Sakit kepala merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan pasien, terutama pasien dengan usia di atas 40 tahun. Namun tidak jarang juga keluhan ini dikeluhkan oleh anak usia sekolah dan remaja. Sedangkan untuk anak lebih kecil, keluhan nyeri kepala seringkali sulit dinilai karena ketidakmampuan mereka untuk mengutarakan lokasi dan gambaran nyeri yang ada. Berdasarkan pengalaman saya bekerja di rumah sakit, penanganan sakit kepala itu sangat berbeda tergantung sosial ekonomi lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Saya pernah menjalani program magang di suatu rumah sakit terkemuka di Jakarta, dengan fasilitas MRI dan CT scan yang sudah maju dan terbilang lengkap. Pasien sakit kepala, khususnya pasien dengan usia di atas 40 tahun, seringkali meminta, terkadang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yang cukup mahal dan advanced, antara lain MRI. Sampai pada beberapa kali, pasien dapat meminta untuk dilakukan CT scan atau MRI sendiri, yang tentu saja ditolak apabila menurut dokter tidak ada indikasi untuk dilakukannya prosedur ini. Jika dibandingkan dengan saat saya bekerja di rumah sakit di sebuah kota di Jawa Barat, pasien dengan sakit kepala terus menerus bahkan tidak memiliki akses pengetahuan bahwa bisa dilakukannya CT scan atau MRI ini. Beberapa rumah sakit tidak memiliki fasilitas ini, sehingga harus dilakukan sistem rujukan ke rumah sakit yang lebih tinggi tingkatannya. Good thing is, sebagian besar sakit kepala sebenarnya tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Faktor kelelahan, stres psikologis, telat makan, kurang tidur merupakan faktor umum yang sering memicu adanya nyeri kepala ini. Jadi, nyeri kepala pada umumnya dapat diperbaiki dengan gaya hidup yang lebih baik. Namun, ada beberapa keadaan yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

Migrain

Sering dikenal dengan sakit kepala sebelah. Faktor utamanya yang sering mencetuskan adalah telat makan, kurang tidur, kelelahan, dan berada di keramaian. Walaupun faktor pencetus sudah dihilangkan, gejala migrain dapat bertahan sampai beberapa hari. Untuk mengatasinya, Anda dapat melakukan relaksasi pijat kulit kepala (yes my friends said it help!) dan obat nyeri kepala khusus untuk migrain yang umum ada di pasaran.

Tension Headache

Merupakan sakit kepala yang paling umum terjadi, rasanya seperti diikat, sering terjadi di saat stres psikologis memuncak. Tension headache dapat terjadi lebih sebentar dan dapat diatasi dengan obat nyeri kepala biasa.

Cluster Headache

Jenis sakit kepala yang cukup unik, karena disertai dengan hidung dan mata yang mengeluarkan air hanya di satu sisi. Untuk penanganannya dapat segera dikonsultasikan ke dokter. Ketiga jenis sakit kepala di atas merupakan nyeri kepala yang umum terjadi, sehingga tidak diperlukan penanganan lebih lanjut.

Baca Juga : Sakit Kepala dan Migrain: Sama ataukah Berbeda?

Aneurisme, AVM

Mungkin terdengar asing, namun ini merupakan keadaan di mana pembuluh darah di otak tidak memiliki bentuk sebagaimana mestinya, sehingga dapat menimbulkan sakit kepala yang ekstrim, terkadang sampai dengan pingsan. Nyeri kepala di alami berkali-berkali dengen intensitas yang cukup sering. Untuk melihat pembuluh darah di otak, dapat dilakukan pemeriksaan MRI atas anjuran dokter.

Pendarahan di Kepala

Walaupun terdengar menyeramkan, namun apabila tidak memiliki faktor risiko tentunya tidak perlu kuatir. Jika pasien memang mengalami sakit kepala terus menerus setelah adanya benturan atau kecelakaan pada kepala, dapat dilakukan CT scan untuk melihat apakah ada perdarahan pada kepala yang menyebabkan adanya nyeri kepala tersebut.

Tumor Otak

Sakit kepala yang terus menerus, semakin berat, dan disertai gangguan gerakan, bicara, dan gangguan fungsi otak lainnya biasanya merupakan ciri tumor otak. Ini memang penyebab yang ekstrem. Namun perlu diwaspadai apabila pasien memiliki riwayat tumor di bagian tubuh lain. Tiga poin di atas merupakan jenis sakit kepala yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut seperti MRI dan CT scan. Jadi tidak semua nyeri kepala membutuhkan pemeriksaan ekstem ya, dapat dicoba dengan perubahan gaya hidup dan penggunaan obat lebih dahulu. Jika tidak membaik dapat dikonsultasikan ke dokter umum atau dokter spesialis saraf untuk penanganan lebih lanjut.

Ketahui juga beberapa kebiasaan yang dapat merusak otakmu.