Iklim yang baik serta lahan yang luas, membuat Indonesia memiliki keragaman hayati yang sangat banyak, yaitu mencapai 30.000 jenis tumbuhan. Oleh karena itu, seharusnya kekayaan ini bisa dimaksimalkan dalam dunia farmasi sebagai bahan dasar obat herbal. Tapi seberapa besarkah potensi obat herbal di Indonesia? Tahukah Anda jika ternyata tumbuhan menjadi generasi pertama sebagai bahan baku obat? Hal tersebut diungkapkan dalam situs The National Institute of Medical Herbalist, di mana obat herbal telah digunakan pertama kali tahun 1500 Sebelum Masehi oleh masyarakat Mesir. Saat itu mereka menggunakan bawang putih (allium sativum), jinten (juniperus communis), dan mur (commiphora molmol) sebagai bahan dasar pengobatan. Sejalan dengan itu, di Indonesia pun juga menyebutkan hal yang sama. Bahan herbal digunakan sebagai obat tradisional sejak ribuan tahun lalu. Hal ini dibuktikan melalui relief pada Candi Borobudur dan resep tanaman obat yang ditulis tahun 991 sampai 1016 pada daun lontar di Bali. Fakta yang menarik bukan?

Riset dan Data yang Teruji

Yang lebih menarik lagi adalah tercatat bahwa Indonesia dengan iklim tropisnya, merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Dari seluruh jenis tanaman di dunia, Indonesia menyumbangkan sedikitnya 80% jenis tanaman dan 90% tanaman di Asia. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan PT Eisai pada 1986, tercatat sekitar 7.000 spesies tanaman di Indonesia bisa digunakan oleh masyarakat sebagai obat, khususnya untuk industri jamu. Sementara yang didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, berjumlah 283 spesies tanaman. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pun pada 1986 telah mendokumentasikan 940 tanaman obat dan jumlah tersebut tidak termasuk tanaman obat yang telah punah atau langka. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa masih ada jenis tanaman obat yang belum dicantumkan. Dengan latar belakang inilah, ditambah dengan riset dan teknologi, perusahaan farmasi dalam negeri seharusnya bisa mengembangkan penemuan obat baru dengan bahan alami. Namun yang patut disayangkan adalah bagaimana bisa menciptakan bahan baku dan produk obat baru yang terstandarisasi serta teruji dengan baik dan tepat.