Menjadi seorang ibu tidaklah pernah mudah, apalagi bagi seorang ibu baru alias yang baru melahirkan anak pertama. Hal ini tentu saja karena wanita yang baru resmi menyandang gelar sebagai seorang ibu mengalami begitu banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Dunia yang tadinya berotasi pada diri sendiri dan pasangan, tiba-tiba beralih sumbu putarnya pada bayi tersayang.

 

Saya sendiri pernah berada di fase itu, yakni fase transisi dari seorang perempuan yang belum punya anak menjadi seorang ibu. Fase ini menurut saya tidak mudah untuk dijalani. Pasalnya, begitu banyak perubahan yang terjadi dalam diri saya dan beberapa hal membuat saya freak out.

 

Di tengah-tengah kesulitan beradaptasi menjalani peran sebagai seorang ibu baru, kadang ada beberapa celotehan dari orang-orang di sekitar yang membuat saya tertekan. Perasaan tertekan itu datang karena saya merasa overwhelming. Rasanya ada banyak sekali hal yang harus saya lakukan dan perhatikan, tetapi semuanya tidak dapat dilakukan secara sempurna. Berdasarkan pengalaman saya menjalani masa adaptasi sebagai seorang ibu baru, berikut adalah lima kalimat yang menurut saya paling mengganggu dan sebaiknya tidak disampaikan kepada seorang ibu baru.

 

“Kemarin lahirannya normal atau Caesar, nih?”

Sebuah pertanyaan klasik yang mendarah daging di masyarakat kita, yaitu kelahiran normal versus pembedahan alias lewat sectio caesarea. Stigma yang beredar di masyarakat kerap memposisikan ibu yang melahirkan lewat operasi Caesar menjadi ‘bukan ibu sepenuhnya’ karena tidak merasakan mengejan dan mengeluarkan bayi dengan seluruh tenaga.

 
Baca juga: Lakukan Kegiatan-kegiatan Ini selama Cuti Hamil seperti Raisa!

 

Oleh karena itu, pertanyaan semacam, "Kemarin lahirannya normal atau Caesar?" dapat bersifat ofensif bagi sebagian ibu baru. Padahal, melahirkan secara Caesar itu bukanlah sesuatu yang tidak benar. Ada banyak masalah medis yang membuat seorang bayi harus dilahirkan lewat operasi. Misalnya pada kondisi plasenta previa, letak bayi sungsang, ibu mengalami pre-eklampsia berat, dan masih banyak lagi.

 

Daripada menanyakan dengan cara apa sang Bayi keluar dari rahim ibu, bukankah akan lebih menyenangkan untuk bertanya, "Setelah melahirkan, ibu dan bayinya sehat-sehat, bukan?" Soalnya, keselamatan ibu dan bayilah yang sebenarnya paling penting!

 

“ASI atau sufor?”

Ini adalah pertanyaan klasik kedua yang kadang membuat beberapa ibu baru menjadi gerah. Terberkatilah para ibu yang ASI-nya lancar dan dapat menyusui bayinya. Namun, ada beberapa ibu yang dengan terpaksa memberikan susu formula kepada bayinya karena berbagai alasan, mulai dari produksi ASI yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan bayi hingga menderita penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan menyusui anaknya.

 

Beberapa ibu yang saya kenal mengaku merasa sedih setiap kali mendapat pertanyaan semacam ini. Mereka merasa bukan seorang ibu seutuhnya karena tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya. Setiap ibu pasti punya alasan masing-masing, dan saya yakin semuanya demi kebaikan buah hati. Jadi, mari kita bijak untuk tidak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung dapat membuat seorang ibu baru menjadi tertekan.

 
Baca juga: Duh, 5 Negara Ini Ternyata Memiliki Angka Kelahiran yang Rendah!

 

“Nanti kalau sudah masuk kerja lagi, anaknya sama siapa?”

Sebagai seorang ibu yang juga karyawati full time, sejujurnya saya merasa pertanyaan ini cukup menganggu. Tentu saya sudah memikirkan semua rencana pengasuhan anak saat saya harus kembali bekerja. Namun menerima pertanyaan semacam ini, membuat saya dilanda kecemasan. Cemas karena takut rencana saya tidak berjalan lancar serta karena memikirkan harus berpisah dengan sang Buah Hati nantinya selama jam kerja. Kecuali kita berniat membantu, misalnya mencarikan pengasuh atau menawarkan jasa pengasuhan, lebih baik stop menanyakan hal-hal yang sifatnya kepo seperti ini, Mums!

 

 

“Kok, enggak begini? Kok, enggak begitu?”

Ada begitu banyak ‘aliran’ dalam menjadi orang tua, demikian pula style dalam merawat anak. Pernah enggak sih Mums sekalian mendengar orang lain ‘mengkritik’ gaya kita dalam mengasuh anak? Contoh yang saya alami adalah saat orang-orang bertanya mengapa saya tidak mencari pengasuh atau memilih daycare saat bekerja. Atau misalnya ketika saya memberikan empeng (pacifier) kepada anak saya, banyak juga yang mengkritik.

 

Mungkin para penanya tersebut bermaksud baik ingin menasihati saya dan memberikan saran yang menurut mereka baik. Saya pun mendengarkan semua saran yang saya terima dengan berbesar hati, apa yang baik saya terapkan dan apa yang menurut saya kurang baik saya tidak hiraukan.

 
Baca juga: Bahagia dan Fit dengan Olahraga Bersama Si Kecil

 

Namun, ada baiknya kita melihat situasi dan kondisi jika ingin menyampaikan saran terhadap pola pengasuhan seorang ibu kepada anaknya. Lebih bijaksana lagi, jika saran disampaikan karena memang diminta. Karena saya pribadi percaya, pasti ada alasan bagi seorang ibu menerapkan pola pengasuhan tertentu.

 

“Enggak usah dibawa pusing, semua ibu-ibu juga pernah ngalamin kaya gini, kok!”

Saya beberapa kali mendengar kalimat ini saat bercerita mengenai betapa saya kewalahan menghadapi hari-hari awal menjadi ibu baru. Pernyataan di atas terdengar menenangkan, tetapi sebenarnya menyimpan makna agar seorang ibu baru tidak boleh lebay akan perubahan yang dialaminya.

 

Padahal, kondisi fisik dan psikis satu ibu dengan ibu lainnya berbeda-beda. Menggampangkan perasaan cemas yang dikemukakan oleh seorang ibu baru justru dapat membuatnya semakin tertekan karena merasa ia terlalu ‘manja’. Sehingga menurut hemat saya, lebih baik mengatakan sesuatu yang penuh empati, seperti "Hal ini memang berat, tetapi Kamu sudah melakukan yang terbaik, kok."

 

Mums, itu dia lima kalimat yang menurut saya sebaiknya jangan diucapkan kepada seorang ibu baru karena dapat menimbulkan perasaan sedih, cemas, dan tertekan. Tentu saja hal ini bukan berarti tidak boleh menunjukkan perhatian kepada ibu baru. Namun, ada baiknya pilihlah kalimat atau topik yang lebih netral dan berempati. Untuk Mums yang juga pernah mengalami masa sebagai seorang ibu baru, apakah punya pengalaman dengan perkataan dari orang lain yang menurut Mums kurang menyenangkan? Yuk, share di forum Teman Bumil!

 
Baca juga: Mums, Jangan Panik Hadapi Perubahan Pasca-Persalinan

 

Tantangan Menjadi Ibu Baru - GueSehat.com