Hari ini saya kepingin membahas sedikit tentang kehidupan saya sebagai orang tua dan suka dukanya memiliki anak dengan jarak usia yang berdekatan. Semenjak menikah, saya dan suami memang sudah memutuskan untuk cepat memiliki anak. Faktor usia juga menjadi salah satu alasannya.

 

Namun, saya tidak melakukan program hamil ataupun mencari informasi apapun yang berkaitan dengan kehamilan. Jadi, semua berjalan seadannya saja. Jika diberi cepat ya syukur, tetapi Kalau belum ya dicoba lagi sampai berhasil.

 

Bersyukurnya setelah 4 bulan menikah, saya akhirnya hamil anak pertama. Ketika si Koko berusia 6 bulan dan mulai MPASI, saya berpikir untuk menambah anak lagi. Tujuannya biar sekalian. Soalnya memang target saya di usia 30 tahun sudah tidak mau hamil lagi. Jadi, cukup fokus membesarkan anak-anak dan mengurus rumah tangga saja.

 

Baca juga: 14 Tips Mengantisipasi Persaingan Kakak Adik



Dan lagi-lagi, saya juga tidak terlalu ngotot untuk segera hamil anak kedua. Saat itu pula, suami kurang terlalu berkenan kalau saya hamil lagi. Dia takut kalau saya tidak sanggup mengurus anak-anak. Karena dia tahu, kalau untuk urusan mengurus anak, saya tidak pernah mau memakai jasa pengasuh, seperti ART (asisten rumah tangga) ataupun suster sama sekali.

 

Namun di luar dugaan, saya hamil lagi ketika usia si Koko 7 bulan. Dengan terpaksa, si Koko minum ASI tidak sampai usia 1 tahun, yakni hanya sampai usia 11 bulan aja. Meski hamil kedua ini berbeda dengan kehamilan yang pertama, saya lebih bisa menikmati prosesnya. Bahkan sampai proses melahirkan yang saya sedikit takuti bisa diatasi dengan sangat baik dan cepat.

 

 

Saya senang dan menikmati banget mengasuh anak-anak yang jarak usianya sangat dekat, yaitu sekitar 1,5 tahun. Ada suka dan duka yang saya alami, atau mungkin lebih bisa dibilang kelebihan dan kekurangan, ya. Apa saja, sih?

 

Kelebihan memiliki anak yang jarak usianya berdekatan:

  • Dari segi mental, saya lebih siap menjadi seorang ibu karena sudah ada pengalaman dalam mengurus si Koko.
  • Segala peralatan newborn sampai MPASI bisa dipakai kembali karena kondisinya masih bagus.
  • Karena jarak usianya berdekatan, anak-anak saya bisa menjadi teman untuk satu sama lain.
  • Walaupun capek mengurus keduanya di awal-awal, setelah mereka lebih besar saya bisa lebih istirahat.
  • Masih kuat untuk mengasuh anak-anak karena kondisi tubuh masih prima. Kalau sudah mulai berumur, belum tentu bisa selincah sekarang.
  • Rada hemat karena kedua anak saya laki-laki. Jadi, baju dan sepatu yang sudah tidak dipakai si Koko bisa dipakai adiknya.

 

Baca juga: Bagaimana agar Si Kecil Tidak Cemburu dengan Adik Bayinya, Ya?

 

Dan untuk kekurangannya, ialah:

  • Lebih capek karena semua harus diurus sendirian tanpa bantuan ART ataupun suster.
  • Kasih sayang jadi terbagi karena perhatian orang tua akan lebih fokus ke anak yang lebih kecil.
  • Gampang marah, apalagi kalau liat si Titi diganggu sama kakaknya. Misalnya matanya dipegang-pegang, pas mau main bareng malah loncat-loncat di sebelah titinya yang masih bayi, atau menyuapi makanan padahal si Titi belum waktunya untuk makan.
  • Biaya yang dikeluarkan jadi dua kali lipat, khususnya untuk popok dan susu. Belum lagi ditambah saat mereka sudah mulai sekolah.
  • Waktu jadi terbagi, apalagi buat si Koko yang harusnya masih butuh perhatian dari saya dan suami. Ia jadi sedikit tidak diacuhkan, sehingga akhirnya jadi belajar dan bermain sendirian.

 

Meski ada kelebihan dan kekurangannya, saya tetap enjoy dan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi orang tua yang adil bagi mereka berdua. Bagaimanapun, saya adalah ibu yang harus selalu ada di sisi mereka. Kalau tidak sekarang, kapan lagi saya bisa sedekat ini dengan mereka? Karena saat mereka besar nanti, belum tentu mereka bisa sedekat sekarang dengan saya. Jadi, kuncinya ya nikmati saja masa-masa bareng anak-anak ya, Mums!

 

Baca juga: Hebohnya Menjaga Balita Sekaligus Bayi

 

Tips Menitipkan Anak ke Mertua - GueSehat.com