Pemberian vaksin Covid-19 terus dikejar oleh pemerintah untuk mengimbangi kenaikan kasus positif yang sangat tajam. Sempat beredar beberapa isu tenang vaksin, misalnya efek samping yang berat terhadap vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. Masyarakat pun sempat takut untuk divaksin. 

 

Sebuah sub-analisis dari penelitian terbaru vaksin AstraZeneca yang dilakukan oleh Oxford menunjukkan, vaksin ini bisa memberikan kekebalan setidaknya selama satu tahun setelah satu dosis. Dikatakan bahwa level antibodi tetap tinggi dibandingkan sebelumnya, selama satu tahun setelah dosis pertama disuntikkan.

 

Selain itu, melalui siaran pers yang diterima Guesehat pada 30 Juni lalu, disebutkan jika interval pemberian vaksin AstraZeneca diperpanjang menjadi 45 minggu (jarak suntikan pertama dan kedua) maka akan menghasilkan respons imun yang lebih kuat. Penelitian ini sudah dipublikasikan oleh University of Oxford di The Lancet

 

Baca juga: Rekomendasi POGI Terkait Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil

 

Interval yang diperpanjang antara dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19 AstraZeneca hingga 45 minggu menghasilkan peningkatan respons antibodi hingga 18 kali lipat, diukur 28 hari setelah dosis kedua.

 

Dengan interval pemberian dosis 45 minggu antara dosis pertama dan kedua, titer antibodi empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan interval 12 minggu. Hal tersebut  menunjukkan bahwa interval pemberian dosis yang lebih lama tidak mengurangi efektivitas vaksin, namun justru dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat.

 

Selain itu, dosis ketiga vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diberikan setidaknya 6 bulan setelah dosis kedua, meningkatkan tingkat antibodi enam kali lipat dan mempertahankan respons sel T. Dosis ketiga juga menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B.1.1.1.7, 'Kent'), Beta (B.1.351, 'Afrika Selatan') dan Delta (B.1.617.2, 'India').

 

Baik dosis kedua yang diperpanjang intervalnya dan dosis ketiga Vaksin COVID-19 AstraZeneca kurang reaktogenik dibandingkan dengan dosis pertama.

 

Profesor Sir Andrew J Pollard, Chief Investigator & Director Oxford Vaccine Group di Universitas Oxford, mengatakan: “Hal ini merupakan berita baik bagi negara-negara dengan persediaan vaksin yang terbatas, yang mungkin khawatir terhadap keterlambatan pemberian dosis kedua vaksin di negara mereka. Terdapat respons yang sangat baik untuk dosis kedua, bahkan setelah penundaan 10 bulan dari dosis pertama.”

 

Sir Mene Pangalos, Executive Vice President BioPharmaceuticals R&D, mengatakan: “Penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa vaksin kami menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama, untuk meningkatkan keyakinan mengenai perlindungan jangka panjang. Kami berharap dapat terus bermitra dengan Universitas Oxford dan merekomendasikan badan-badan di seluruh dunia untuk mengevaluasi lebih lanjut dampak dari data-data ini.”

 

Analisis ini melibatkan sukarelawan berusia 18 hingga 55 tahun yang terdaftar dalam uji coba COV001 dan COV002 dan telah menerima satu dosis atau dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca.

 

Baca juga: Tak Perlu Pilih-pilih Vaksin Covid-19! Kata Ahli, Semuanya Aman

 

Mengenal Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Seperti Geng Sehat sudah ketahui, pemerintah Indonesia menyediakan beberapa merek vaksin COVID-19 untuk program vaksinasi nasional. Dimulai dari Sinovac, AstraZeneca, dan akan datang Pfizer, Sinopharm, dan beberapa vaksin lain.

 

Vaksin COVID-19 AstraZeneca ditemukan bersama oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-out-nya, Vaccitech. Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus) yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.

 

Setelah vaksinasi, diproduksilah protein permukaan spike yang akan mempersiapkan sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.

 

Vaksin AstraZeneca telah memperoleh izin pemasaran bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 80 negara di enam benua, sebagai rejimen dua dosis yang diberikan terpisah empat hingga 12 minggu untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Lebih dari 600 juta dosis Vaksin COVID-19 AstraZeneca telah dipasok ke 170 negara di seluruh dunia, termasuk lebih dari 100 negara melalui COVAX Facility. 

 

Baca juga: Tak Perlu Khawatir, Si Kecil Bisa Tetap Imunisasi Selama Pandemi