Apakah Geng Sehat pernah mendengar shirataki? Kalau yang pernah mencoba diet keto pasti sudah familier dengan bahan makanan ini. Ya, shirataki adalah bahan makanan. Banyak ditemukan dalam bentuk mi, walaupun saat ini sudah banyak dijual dalam bentuk beras, yang digunakan sebagai alternatif mi dan nasi yang rendah karbohidrat. Yuk, kita berkenalan lebih jauh dengan shirataki!

 

Baca juga: Pilihan Beras yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes

 

Shirataki berasal dari bahasa Jepang, yang berarti ‘air terjun berwarna putih’. Ini mendeskripsikan mi shirataki yang berwarna putih semitransparan. Yang membuat shirataki berbeda dari pasta atau mi lainnya adalah bahan bakunya, yaitu berasal dari tanaman konjac.

 

Tanaman konjac dapat ditemukan di Jepang, Tiongkok, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama iles-iles. Konjac merupakan jenis umbi-umbian yang mengandung sedikit karbohidrat dan sebagian besar adalah serat glukomanan.

 

Shirataki dibuat dengan mencampurkan tepung glukomanan dengan air, kemudian dibentuk menjadi mi atau beras. Shirataki sendiri mengandung 97% air dan 3% serat glukomanan. Glukomanan adalah serat yang larut air dan dapat menyerap air membentuk gel.

 

Kemampuan glukomanan menyerap air sangat tinggi, bahkan dapat mencapai 50 kali lipat. Hal ini dapat dilihat dari kandungan air yang sangat tinggi dari shirataki. Sifat ini dapat memberi keuntungan bagi Geng Sehat yang sedang diet, karena membuat shirataki lambat dicerna. Kamu pun jadi merasa kenyang lebih lama dan menghambat penyerapan zat gizi lain ke dalam peredaran darah.

 

Serat glukomanan sendiri juga dapat berperan sebagai prebiotik, yakni untuk memberi makanan bakteri baik yang hidup dalam saluran cerna, yang disebut juga dengan microbiota. Dalam usus kita, bakteri memfermentasikan serat menjadi asam lemak rantai pendek. Ini dapat melawan inflamasi, meningkatkan fungsi imun dan kekebalan tubuh, serta memberikan manfaat kesehatan lain.

 

Baca juga: Mitos Diet yang Tidak Perlu Kamu Ikuti

 

Penelitian menemukan bahwa dalam proses fermentasi serat glukomanan menjadi asam lemak rantai pendek menghasilkan energi 1 kalori per gramnya. Dalam 1 porsi shirataki, hanya mengandung 1–3 gr glukomanan, sehingga dapat dikatakan shirataki adalah makanan yang bebas kalori dan karbohidrat.

 

Manfaat kesehatan lain dari shirataki adalah dapat menurunkan kadar gula darah dan kadar insulin pada penderita diabetes tipe 2, menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida, serta menanggulangi konstipasi atau kesulitan buang air besar.

 

Walaupun demikian, perlu diingat bahwa tubuh kita tetap membutuhkan energi dan zat gizi, terutama karbohidrat, yang tentunya tidak dapat dipenuhi oleh shirataki. Karena itu, tidak disarankan jika kita bergantung pada shirataki sebagai bahan makanan pokok.

 

Tetap variasikan bahan makanan yang kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Selain itu, hindari mengonsumsi shirataki dalam jumlah banyak sekaligus, karena kadar serat yang tinggi bagi beberapa orang dapat menyebabkan masalah dalam sistem pencernaan, seperti kembung dan diare.

 

Glukomanan juga dapat mengurangi penyerapan beberapa jenis obat-obatan yang dikonsumsi, termasuk obat diabetes. Untuk menghindarinya, minum obat paling lambat 1 jam sebelum atau 4 jam setelah mengonsumsi shirataki.

 

Baca juga: Kentang vs Nasi: Mana yang Lebih Sehat?

 

Makanan Sesuai Usia -GueSehat.com