Penyakit

Status Epileptikus

Deskripsi

Definisi status epileptikus (SE) belum mendapat keseragaman sampai saat ini dan hanya sering dinyatakan sebagai kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.

 

Tetapi sebagian para ahli, khususnya menurut Epilepsy Foundation of America, mendefisinisikan status epileptikus sebagai kejang yang terus-menerus selama paling sedikit selama 30 menit atau adanya dua atau lebih kejang terpisah tanpa pemulihan kesadaran diantaranya.

 

Beberapa ahli yang lainnya mempertimbangkan bahwa durasi kejang lebih singkat dapat merupakan status epileptikus. Untuk alasan praktis, pasien dianggap sebagai status epileptikus jika kejang terus-menerus lebih dari 5 menit. Status epileptikus diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.

 

Klasifikasi penting diperlukan untuk penanganan yang tepat karena penanganan yang efektif tergantung pada jenis dari status epileptikus. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan lokasi awal bangkitan yaitu area tertentu dari korteks (partial onset) atau dari kedua hemisfer otak (generalized onset). Kategori utama lainnya bergantung pada pengamatan klinis ada atau tidaknya konvulsi.

Pencegahan

Pencegahan status epileptikus bergantung pada penyebabnya. Karena kebanyakan kasus status epileptikus tidak diketahui penyebabnya dan pasien juga tidak memiliki riwayat kejang, pencegahan status epileptikus pun menjadi sulit untuk dilakukan.

 

Namun, pengelolaan gaya hidup sehat dapat membantu. Pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu khususnya obat anti epilepsi, harus mengikuti penggunaan yang tepat karena penghentian obat tiba-tiba pun bisa memperbesar risiko untuk terjadinya status epileptikus. Menghindari konsumsi alkohol berlebih juga dapat dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya status epileptikus.

Gejala

Variabilitas gejala yang muncul di tiap individu tinggi. Gejala yang muncul bisa berbeda-beda khususnya tergantung dari jenisnya. Gejala utama yang muncul adalah kejang berulang. Hal ini terkait dengan kegagalan mekansime untuk membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmitter eksitasi yang berlebihan dan/atau aktivitas neurotransmitter inhibisi yang tidak efektif.

 

Status epileptikus juga sering dihubungkan dengan perubahan fisiologis sistemik hasil peningkatan kebutuhan metabolik akibat kejang berulang dan perubahan autonomy termasuk takikardi, aritmia, hipotensi, dilatasi pupil, dan hipertermia. Perubahan sistemik termasuk hipoksia, hiperkapria, hipoglikemia, asidosis metabolik, dan gangguan elektrolit juga bisa terjadi.

Penyebab

Secara umum, penyebab status epileptikus dibagi menjadi simpomatis (penyebab diketahui) dan idiopatik/kriptogenik (penyebab tidak diketahui). Beberapa penyebab yang diketahui antara lain karena manifestasi akut dari infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, perdarahan dan trauma kepala. Bisa juga dikarenakan riwayat penyakit kelainan sebelumnya, kelainan neurologi progresif seperti tumor otak, atau juga karena epilepsi.

Diagnosis

Diagnosis pada status epileptikus cukup sulit dan bahkan kesalahan-kesalahan dalam diagnosis sering terjadi. Ketepatan diagnosis bergantung pada pasien maupun saksi atau orang di sekitarnya. Perlu diketahui apa yang dirasakan pasien sebelum kehilangan kesadaran, penjelasan yang dilakukan pasien setiap tahap kejang dari saksi, serta apa yang dirasakan pasien setelah kejang.

 

Pemeriksaan dengan elektroensefalografi (EEG) perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. EEG membantu dalam mengklasifikasiak jenisnya. Selain itu pemeriksaan fisik dan neurologi juga perlu dilakukan untuk melihat riwayat penyakit pasien.

Penanganan

Status epileptikus harus ditindaklanjuti secapat mungkin untuk menghidari kematian dan cedera saraf permanen. Pilihan terapi yang diberikan untuk kasus status epileptikus belum ada konsensus bakunya. Pada tahap awal perlu mempertahankan dan memperbaiki fungsi vital yang mungkin terganggu.

 

Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus dilakukan seiring dengan pemberian obat antikonvulsan. Pemilihan jenis obat serta dosis anti konvulsan pada tata laksana status epileptikus sangat bervariasi atau belum ada konsensus bakunya.

 

Lorazepam atau diazepam sering diberikan pada tahap awal, disusul dengan fenitoin atau fenobarbital. Jika kejang masih berlanjut, dapat dipertimbangkan pemberian anestesi umum seperti midazolam, propofol, atau pentobarbital. Selama pemberian obat perlu dilakukan pemantauan efek samping obat dan penting juga untuk tetap melakukan monitoring elektroensefalografi (EEG).

 

Baca juga: Stem Cell, Harapan Baru bagi Penderita Epilepsi

Rekomendasi Artikel

Pertolongan Pertama pada Anak Step

Pertolongan Pertama pada Anak Step

Tidak hanya Mums, orang lain yang mengenal si Kecil juga harus tahu cara melakukan pertolongan pertama anak step.

Ruby Astari

27 June 2021

Jika Anak Terdiagnosis Epilepsi

Jika Anak Terdiagnosis Epilepsi

Anak yang mengalami epilepsi sudah menunjukkan beberapa gejala sebelum mengalami kejang. Namun gejalanya berbeda-beda.

GueSehat

01 April 2018

Mengenal Lebih Dalam tentang Epilepsi

Mengenal Lebih Dalam tentang Epilepsi

Kejang yang berulang adalah kondisi epilepsi jika sudah parah. Jika sering melamun dan terbangun kejang di malam hari, coba bawa dirimu atau anak ke dokter

GueSehat

28 March 2018

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...