Australia dilanda wabah sifilis. Otoritas Kesehatan Australia Selatan mengeluarkan peringatan yang menyatakan bahwa sifilis secara resmi telah meluas ke Adelaide setelah sebelumnya terjadi di Far North, Eyre Peninsula dan wilayah barat Australia lainnya. Melalui peringatan tersebut, Otoritas Kesehatan Australia Selatan menyatakan bahwa penyakit sangat menular ini bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayi yang belum lahir dan menyebabkan kematian perinatall, persalinan prematur, dan kelainan kongenital.

 

Wabah ini bermula di Queensland pada 2011 dan sejak saat itu ribuan orang di 4 negara bagian telah terinfeksi, seperti dikutip dari abc.net.au. Menurut data Departemen Kesehatan Federal Australia, ada lebih dari 2.300 kasus sifilis yang dilaporkan di 4 yuridiksi dan 7 bayi dilaporkan telah meninggal. Meski bukan di Indonesia, namun kita tentu perlu waspada dengan penyakit sifilis ini, apalagi bagi ibu hamil. Lalu, bagaimana sifilis ini bisa menyebabkan kematian pada janin?

 

Baca juga: Anak Korban Prostitusi Online Rentan Infeksi Menular Seksual



Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh sejenis bakteri. Jika dibiarkan dan tidak diobati, sifilis bisa memberikan dampak yang serius. Dikutip dari babycenter.com, sifilis dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan luka pada seseorang yang terinfeksi atau melalui hubungan seks lewat vagina, anal, atau oral. Selain itu, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui ciuman yang menyentuh sekitar bibir atau area kulit terluka dengan orang yang sudah menderita sifilis.

 

Jika ibu hamil tertular sifilis, maka kuman dapat ditularkan ke bayi melalui plasenta. Ibu hamil juga dapat menularkan sifilis ke bayinya pada saat melahirkan. Melalui aliran darah, kuman sifilis akan masuk melalui plasenta dan mengingeksi janin. Jika sifilis terdeteksi dan diobati sejak dini, kemungkinan ibu dan janin akan baik-baik saja. Namun, jika tidak diobati, kemungkinan besar bayi akan terinfeksi.







Ibu hamil yang terinfeksi sifilis dan tidak diobati memiliki kemungkinan hingga 80% untuk menularkannya ke janin. Dampak paling fatal adalah kematian janin, keguguran atau bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan akibat masalah neurologis yang berat. Sifilis juga meningkatkan risiko kelahiran prematur dan menghambat pertumbuhan janin di dalam rahim.

 

Beberapa janin yang terinfeksi sifilis bisa dideteksi dengan pemerikaan USG. Di USG umumnya terlihat plasenta terlalu besar, pembengkakan, dan pembesaran hati atau limpa pada janin. Janin yang terinfeksi sifilis mungkin memiliki kelainan lain saat lahir, seperti ruam di sekitar mulut, alat kelamin, dan anus, kelenjar getah bening yang bengkak, pneumonia, dan anemia.

 

Baca juga: Hepatitis C Menular Lewat Hubungan Seks?



Sebagian besar bayi tidak memiliki gejala pada awalnya. Namun, gejala itu bisa terlihat dalam satu atau dua bulan pertama setelah kelahiran. Jika ada gejala yang terlihat namun tidak diobati, bayi dengan sifilis ini akan memiliki risiko mengalami berbagai masalah kesehatan beberapa tahun kemudian, seperti cacat pada tulang dan gigi, gangguan penglihatan dan pendengaran, dan masalah neurologis lainnya.

 

 

Bisa Diobati Selama Kehamilan

Penisilin merupakan satu-satunya antibiotik yang aman dikonsumsi selama kehamilan dan mampu mengobati ibu dan bayi. Jika seseorang terinfeksi kuman sifilis, ia akan diberikan satu atau lebih suntikan penisilin tergantung pada stadium penyakit dan kerusakan yang ditimbulkannya.  Pada kebanyakan wanita hamil, pengobatan sifilis menyebabkan reaksi sementara, seperti demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot dan sendi.

 

Biasanya efek samping tersebut  hilang dengan sendirinya setelah 24 hingga 36 jam. Selain itu, jika pasangan positif mengidap sifilis, Kamu perlu menahan diri untuk melakukan hubungan seksual hingga kalian berdua diobati. Setelah perawatan, Kamu dan pasangan akan menjalani tes darah secara teratur untuk memastikan infeksi telah sembuh atau tidak.

 

Baca juga: Ini Faktor yang Dapat Memengaruhi Kehamilan

 

 

Mencegah Penularan Sifilis

Lakukanlah hubungan seks hanya dengan pasangan Kamu dan dinyatakan negatif mengidap sifilis. Kondom memang dapat mencegah penularan HIV dan penyakit menular seksual lainnya, namun kondom tidak dapat melindungi Kamu dari luka pengidap sifilis yang tidak terlindungi oleh kondom. Jika ada kemungkinan Kamu terkena sifilis atau penyakit menular seks lainnya selama kehamilan, segeralah berkonsultasi pada dokter sehingga Kamu dapat melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan secepatnya. (TI/AY)