Pemeriksaan sebelum menikah, sering disebut dengan pre-marital check up, adalah pemeriksaan yang dianjurkan untuk dilakukan pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini diharapkan dapat membantu mendeteksi penyakit yang mungkin dibawa dan mempersiapkan diri jika memang terdapat penyakit tertentu.

 

Sayangnya, pemeriksaan pranikah di Indonesia sendiri belum terstandarisasi. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di puskesmas pun tidak memiliki kewajiban tertentu. Hal ini saya tanyakan juga ke teman-teman yang sedang mempersiapkan pernikahan. Tidak semua dari mereka melakukan pemeriksaan kesehatan ini. Jika kita melihat di beberapa rumah sakit dan laboratorium, poin-poin yang ditawarkan untuk pemeriksaan pre-marital check up pun berbeda-beda.

 

Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan pranikah?

Dengan dilakukannya pemeriksaan ini, diharapkan dapat mendeteksi dini keadaan kesehatan seseorang. Tidak semua penyakit akan memberikan gejala, terutama untuk beberapa penyakit tertentu yang bersifat subklinis.

 

Hal ini juga dapat membantu mendeteksi penyakit tertentu yang memang sudah ada di dalam riwayat keluarga calon pasangan menikah. Dengan adanya hasil dari pemeriksaan pre-marital check up, diharapkan mereka sudah mengetahui keadaan calon pasangannya masing-masing secara umum dan mengetahui risiko penyakit yang terdeteksi.

 

Hal ini memang menjadi topik yang cukup sensitif bagi beberapa pasangan, sehingga sebelum melakukan pemeriksaan pranikah diharapkan untuk berdiskusi dengan pasangan masing-masing terlebih dahulu.

 

Pemeriksaan apa saja sih yang mungkin dilakukan?

  • Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan ini memberikan gambaran tentang kondisi hemoglobin, hematocrit, leukosit, dan trombosit. Gambaran yang biasanya terjadi pada wanita-wanita Indonesia adalah anemia (angka hemoglobin yang kurang dari normal). Anemia ini umumnya disebabkan oleh defisiensi zat besi.

 

Pada orang-orang anemia, hal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki pola hidup berupa mengonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi. Jika dibutuhkan, dapat dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen zat besi. Tidak semua anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga dengan melakukan pemeriksaan lanjutan penyebab anemia dapat terdeteksi.

 

  • Pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan gula darah sewaktu dapat menjadi gambaran kadar gula darah seseorang. Jika didapatkan lebih rendah atau lebih tinggi dari semestinya, dapat dilakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter serta memperbaiki pola hidup.

 

  • Pemeriksaan golongan darah

Walaupun terdengar simpel, pemeriksaan golongan darah dan rhesus adalah hal yang penting. Golongan darah dan rhesus bisa menjadi hal penting untuk diketahui ketika hendak melakukan transfusi darah. Hal ini juga bisa memberikan info klinis yang penting di masa depan, contohnya ketika bayi mengalami kuning.

 

  • HIV

HIV merupakan salah satu penyakit menular yang memiliki beberapa stase dalam perjalanan penyakitnya. Orang dengan HIV memiliki risiko tinggi untuk menularkan keadaan ini kepada pasangan dan anak yang akan dikandungnya nanti. Pemeriksaan ini diharapkan dapat mendeteksi adanya virus HIV. Jika ada, dapat dilakukan konseling dan tatalaksana lebih lanjut.

 

  • Hepatitis B

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya virus hepatitis B yang aktif adalah pemeriksaan HbsAg. Pada beberapa tempat, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan AntiHbs. Namun, perlu diketahui bahwa Anti Hbs mungkin positif karena infeksi masa lampau maupun post pemberian vaksin hepatitis.

 

  • TORCH

Terdiri dari pemeriksaan infeksi toksoplasma, rubella, CMV, dan HSV. Wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan komponen tersebut karena infeksi aktif pada saat hamil dapat memberikan efek samping buruk bagi janin. Jika terdeteksi dini, dapat diobati terlebih dahulu.

 

  • Pemeriksaan USG Obstetrik Gynekologik

Tidak selalu diajurkan, tetapi jika memiliki keluhan menstruasi yang cukup mengganggu, perlu dilakukan pemeriksaan USG. (AS)