Menurut orang-orang, menjadi dokter adalah pembelajaran seumur hidup. Iya, itu benar jika orang tersebut memang ingin terus berkarier sebagai dokter selama hidupnya. Banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari setiap harinya, dari pasien yang datang, kasus yang baru pertama kali dihadapi, dan belum lagi dengan adanya seminar untuk update ilmu setiap bulannya.

 

Pertanyaan yang sering ditanyakan kepada teman-teman dokter adalah kapan menikah? Kapan memiliki anak?

 

Untuk teman-teman yang tidak bekerja di dunia medis, mungkin bingung mengapa hal ini menjadi pertanyaan dan pertimbangan. Jika sudah memiliki pasangan dan sudah siap, tinggal menikah toh? Namun dalam lingkungan saya dan teman-teman saya, hal ini sedikit berbeda.

Baca: Persalinan Normal atau Operasi Caesar?

 

Mengejar karier dan sekolah lanjutan, khususnya sekolah spesialis, memakan waktu yang cukup lama. Jadi, ini dapat menjadi pekerjaan rumah (PR) tersendiri untuk dipikirkan dalam rencana hidup kami. Terutama jika calon pasangan hidup berasal dari dunia medis juga, dengan impian mengejar sekolah spesialis yang sama, biasanya menikah menjadi nomor sekian dalam prioritas hidup. Menikah di usia 25-26 tahun tidak begitu banyak terjadi di lingkungan saya. Kebanyakan dari teman-teman saya menikah di usia 27-28 tahun dan memiliki anak 2-3 tahun kemudian.

 

Sebenarnya, usia berapa sih sebaiknya memiliki anak?

Kemampuan untuk memiliki anak dipengaruhi oleh faktor ayah dan ibu. Kedua sisi menyumbang genetik yang berasal dari sel telur dan sperma yang layak untuk membentuk janin. Sel telur yang berpengaruh dan akan dibahas di sini merupakan peran penting untuk mencapai suatu keberhasilan dalam konsepsi.

 

Mengenal Sel Telur Wanita

Sel telur wanita memiliki jumlah yang mutlak sejak mereka dilahirkan. Sel telur ini seperti tabungan di tubuh kita yang ditarik setiap bulannya saat terjadi ovulasi. Hal ini terjadi sebelum menstruasi setiap bulannya. Lain halnya dengan sel lain di tubuh kita yang dapat melakukan regenerasi dan memproduksi sel, sel telur tidak dapat dihasilkan lagi di dalam tubuh. Sekitar satu sampai dengan dua juta sel telur ada di tubuh setiap wanita. Jumlah ini akan semakin berkurang setiap siklus menstruasi berlangsung.

Baca juga: Ibu Hamil Rentan Alami Wasir

 

Usia produktif wanita dimulai dari saat mereka mengalami menstruasi di usia remaja, sampai dengan beberapa dekade setelahnya. Usia produktif ini erat kaitannya dengan sel telur, karena sel telur akan habis pada suatu saat dan menyebabkan terjadinya menopause pada usia sekitar 50 tahun.

 

Dikatakan usia terbaik untuk memiliki anak adalah pada sekitar usia 20 tahun dan awal 30 tahun. Pada usia-usia ini, sel telur memiliki kualitas yang terbaik sehingga kesempatan untuk memiliki anak juga berada pada puncaknya.

 

Memiliki anak di atas usia 35 tahun masih mungkin, tetapi risiko untuk mengalami berbagai kelainan kromosom itu masih ada. Contoh yang umum adalah Down Syndrome yang memiliki angka kejadian lebih tinggi pada kehamilan di usia tua. Selain itu, belum lagi berbagai keadaan lain yang dapat menyertai kehamilan pada usia tua, seperti tekanan darah tinggi, abortus, dan sebagainya.

 

Jadi, kehamilan memang bisa terjadi di usia tua, walaupun dengan kualitas dan kuantitas sel telur yang sudah berkurang. Tidak semua kehamilan di usia tua tidak berhasil, tetapi risiko kesehatan pada bayi lebih tinggi. Jadi, Geng Sehat mau memiliki anak di usia berapa?

Baca juga: Apa yang Menyebabkan Bayi Sungsang?