Hilang satu muncul seribu.. Ah! Bukan sebuah kebaikan tapi perumpamaan itu sepertinya lebih pas disamakan dengan jerawat yang muncul di wajah Anda. Satu sudah mulai menghilang eh muncul lagi yang lain, bahkan kadang ‘si kecil’ ini datang bergerombol. Huft! Kemunculan jerawat terkadang membuat Anda menjadi tidak percaya diri. Jerawat bisa muncul dikarenakan adanya infeksi dari bakteri yang timbul ketika kondisi muka Anda sedang tidak bersih atau ketika Anda sedang mengalami stres.

Sebenarnya, pengobatan untuk mengatasi jerawat gampang-gampang sulit. Mungkin Anda sampai merasa frustasi karena proses pengobatan jerawat yang lama dan tidak bisa instan. Penanganan dan cara mengobati jerawat yang kurang tepat seperti kesalahan penggunanan obat seringkali justru akan memperburuk keadaan kulit Anda. Jerawat pun semakin sulit diobati dan waktu pengobatan menjadi lebih lama. Nah, supaya tidak salah memiliki obat sebaiknya Anda mengetahui beberapa obat-obatan yang digunakan untuk penanganan jerawat, seperti berikut:

Baca juga: 3 Mitos dan Fakta tentang Jerawat

 

 

1. Obat retinoid topikal

Obat-obat ini berguna untuk mengobati jerawat. Retinoin topikal diindikasikan untuk jerawat yang meradang dan tidak meradang pada pasien dengan jerawat ringan sampai sedang. Retinoin juga bisa diberikan secara oral. Cara pakainya sangat mudah, Anda hanya cukup mengoleskan krim ini pada area jerawat Anda yang sedang meradang atau tidak meradang. Namun Anda juga perlu tahu bahwa kemerahan dan pengelupasan kulit dapat timbul setelah penggunaan untuk beberapa hari. Anda bisa menghentikan penggunaan apabila kemerahan dan penglupasan kulit semakin parah.  

 

2. Obat benzoil peroksida

Benzoil peroksida efektif untuk mengatasi jerawat ringan sampai dengan sedang. Komedo dan luka yang meradang juga dapat ditangani dengan penggunaan benzoil peroksida. Benzoil peroksida dengan kadar yang rendah juga mampu untuk mengurangi peradangan dari jerawat. Penggunannya cukup dioleskan tipis dan merata 1-2 kali sehari pada tempat jerawat, lebih baik setelah cuci muka dengan sabun dan air, awali penggunaan dengan kekuatan yang lebih rendah. Namun, Anda perlu berhati-hati karena obat ini dapat mengiritasi kulit terutama pada awal terapi, sisik dan kemerahan sering kali menghilang perlahan dengan diteruskannya pengobatan. Jika jerawat tidak membaik setelah 2 bulan, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter kulit untuk mempertimbangkan antibakteri topikal.

Baca juga: Jerawat Sulit Hilang? Jangan-jangan Itu Jerawat Hiperandrogen!

 

3. Obat antibiotik topikal

Antibakteri topikal digunakan untuk jerawat dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang. Sediaan antibiotik topikal seperti eritromisin, tetrasiklin, dan klindamisin tampak cukup berguna untuk kebanyakan pasien dengan jerawat ringan. Obat-obat ini dapat menimbulkan iritasi kulit yang ringan tetapi jarang menimbulkan sensitisasi. Adanya resistensi silang, terutama antara eritromisin dan klindamisin merupakan masalah yang cukup besar. Untuk menghindarkan hal ini terjadi, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

  • Sedapat mungkin gunakan antiakne non-antibiotika (seperti benzoil peroksida).
  • Hindari pengobatan bersama dengan antibiotik oral yang jenisnya berbeda dengan antibiotik topikal.
  • Bila suatu antibiotik efektif dalam terapi, Anda perlu menggunakan kembali apabila pengobatannya berulang.
  • Pengobatan dengan sediaan topikal dilanjutkan paling tidak maksimal 6 bulan.

Nah, sekarang Anda menjadi lebih tahu kan soal obat-obatan yang bisa Anda gunakan untuk mengobati jerawat. Namun, tetap diingat sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter kulit kepercayaan Anda.

Baca juga: Efektifkah Pasta Gigi untuk Menghilangkan Jerawat?