Ingin hamil? Bukan cuma memerhatikan dari segi seksual, kesehatan reproduksi juga sangat dipengaruhi oleh berat badan, lho. Simak faktanya di sini.

 

Pengaruh Berat Badan Berlebih pada Kesuburan Wanita

Berat badan jelas bukan sekadar angka. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal, penting untuk kesehatan secara keseluruhan, sekaligus dapat membantu mencegah dan mengendalikan banyak penyakit dan kondisi. 

 

Pada seseorang yang kelebihan berat badan atau obesitas, maka berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernapasan, dan kanker tertentu. 

 

Tak hanya itu, wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki kadar hormon leptin lebih tinggi, yang diproduksi di jaringan lemak. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan hormon dan menyebabkan berkurangnya kesuburan. Seperti yang sudah diketahui bersama, keseimbangan hormon yang baik mengatur siklus menstruasi agar lancar setiap bulannya.

 

Kuantitas dan distribusi lemak tubuh memengaruhi siklus menstruasi melalui serangkaian mekanisme hormonal. Semakin banyak kelebihan berat badan dan semakin banyak lemak perut, semakin besar risiko kesulitan kesuburan.

 

Kelebihan berat badan, terutama kelebihan lemak perut, terkait dengan resistensi insulin (ketika tubuh harus memproduksi lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap normal) dan penurunan kadar globulin pengikat hormon seks atau sex hormone-binding globulin (SHBG), yaitu protein yang terlibat dalam regulasi hormon seks androgen dan estrogen.

 

Semua hal di atas dapat meningkatkan risiko siklus menstruasi yang tidak teratur, yang pada gilirannya mengurangi kesuburan. Satu studi menemukan bahwa wanita yang mengalami obesitas jauh lebih kecil kemungkinannya untuk hamil dalam waktu satu tahun setelah menghentikan kontrasepsi, dibandingkan wanita dengan berat badan normal. Bila digambarkan secara persentase, 66,4% wanita obesitas hamil dalam waktu 12 bulan, dibandingkan dengan 81,4% wanita dengan berat badan normal

 

Perubahan keseimbangan hormon yang mengatur siklus menstruasi akibat kelebihan berat badan dan obesitas, juga meningkatkan risiko anovulasi (ketika tidak ada sel telur yang dilepaskan oleh ovarium). Wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 27, tiga kali lebih mungkin tidak dapat hamil, dibandingkan wanita dengan berat badan normal. Hal ini karena mereka tidak berovulasi.

 

Memang, banyak pula wanita yang kelebihan berat badan tetap berovulasi. Tetapi, kualitas sel telur yang mereka hasilkan tampaknya berkurang. Bukti untuk ini adalah bahwa di antara wanita yang berovulasi, setiap unit IMT di atas 29 mengurangi kemungkinan mencapai kehamilan dalam waktu 12 bulan sekitar 4%.

 

Ini berarti bahwa untuk wanita dengan IMT 35, kemungkinan hamil dalam setahun adalah 26% lebih rendah, dan untuk wanita dengan IMT 40 kemungkinannya 43% lebih rendah dibandingkan dengan wanita dengan IMT antara 21 dan 29.

 

Dan ketika pasangan suami-istri menjalani program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) untuk hamil, kemungkinan melahirkan bayi yang hidup, akan lebih rendah untuk wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas, dibandingkan wanita dengan IMT normal. Rata-rata, dibandingkan dengan wanita dalam kisaran berat badan yang sehat, kemungkinan kelahiran hidup dengan IVF berkurang 9% pada wanita yang kelebihan berat badan, dan 20% pada wanita yang mengalami obesitas.

 

 

Kelebihan Berat Badan Juga Memengaruhi Kesuburan Pria

Pada pria, obesitas juga dikaitkan dengan kesuburan yang lebih rendah. Hal ini diperkirakan oleh para ahli karena kombinasi faktor, seperti masalah hormon, disfungsi seksual, dan kondisi kesehatan lain yang terkait dengan obesitas, misal diabetes tipe 2 dan sleep apnea. Keduanya memiliki kaitan erat dengan penurunan kadar testosteron dan masalah ereksi. Tak neko-neko, kelebihan bobot 10 kg saja, bisa mengurangi kesuburan pria sebesar 10%!

 

Sebuah tinjauan studi tentang efek obesitas paternal pada hasil reproduksi, menemukan pria obesitas lebih mungkin mengalami infertilitas dan lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki keturunan, jika mereka dan pasangannya menggunakan teknologi reproduksi berbantu seperti IVF. Hal ini diduga karena obesitas tidak hanya menurunkan kualitas sperma, tetapi juga mengubah struktur fisik dan molekul sel sperma.

 

Meskipun fakta tentang obesitas dan kesuburan tampak menakutkan, ada kabar baik juga, kok. Intervensi penurunan berat badan, terutama yang mencakup pengaturan pola makan dan olahraga, dapat meningkatkan keteraturan siklus menstruasi dan meningkatkan kemungkinan kehamilan. Pada wanita gemuk dengan infertilitas anovulasi, bahkan penurunan berat badan sebesar 5-10% dapat meningkatkan kesuburan dan peluang untuk hamil.

 

Penurunan berat badan sebesar 7% dan peningkatan aktivitas fisik setidaknya 150 menit seminggu dengan aktivitas intensitas sedang, dianjurkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan orang yang kelebihan berat badan.

 

Terakhir, pria dan wanita dua kali lebih mungkin melakukan perubahan perilaku kesehatan yang positif jika pasangan juga melakukannya. Jadi, kehamilan yang dinanti itu, akan lebih mudah terwujud jika Mums dan Dads mengatur pola makan serta berolahraga bersama. Mirip seperti kata peribahasa. It takes two to tango. Agar sesuatu bisa berhasil, butuh kerja sama kedua pihak. (IS)

 

 

Referensi:

Your Fertility. Weight and Fertility

National Heart, Lung, and Blood Institute. Healthy Weight