Bagi orangtua yang menanti-nantikan kelahiran buah hati, apapun akan dilakukan demi melindungi darah dagingnya. Menjaga kesehatannya adalah hal yang mutlak dilakukan saat bayi lahir. Di usia awal kehidupannya, bayi berada dalam kondisi yang rentan. Berbagai virus dan bakteri yang cenderung sanggup ditangkal orang dewasa, dengan mudahnya menyerang bayi. Untuk mewaspadai gangguan kesehatan pada bayi yang berbahaya, pastikan Mums melengkapi daftar imunisasi untuk bayi. Berikut 7 Hal penting seputar imunisasi bayi usia 0-6 bulan.

 

Imunisasi Bayi Usia 0-6 Bulan

 Berikut hal seputar imunisasi bayi 0-6 bulan yang perku diketahui:

 

1. Apa itu Imunisasi?

Dari laman kemkes diketahui bahwa secara sederhana konsep imunisasi adalah menyuntikkan virus yang telah dilemahkan ke tubuh bayi agar tubuh anak menyesuaikan dan membentuk antibodi alami untuk menyerang balik virus tersebut. Imunisasi merangsang kekebalan spesifik dalam tubuh untuk mampu melawan penyakit berbahaya, mencegah sakit, cacat, dan kematian.

 

2. Daftar imunisasi bayi baru lahir tahap 1

Di rentang usia 0-6 bulan terdapat sejumlah imunisasi yang dibutuhkan oleh bayi. Adapun yang termasuk dalam imunisasi tahap 1 ini adalah hepatitis B, polio, BCG, dan DPT. Untuk vaksin hepatitis B dapat diberikan pada bayi usia 24 jam. Vaksin ini penting karena hepatitis B dapat menyerang fungsi hati. Vaksin hepatitis B sendiri terdiri dari 4 dosis. Dosis kedua diberikan setelah jeda satu bulan, kemudian dosis berikutnya di bulan ke-4 dan ke-6. 

 

Vaksin polio diberikan saat anak usia satu bulan untuk menghindari penyakit yang berisiko kelumpuhan. Sementara di usia 2-3 bulan berikan imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Sedangkan untuk imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) bisa diberikan pada bayi ketika memasuki usia 2-4 bulan. Imunisasi ini dilakukan dengan jeda pemberian 1 bulan.

 

3. Reaksi tubuh setelah imunisasi

Banyak orang enggan melakukan imunisasi karena disebut-sebut dapat menimbulkan efek seperti bengkak, nyeri, dan demam. Padahal faktanya hal ini sangat jarang terjadi. Dikutip dari laman IDAI kemerahan pada bekas suntikan, bengkak, nyeri, dan demam pada beberapa anak setelah imunisasi adalah reaksi normal. Umumnya akan hilang setelah 2-3 hari. Jika tidak, disarankan agar segera periksakan ke layanan kesehatan.

 

4. Imunisasi tidak bisa diganti dengan ASI

Berbeda dengan ASI yang membentuk kekebalan yang tidak spesifik, setiap imunisasi membentuk kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tertentu. Hingga saat ini tidak ada penelitian yang menyatakan imunisasi bisa diganti dengan ASI.

 

5. Sudah imunisasi kok masih tertular penyakit?

Perlindungan vaksin memang tidak 100%, namun bagaimanapun bayi yang diimunisasi tetap akan memiliki kekebalan yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak diimunisasi. Kalaupun masih tertular penyakit, efeknya cenderung jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Berbeda dengan bayi tanpa imunisasi yang berisiko mengalami sakit berat, cacat, bahkan meninggal saat tertular penyakit berbahaya.

 

6. Bahaya tidak diimunisasi

Bayi yang tidak diimunisasi rentan terkena penyakit. Tidak hanya itu anak yang tidak diimunisasi juga berpotensi menyebarkan penyakit yang dia idap ke orang lain di sekitarnya sehingga bukan tidak mungkin bisa menimbulkan wabah yang menyebabkan risiko kematian lebih banyak. Orangtua yang menolak imunisasi tak hanya membahayakan anaknya saja, tetapi juga anak-anak lain di sekitarnya.

 

7. Kualitas vaksin di Indonesia

Tahukah Mums jika vaksin Program Imunisasi di Indonesia juga dipakai oleh 132 negara lain? Kualitas vaksin buatan PT Biofarma Bandung telah diakui oleh WHO, tidak heran jika negara lain pun menggunakannya.

 

Itulah beberapa hal seputar imunisasi pada bayi yang menarik untuk diketahui. Untuk informasi lebih lanjut terkait imunisasi pada bayi, jangan ragu untuk menghubungi dokter dan layanan kesehatan terdekat.

 

 

Referensi:

promkes.kemkes.go.id

idai.or.id

idai.or.id