Salah satu alat kesehatan yang menurut saya wajib selalu tersedia di rumah adalah termometer untuk mengukur suhu badan. Pasalnya, kenaikan suhu badan dapat menjadi indikator akan terjadinya penyakit, terutama infeksi. Metode perabaan kening untuk menentukan demam atau tidak sangat tidak dapat dipercaya karena subjektivitasnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memiliki termometer di rumah.

 

Sejak menjadi seorang ibu, ketersediaan termometer di rumah menjadi makin penting untuk saya. Maklum, saya sering merasa panik saat suhu tubuh anak terasa lebih tinggi daripada biasanya. Demam pada anak harus senantiasa dipantau, karena suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan step alias kejang. Saking perhatiannya dengan suhu tubuh anak, saya tidak hanya menyediakan termometer di rumah saja, tetapi juga selalu membawanya saat bepergian liburan keluar kota.

 

Saat pertama kali membeli termometer, saya berkontemplasi cukup lama untuk menentukan termometer seperti apakah yang akan saya beli. Karena 

 

Tipe-tipe termometer pengukur suhu badan

Jenis termometer yang pertama adalah termometer digital. Bentuknya seperti pen, dengan ujung logam yang merupakan sensor pembaca suhu badan dan jendela kecil yang akan menunjukkan angka suhu badan yang terukur.

 

Termometer jenis ini dapat digunakan untuk mengukur suhu di mulut (oral), dubur (rectal), dan ketiak (axilla). Termometer ini memiliki kelebihan, yakni penggunaannya yang cukup cepat dan nyaman. Biasanya dibutuhkan waktu 1 menit untuk sensor membaca suhu tubuh seseorang dan menampilkannya.

Baca juga: Anak Demam? Kompres Air Dingin atau Air Hangat, Ya?
 

Harga dari termometer ini juga relatif murah dan tersedia di apotek atau swalayan yang cukup besar. Kekurangannya, termometer ini agak sulit digunakan pada bayi atau balita, karena umumnya mereka bergerak-gerak selama pengukuran. Alhasil, menyebabkan ujung sensor bergeser-geser sehingga memungkinkan kesalahan pembacaan suhu tubuh.

 

Tipe termometer berikutnya adalah termometer elektrik telinga. Termometer ini mengukur suhu badan di telinga bagian dalam. Sinar infrared yang dipancarkan di ujung probe alias pembaca suhu akan bersinggungan dengan panas tubuh, kemudian terbaca sebagai suhu tubuh.

 

Termometer ini sangat nyaman dipakai untuk bayi dan anak-anak, karena dalam waktu beberapa detik setelah dimasukkan ke telinga langsung dapat diketahui suhu tubuh bayi atau anak tersebut. Namun kekurangannya, alat ini lumayan mahal. Biasanya, termometer jenis ini digunakan di klinik atau rumah sakit. Kekurangan lain adalah jika ada penumpukan kotoran di dalam saluran telinga, maka hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pembacaan suhu.

 

Termometer kening adalah tipe termometer lain yang juga tersedia di pasaran. Dengan bentuk menyerupai pistol, ujung termometer ini ditempelkan ke dahi alias kening pasien, kemudian akan mengukur panas tubuh yang ada di arteri kening. Meskipun termometer jenis ini juga dapat menyediakan informasi suhu tubuh secara cepat dan nyaman, tetapi akurasinya tidak sebaik termometer digital.

 

Jenis termometer berikutnya adalah termometer air raksa. Bentuknya juga seperti pen dengan ujung logam yang tersambung ke sebuah tabung kaca berisi air raksa. Termometer jenis ini juga biasanya digunakan untuk mengukur suhu badan di mulut (oral) dan ketiak (axilla). Panas dari tubuh akan membuat air raksa (merkuri) di dalam tabung naik dan berhenti di suhu tubuh yang ditunjukkan.

Baca juga: Penyakit Kawasaki, Demam dengan Ruam Merah pada Si Kecil
 

Namun, penggunaan termometer air raksa ini sudah tidak lagi direkomendasikan. Karena jika gelas kaca pada termometer pecah, air raksa akan keluar dan dapat menyebabkan iritasi yang cukup serius.

 

Pemilihan disesuaikan dengan kebutuhan

Setelah mengenal berbagai jenis termometer pengukur suhu badan yang tersedia di pasaran, saatnya kita menentukan manakah termometer yang sebaiknya kita pilih. Satu hal yang pasti, hingga saat ini belum ada konsensus yang menyatakan bahwa termometer jenis tertentu menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, sebaiknya pemilihan tipe termometer disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, usia anak jika ada bayi atau balita di rumah, keterjangkauan harga, serta akurasi pengukuran.

 

Saya sendiri memiliki dua tipe termometer yang berbeda di rumah, yaitu termometer digital dan termometer dahi. Termometer dahi saya pilih karena kecepatannya dalam memberikan hasil pengukuran suhu, serta penggunaannya yang relatif mudah. Termometer jenis ini cocok untuk anak saya yang sulit sekali diam.

 

Termometer jenis kedua, yakni termometer digital, saya gunakan sebagai pembanding karena biasanya hasil pengukurannya lebih akurat. Harga beli kedua tipe termometer ini terbilang cukup terjangkau, sehingga menjadi nilai plus saat memilih termometer.

 

Baca dahulu petunjuk penggunaan

Apapun termometer yang dipilih, satu hal yang pasti bacalah terlebih dahulu petunjuk penggunaan, pembersihan, dan penyimpanannya. Pasalnya, ternyata cara penggunaan yang tidak tepat dapat memengaruhi akurasi hasil pengukuran suhu! Misalnya pada penggunaan termometer telinga, penempatan ujung termometer yang tidak tepat akan menyebabkan kesalahan pengukuran suhu.

Baca juga: Penyebab Demam pada Wanita Hamil
 

Kebanyakan termometer digital menggunakan baterai yang menyerupai baterai jam tangan sebagai sumber dayanya. Pastikan Kamu tahu di mana harus memperoleh baterai yang baru jika yang lama sudah habis dayanya.

 

Gengs, termometer untuk mengukur suhu badan memang bermacam-macam. Masing-masing tipe memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Hingga saat ini, belum ada konsensus resmi tentang jenis termometer terbaik di antara semuanya. Jadi, pemilihan termometer dapat Kamu sesuaikan dengan kebutuhanmu.

 

Sudah tahu akan pilih termometer tipe apa untuk digunakan di rumah? Salam sehat!