dada hingga ujung kaki, sehingga hanya bagian kepala hingga area pundak saja yang bebas. Teknik ini menyerupai suasana bayi ketika masih di dalam rahim sang Ibu.

 

Jika ditanya apa bayi harus dibedong, jawabannya tidak harus, Mums. Dokter Kimberly Edwards, dokter anak di Austin Regional Clinic, sebenarnya tidak lagi merekomendasikan teknik ini dilakukan di masa yang sekarang. Namun, bila bayi bisa ditenangkan saat rewel atau tidur lebih nyenyak dengan dibedong, ini boleh-boleh saja untuk dilakukan.

 

Salah-salah, Bedong Bayi Bisa Berdampak Buruk

Setelah mengetahui jawaban apa bayi harus dibedong, hal berikutnya yang harus Mums memperhatikan teknik bedong bayi. Pasalnya, bila bedong bayi tidak tepat, bisa membahayakannya, bahkan berujung pada kematian!

 

Walau kurang familier, ada sebuah kondisi bernama kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS) pada bayi di bawah 12 bulan tanpa penyebab yang jelas. SIDS kerap terjadi ketika bayi sedang tidur.

 

Bila bayi dibedong terlalu ketat, ia bisa saja mengalami kesulitan bernapas atau tidak bisa bernapas saat tanpa sengaja berganti posisi menjadi tengkurap. Sementara bila bayi dibedong terlalu longgar, kain bedong dapat tanpa sengaja menutupi mulut dan hidungnya saat tidur. Keduanya dapat membahayakan nyawa bayi karena mengakibatkan SIDS.

 

Risiko lain dari teknik bedong bayi yang tidak tepat adalah displasia panggul. Kondisi ini terjadi ketika pinggul tidak berkembang dengan seharusnya. Saat kaki diluruskan dan diikat terlalu kencang oleh bedong bayi, persendian si Kecil dapat terkilir dan tulang rawannya rusak. Padahal, penting untuk memberikan ruang bagi pinggul bayi bergerak secara leluasa.

 

Bedong juga bisa menyebabkan bayi kegerahan. Jadi, pastikan si Kecil tidak kepanasan selama dibedong. Tanda bayi kegerahan ialah:

  • Berkeringat.
  • Rambutnya basah dan lepek.
  • Muncul ruam atau pipinya memerah.
  • Napasnya terdengar berat.

 

Apa yang Perlu Dipertimbangkan dan Kapan Harus Berhenti Bedong Bayi?

Apa bayi harus dibedong jawabannya tidak selalu ya, Mums. Semuanya kembali lagi pada kondisi dan karakter masing-masing bayi. Jika si Kecil tampak senang dan nyaman selama dibedong, maka silakan dilakukan. Namun, bila si Kecil kelihatan semakin rewel dan kegerahan, maka sebaiknya hentikan.

 

Kebanyakan dokter anak dan American Academy of Pediatrics menyarankan orang tua berhenti membedong bayi ketika mencapai usia 2 bulan. Berdasarkan keterangan dari dr. Edwards, hal ini disebabkan bayi mulai bisa berguling di usia 4 bulan. Ditakutkan ketika ia berguling dan tengkurap dalam keadaan masih dibedong, si Kecil tidak bisa kembali ke posisi telentang dan kesulitan bernapas.

 

Selain itu, Mums juga perlu mempertimbangkan beberapa hal ini:

  • Pastikan bayi selalu dalam pengawasan orang dewasa bila tidur sambil dibedong. Jangan sampai ia tidur dalam posisi tengkurap.
  • Dokter Edward menyarankan teknik bedong yang tepat, yaitu dengan tidak membedong bayi terlalu ketat, sehingga pinggulnya masih bisa bergerak, tetapi posisi tangan tetap di dalam kain. Pastikan ada jarak seukuran tangan Mums antara dada bayi dan kain bedong.
  • Jangan membedong bayi terus menerus. Berikan waktu untuk tubuhnya bergerak secara leluasa agar bisa berkembang secara optimal.

 

Nah, itulah jawaban apa bayi harus dibedong ya, Mums. Tenang saja, seiring waktu, si Kecil akan beradaptasi dan bisa menenangkan dirinya sendiri tanpa harus dibedong, kok! (AS)

 

Referensi

Harvard Medical School: Should you swaddle your baby?

Healthline: When Should I Stop Swaddling My Baby?