Lupa.. Lupa.. Lupa.. Lupa.. Lupa lagi syairnya.. Ingat.. Cuma ingat kuncinyaaa.. Apakah Anda masih ingat dengan lirik lagu dari band Kuburan yang sempat terkenal di tahun 2009 lalu ini? Hmm.. Sebenarnya bukan mengenai lagunya, tetapi lupa memang menjadi sifat yang mungkin sebagian besar orang pernah melakukannya. Misalnya saja, ketika Anda sedang mencari sesuatu dan lupa meletakan barang tersebut di mana, atau menyimpannya di mana. Pada lansia, lupa dianggap sebagai suatu hal yang wajar karena penurunan produktifitas tubuh yang dipengaruhi oleh faktor usia. Sering pula dikaitkan dengan penyakit dementia atau yang lebih populer lagi seperti alzheimer. Nah, tetapi bagaimana jika sifat pelupa tersebut sering dialami oleh orang dengan usia muda? Apakah sering lupa bisa menjadi gejala penyakit alzheimer? Lalu, sebenarnya seperti apakah alzheimer ini? Apakah alzheimer ini berbahaya?

Penyakit Alzheimer

Alzheimer merupakan penyakit yang menyerang otak. Jika terdapat kematian sel saraf atau jaringan yang rusak pada otak bisa menyebabkan adanya masalah pada memori atau ingatan, berpikir dan berperilaku seseorang. Penyakit alzheimer ini biasanya menyerang lansia yang berusia lebih dari 65 tahun. Data dari Amerika menunjukan bahwa 1 dari 9 lansia menderita alzheimer. Estimasi jumlah penderita alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang, dan jumlah kemungkinan akan terus meningkat. Tetapi tidak menutup kemungkinan alzheimer ini dapat terjadi sebelum lansia. Alzheimer dapat pula terjadi pada orang yang berusia sekitar 40 tahun.

Penyebab penyakit Alzheimer

Terdapat beberapa faktor yang berisiko menyebabkan alzheimer, seperti usia, riwayat keluarga, genetik, dan riwayat cidera otak. Seiring bertambahnya usia semakin besar kemungkinan orang tersebut mengalami alzheimer. Penyakit ini juga berhubungan dengan riwayat keluarga dan faktor genetik. Jika dalam suatu keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang mengalami alzheimer maka kemungkinan anggota keluarganya yang lain berisiko mengalami alzheimer juga. Selain itu, seseorang yang pernah mengalami cidera kepala yang serius, terjadi berulang atau hingga menyebabkan keilangan kesadaran, maka orang tersebut memiliki risiko yang cukup besar mengalami alzheimer. Pada tahap awal alzheimer, biasanya ingatan jangka panjang akan tetap utuh tetapi penderita akan mulai kehilangan ingatan jangka pendeknya. Penderita akan lupa percakapan yang mungkin baru saja terjadi, mengulang pertanyaan yang sudah ditanyakan sebelumnya, bahkan mulai mengalami gangguan dalam mengingat kata-kata umum.Hal ini dapat menyebabkan penderita alzheimer akan sulit untuk melakukan pidato. Selain mengalami kehilangan memori, penderita alzheimer juga mengalami perubahan perilaku dan terkadang mengalami kebingungan, contohnya seperti tersesat ketika hendak pergi ke suatu tempat. Perubahan suasana hati juga dapat terjadi, contohnya seperti orang yang sering berpakaian rapi dan bersih sekarang menggunakan baju yang bernoda dan tidak rapi.

Penanganan Alzheimer

Penanganan dini terhadap penyakit ini akan memberikan dampak yang baik bagi penderita alzheimer maupun orang-orang di sekitarnya. Alzheimer merupakan penyakit yang progresif dengan gejala yang semakin memburuk dengan bertambahnya usia. Tidak terdapat tes yang sederhana untuk alzheimer tetapi dokter biasanya menggunakan tes status kejiwaan untuk mengukur kemampuan mental dan memori jangka pendek. Selain itu, tes neurologis dan scan otak dapat digunakan untuk mendeteksi masalah-masalah yang dapat menyebabkan alzheimer seperti stroke atau tumor. Hingga saat ini belum terdapat obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit alzheimer. Meskipun perawatan pada pasien alzheimer saat ini belum dapat menghentikan perkembangan gejala alzheimer, tetapi sementara dapat memperlambat gejala yang memburuk sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien alzheimer. Obat-obat yang biasanya digunakan untuk pasien alzheimer merupakan obat yang digunakan untuk mempertahankan mental pasien dan memperlambat efek dari penyakit. Sebagai kerabat yang salah satu anggota keluarganya mengalami alzheimer terdapat beberaha hal yang dapat dilakukan. Salah satu contohnya adalah melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik dapat membantu pasien alzheimer untuk mempertahankan kekuatan otot dan fungsi koordinasinya. Selain itu aktivitas fisik dan olahraga yang ringan dapat pula membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan pada pasien. Contoh aktivitas fisik dan olahraga ringan seperti berjalan, berkebun, melipat cucian, dan sebagainya. Dukungan moral bagi pasien alzheimer juga sangat dibutuhkan dari keluarga dan orang terdekat. Tidak mudah untuk menghadapi pasien alzheimer dan suatu saat kemungkinan pasien akan lupa siapa orang-orang di sekitarnya, tetapi dengan adanya dukungan dan perawatan yang baik akan meningkatkan kualitas dan semangat hidup pasien.