Halo Mums, saya mau sharing nih. Jadi, beberapa hari ini anak saya yang baru lahir mengalami batuk dan pilek. Ini menyebabkan anak saya sesak napas. Kalau bernapas, pasti ada suara seperti suara orang dewasa lagi mengorok.

 

Saya tidak cepat-cepat membawanya ke dokter, karena pasti hanya akan disuruh untuk memberikan ASI sebanyak-banyaknya saja. Pasalnya, usia anak saya masih hitungan hari. Saya pun rada takut juga jika dokter memberikan resep berupa antibiotik

 

Menurut yang saya baca, antibiotik jangan diberikan dulu kepada bayi. Lagipula, batuk dan pilek anak saya tidak disertai demam. Jadi, saya mencoba mencari-cari solusi lain melalui artikel-artikel yang ada di internet. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menguapkan bayi.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Mendapatkan Vaksin Influenza!

 

Sekarang ini, yang namanya menguapkan atau nebul tergolong cukup mahal juga, ya. Untuk orang dewasa sih, sekali nebul segala cairan ingus langsung keluar semua. Jadi, bisa membuat kita bernapas lega. Namun bagamana dengan bayi, apa boleh? kalau boleh, apakah aman jika digunakan oleh bayi baru lahir?

 

Kecenderungan orang tua zaman sekarang seperti saya, akan menggunakan nebulizer untuk mengobati gangguan pernapasan, seperti flu dan batuk, pada si Kecil. Namun setelah saya mencari tahu tentang nebulizer, ternyata ini memiliki efek samping. Hal ini sempat membuat saya kaget, berikut adalah penjelasan yang saya dapatkan dari berbagai sumber.

 

Penggunaan nebulizer tidak dianjurkan digunakan untuk bayi. Hal ini dikarenakan uap dari nebulizer dapat memperlebar jalan keluarnya dahak. Setelah jalur melebar, dahaknya juga keluar. Namun, jalan napas pada si Kecil tidak akan kembali ke bentuk semula.

Baca juga: Pengalaman Pertama Menghadapi Bayi Batuk Pilek

 

Selain itu, di dalam nebulizer mengandung steroid. Pemberian nebulizer yang tidak tepat efeknya dapat menyebabkan keringnya saluran pernapasan dan dapat menyebabkan timbulnya jamur di mulut (lidah akan terlihat bercak putih). Jika sudah menggunakan nebulizer, disarankan untuk tidak digunakan secara sering.

 

Wah, ternyata bahaya juga untuk pemakaian nebulizer untuk bayi. Mana kadang kita tidak mengerti arti tangisan bayi kalau sedang kesakitan atau kelaparan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan nebulizer, yaitu:

1. Lakukan atas petunjuk dan saran dokter.
2. Pastikan alat nebulizer steril.
3. Pastikan obat dan dosis yang diberikan sudah tepat.
4. Jika dalam 3 hari tidak ada perubahan,konsultasikanlah kepada dokter.

 

Bagaimana mengetahui anak  memerlukan pertolongan dokter?

1. Ketika bernapas, lebih dari 60 kali permenit (ini sudah termasuk cepat) atau lebih dari 45 kali bila sudah di atas 1 tahun.
2. Hidung anak kembang kempis dalam bernapas.
3. Terdapat cekungan antara perut dan dada membentuk segitiga cekung, artinya anak sudah bernapas berat dan menggunakan otot bantuan untuk bernapas.
4. Terdengar suara dalam tarikan napasnya.
5. Napas berhenti dalam hitungan, atau istilahnya memiliki jeda lebih dari 20 detik.

 

Nah, setelah tahu begini saya jadi lebih berhati-hati untuk tidak sembarangan mengambil keputusan sendiri. Soalnya untuk perawatan bayi baru lahir tidak bisa sembarangan juga, apalagi untuk makanannya. Karena bayi baru lahir hanya diperbolehkan mengonsumsi ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa embel-embel makanan yang lain termasuk obat, saya juga was-was meskipun itu dari dokter. Kecuali memang kondisinya sudah tidak bisa di toleransi lagi, baru saya bawa si Kecil ke dokter. Semoga bisa bermanfaat ya buat Mums semuanya.

Baca juga: Ketahui Penyebab dan Cara Perawatan Anak Saat Batuk

 

Mitos Merawat Bayi - guesehat.com