Olahraga merupakan gaya hidup sehat yang sangat direkomendasikan untuk penderita hipertensi, maupun yang berisiko. Hipertensi adalah salah satu penyakit kronis yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya. Sayangnya, tidak banyak orang yang sadar bahwa dirinya memiliki hipertensi. Data Riskedas 2018 menunjukkan, 1 dari 3 penduduk Indonesia menderita hipertensi.

 

Dijelaskan dr. MIchael Triangto, dokter spesialis kedokteran olahraga, bahwa untuk penderita hipertensi, olahraga bagus dilakukan, hanya perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh, agar olahraga aman dan tidak malah membahayakan. Bagaimana agar olahraga aman, terutama bagi penderita hipertensi? 

 

Baca juga: Cara Menurunkan Tekanan Darah Tanpa Obat

 

Olahraga yang Aman untuk Penderita Hipertensi

Dijelaskan dr. Michael Triangto dalam Instagram Live "Kopi Sehat" bertema Bye-bye Hipertensi yang diselenggarakan Good Doctor, pada Minggu, 2 Mei, 2021 lalu, bahwa saat kita berolahraga, kita menggerakkan seluruh tubuh termasuk otot dan tulang-tulang. Aktivitas ini membutuhkan aliran darah yang lebih banyak dari jantung.

 

"Berolahraga akan memaksa jantung berdenyut lebih kuat, dan menaikkan tekanan darah. Dan ini bagus untuk melatih kekuatan jantung dan tekanan darah. Tetapi harus diperhatikan, bahwa jika jantung dipaksa bekerja terlalu berat maka akan terjadi denyut jantung melebihi kemampuan dan tekanan darah pun akan meningkat melampaui batas-batas kemampuan," jelas dr. Michael.

 

Olahraga yang terlalu dipaksakan akan menimbulkan gangguan ksehatan, bahkan kematian. Dan hal ini sangat berbahaya pada menderita hipertensi. Dengan kata lain, orang dengan hipertensi harus tahu tujuan berolahraga dan sampai mana batas kemampuan kita.

 

Menurut dr. Michael, olahraga yang terbaik untuk penderita hipertensi adalah yang berjenis aerobik atau disebut juga kardio (kardiorespirasi). "Latihan aerobik ini akan melatih jantung dan pernapasan. Gerakannya berulang-ulang, intensitas ringan, dan waktu melakukannya atau durasinya panjang. Misalnya jalan cepat, jogging, bersepeda, dan berenang. Itu adalah jenis-jenis olahraga yang dapat digunakan untuk membantu mengontrol atau menurunkan tekanan darah yang tinggi."

 

Baca juga: Jenis-Jenis Penyakit Jantung Akibat Hipertensi

 

Cek Kondisi Jantung Saat Berolahraga 

Saat berolahraga, akan terjadi peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Jadi, denyut nadi harus dapat terkontrol dengan baik. Peningkatan denyut nadi ini akan kembali normal secara berangsur-angsur setelah selesai berolahraga, sehingga tekanan darah pun lebih terkontrol.

 

Jika olahraga dilakukan rutin, maka bisa menurunkan kebutuhan obat hipertensi lho!. Menurut dr. Micahel, penderita hipertensi yang sebelumnya harus minum 2 macam obat hipertensi, setelah rutin olahraga hanya membutuhkan 1 macam obat hipertensi. Dengan kata lain, tekanan darahnya menjadi terkendali.

 

"Tentunya dibutuhkan pengawasan dan catatan, tidak hanya tahu berapa tekanan darah dan denyut nadi saat ini, tapi juga parameter kesehatan lain," jelas dr. Mivahel.

 

Catatan kesehatan tersebut, termasuk saat berolahraga, sebaiknya direkam dan kemudian dibuat grafiknya. Nah, Geng Sehat, saat ini sudah banyak aplikasi yang menyediakan pengukuran dan monitoring berbagai parameter kesehatan seperti tekanan darah dan denyut jantung.

 

Saat berolahraga agar lebih praktis, bisa digunakan jam tangan pintar yang sekaligus bisa memonitor fungsi jantung kita atau alat yang berfungsi seperti EKG (echocardiography). Samsung mengeluarkan dua alat yang bisa  mengecek tekanan darah dan EKG, yaitu Samsung Galaxy Watch3 dan Samsung Watch Active2.

 

Dijelaskan Leo Hendarto, Product Manager Samsung Indonesia, dua jam tangan pintar ini sudah diluncurkan sejak tahun lalu tapi untuk pengukuran tekanan darah dan EKG, namun masih menunggu approval dari FDA dan sekarang sudah didapatkan.

 

"Untuk mengecek tekanan darah dan EKG, bisa dilakukan dengan alat ini, terutama untuk pasien yang punya masalah tekanan darah atau jantung, bisa memeriksanya di pergelangan tangan kita. Jadi lebih mudah memonitor sepanjang hari serta bisa mendeteksi lebih awal ketika ada tanda-tanda kelainan. Sehingga penanganannya bisa lebih dini teratasi," jelasnya.

 

Baca juga: Kenali Efek Hipertensi pada Tubuh yang Berbahaya!
 

Jangan Lupa Konsultasi dengan Dokter

Penderita hipertensi, selain menerapkan gaya hidup sehat dengan diet dan olahraga serta rutin minum obat antihipertensi, tetap harus berkonsultasi rutin dengan dokter. Dr. Adhiatma Gunawan, selaku Head of Medical Management Good Doctor menambahkan bahwa penderita hipertensi tidak perlu datang ke rumah sakit setiap kali ingin berkonsultasi.

 

"Good Doctor menyediakan layanan konsultasi. Kami memiliki 26 kategori spesialis, dengan ribuan dokter spesialis sehingga memudahkan masyarakat untuk berkonsultasi. Pasien bisa pilih mau konsultasi ke dokter spesialis apa: penyakit dalam, dokter gizi, dokter olahraga, dan lain-lain yang bisa membantu tatalaksana penyakit kronis," jelas dr. Adhiatma. 

 

Bahkan, penderita hipertensi bisa mendapatkan resep obat setelah berkonsultasi secara online, tentunya akan dilihat dulu kasusnya, terutama untuk kondisi emergensi. Di masa pandemi ini, konsultasi secara online atau telemedis, tentu akan sangat membantu pendeirta penyakit kronis seperti hipertensi, yang harus selalu terhubung dengan dokternya. 

 

Baca juga: Generasi Milenial Rentan Hipertensi, Apakah Benar?