Penyakit

Saraf Terjepit / Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)

Deskripsi

Nucleus pulposus merupakan inti dari cakram atau bantalan tulang belakang, yang menghubungkan antar ruas tulang belakang, dari tulang leher (servikalis) hingga tulang ekor (coccygeus). Ini berfungsi agar tulang belakang dapat bergerak secara lentur.

 

Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu kondisi keluarnya inti cakram tulang belakang (sendi tulang belakang), yang menghubungkan antarruas tulang belakang. Kondisi ini menimbulkan rasa nyeri pada penderitanya.

 

Baca juga: Penyebab Saraf Terjepit yang Menghambat Mobilitas

Pencegahan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi risiko HNP antara lain:

  • Olahraga secara teratur: Hal ini dilakukan untuk menghindari obesitas. Pilihlah olahraga yang menguatkan otot dan tulang belakang.
  • Menjaga postur tubuh yang baik dan benar: Sebaiknya duduk dengan postur yang tegak dan beban tubuh bertumpu pada kaki, bukan pada tulang belakang.
  • Menjaga pola hidup sehat dan berat badan yang ideal: Kondisi obesitas memberikan tambahan beban pada tulang punggung. Dalam jangka waktu yang panjang, obesitas meningkatkan pengikisan tulang dan memberikan beban pada cakram tulang belakang.
  • Menghindari pergerakan dan perputaran yang mendadak, untuk mencegah terjadinya cedera, terutama pada tulang punggung.
  • Tidak merokok: Merokok meningkatkan risiko melemahkan jaringan bantalan atau cakram tulang punggung.

 

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh ketika Berhenti Merokok!

Gejala

Tidak semua HNP menimbulkan gejala tertentu. Secara umum, gejala kondisi HNP adalah:

  1. Pasien mengalami rasa sakit atau nyeri pada lengan dan kaki. Jika HNP terjadi di punggung bawah (HNP lumbal), rasa sakit paling intens dirasakan pada bokong, paha, betis, dan kaki. Jika HNP terjadi pada tulang belakang leher, rasa sakit paling intens dirasakan pada bahu dan lengan.
  2. Melemahnya fungsi otot. Hal ini menyebabkan keterbatasan kemampuan beraktivitas, seperti membungkuk, memindahkan barang, berjalan, dan berlari.
  3. Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh pada saraf yang terjepit.
  4. Menurunnya kemampuan mengontrol kandung kemih dan otot sfingter ani.

Penyebab

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya HNP ialah:

  • Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan kekuatan dan elastisitas dari cakram dan tulang belakang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya HNP.
  • Pasien dengan riwayat keluarga HNP memiliki risiko lebih besar untuk mengalami HNP.
  • Orang dengan obesitas mempunyai tekanan terhadap tulang belakang yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang panjang, dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.
  • Mengangkat beban berat, terutama dengan posisi tulang belakang yang tidak lurus, memberikan tekanan berlebih pada tulang belakang. Ini bisa mendesak cakram tulang belakang keluar dan meningkatkan risiko HNP.
  • Perokok aktif memiliki risiko lebih besar untuk mengalami HNP.

Diagnosis

Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan yang cermat merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis HNP. Selain itu, terdapat serangkaian pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis HNP, antara lain:

  • CT Scan: Dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang kondisi kolom tulang belakang serta struktur di sekitarnya.
  • MRI: Dilakukan untuk memastikan lokasi terjadinya HNP dan bagian saraf yang ikut terpengaruh. Pemeriksaan dengan MRI akan memberikan gambaran yang lebih jelas, karena dapat melihat struktur jaringan lunak seperti jaringan saraf.
  • Myelogram: Dilakukan untuk melihat adanya tekanan pada saraf tulang belakang dan saraf lainnya, serta untuk mengetahui ukuran dan lokasi HNP.
  • Rontgen: Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami pasien bukan disebabkan oleh patah tulang, tumor, atau infeksi.
  • Tes darah: Untuk memeriksa jika terdapat peradangan atau infeksi.
  • Pemeriksaan saraf: Untuk melihat lokasi terjadinya kerusakan saraf secara akurat. Metode yang biasanya dipakai adalah pemeriksaan konduksi saraf dan elektromiogram (EMG).

Penanganan

Penanganan HNP meliputi pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan pembedahan.

a. Terapi farmakologi (pemberian obat-obatan) dapat dilakukan dengan pemberian:
- Obat penahan nyeri: Dapat dimulai dari pereda nyeri ringan, seperti ibuprofen dan naproxen, hingga pemberian obat golongan opioid untuk rasa nyeri yang hebat. Hal ini disesuaikan dengan tingkat nyeri yang dirasakan pasien (ringan, sedang, hingga berat).
- Obat antikonvulsan: Pemberian obat antikonvulsan tidak hanya untuk pereda kejang, tetapi juga berguna sebagai obat pereda nyeri neuropatik (nyeri akibat kerusakan saraf), seperti gabapentin, pregabalin, dan amitriptyline.
- Kortikosteroid: Selain obat penahan nyeri, juga diberikan obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid injeksi (langsung pada titik saraf yang terjepit) maupun per oral. Umumnya diberikan kortikosteroid prednisolone atau metilprednisolone.

 

b. Terapi fisik bertujuan untuk mengurangi gejala nyeri HNP, seperti kompres dengan es batu pada bagian yang nyeri, peregangan otot, akupunktur, pijat, dan perawatan chiropratic. Namun, hal ini tidak mengobati secara penuh kondisi HNP.

 

c. Pembedahan: Tindakan operasi yang dilakukan adalah disektomi, yaitu pemotongan dan pengangkatan sebagian atau seluruh bantalan yang menjepit saraf.

 

Baca juga: Ini Dia Perbedaan Obat Suntik dan Obat Oral!

Rekomendasi Artikel

Terapi Saraf Terjepit Tanpa Operasi

Terapi Saraf Terjepit Tanpa Operasi

Saraf terjepit atau Hernia nukleus pulposus (HNP) bisa mengenai semua usia. Pasien umumnya takut operasi. Kini ada terapi saraf terjepit tanpa operasi yang aman dan efektif

Ana Yuliastanti

18 July 2021

Ada Teknologi Terbaru untuk Obati Saraf Kejepit

Ada Teknologi Terbaru untuk Obati Saraf Kejepit

Gejala saraf kejepit di leher adalah nyeri leher yang mengganggu dan bisa membatasi mobilitas. Harus ditangani secepatnya agar pasien tidak lagi nyeri dan bisa tetap bergerak

GueSehat

22 February 2019

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...