Apa dampak jika si Kecil tidak bisa meninggalkan kebiasaan mengisap jari?

Umumnya, seiring pertambahan usia, yakni sekitar 1,5 hingga 2 tahun, kebiasaan mengisap si Kecil akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika kebiasaan ini tak kunjung hilang, maka Mums perlu merasa khawatir karena dapat membawa sejumlah dampak bagi perkembangan si Kecil. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat kebiasaan mengisap jari:

  1. Gangguan susunan gigi

    Gangguan atau permasalahan susunan gigi adalah dampak buruk pertama dari kebiasaan mengisap jari. Susunan gigi akan berubah menjadi lebih maju atau mundur jika anak terbiasa mengisap jari. Selain itu, atap mulut juga bisa menjadi cacat. Dan jika dibiarkan dalam waktu lama, maka pengobatan dari dokter gigi mungkin akan diperlukan.

  2. Kesulitan berbicara

    Dampak buruk lain yang bisa terjadi jika anak tidak melepaskan kebiasaannya mengisap jari adalah kesulitan berbicara. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan mengisap jari akan membuat susunan gigi menjadi berantakan. Ketika susunan gigi berantakan, maka akan terjadi keterlambatan keselarasan antara lidah dan gigi untuk menghasilkan suara, Kondisi cadel juga dapat terjadi akibat efek samping dari mengisap jari.

  3. Penyebaran kuman

    Jari tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang penuh dengan kuman tak terlihat. Nah, jika anak terbiasa mengisap jari, maka bukan tidak mungkin jika kuman akan menyebar masuk ke dalam pencernaan si Kecil.

  4. Infeksi jari

    Kebiasaan mengisap jari juga dapat membuat kulit jadi menipis dan rentan terkena infeksi.

Baca juga: Tanda-tanda Bayi Cukup ASI

 

Bagaimana Mengatasi Kebiasaan Mengisap Jari pada Bayi?

Seperti dikatakan sebelumnya, kebiasaan mengisap jari merupakan aktivitas normal yang pasti dilakukan oleh setiap bayi. Namun, bagaimana jika kebiasaan ini tidak bisa hilang saat anak sudah tumbuh besar?

Nah, untuk mengatasinya, berikut ada beberapa saran dari dr. Robert Anderson, seorang dokter anak yang berasal dari Lowa, Kanada.

  • Batasi waktu si Kecil untuk mengisap jarinya. Contohnya, ia hanya boleh mengisap jempol saat di dalam kamar atau ketika di rumah dan menjelang waktu tidur saja. Selebihnya, larang anak untuk melakukan ini.

  • Jangan jadikan kebiasaan ini sebagai bahan pertengkaran antara Mums dan si Kecil. Sebaliknya, jika memang anak sudah dapat melepas kebiasaan ini, puji mereka. Mums bisa mengatakan bahwa dia sangat pintar ketika dia tidak mengisap jempolnya.

  • Biasakan untuk berkomunikasi mengenai kebiasaanya ini. Katakan kepada anak Mums bahwa Mums akan membantunya untuk menghentikan kebiasaan mengisap jarinya tersebut. Untuk lebih menunjukkan dukungan padanya, Mums juga bisa memberikan gimmick sebagai hadiahnya. Misalnya, Mums akan membelikan makanan kesukaannya jika ia tidak melakukan kebiasaan tersebut selama satu hari penuh.

  • Ingatkan anak bahwa kebiasaan mengisap jari tersebut akan membuatnya terlihat tidak sopan. Jangan ragu juga untuk mengingatkan ketika si Kecil secara tidak sadar mengemut jarinya. Namun, tentunya tetap lakukan ini dengan bahasa yang halus dan enak untuk didengar ya, Mums.

 

Mengisap jempol atau jari lainnya memang merupakan hal normal yang pasti akan dilakukan oleh bayi hingga ia berusia sekitar 2 tahun. Mums tak perlu merasa khawatir karena kebiasaan ini umumnya akan hilang dengan sendirinya seiring pertambahan usia si Kecil. Namun, jika ternyata kebiasaan ini tak bisa dihindari si Kecil meski ia sudah bertambah besar, jangan ragu untuk melakukan beberapa tips yang telah disebutkan agar ia terhindar dari beberapa dampak negatif mengisap jari. (BAG/OCH)