Seorang anak masuk digendong oleh ibunya ke instalasi gawat darurat rumah sakit pada suatu malam. Anak tersebut terlihat cukup gelisah dan menangis. “Muntah terus, Dok”, kata ibunya, “Tadi siang saya sudah berobat ke poliklinik di dekat rumah. Cuma muntahnya enggak berhenti, obat juga keluar terus.”

 

Dengan sigap si Dokter langsung memeriksakan anak tersebut. Usianya masih 3 tahun, dan terlihat jelas ia sudah mengalami dehidrasi, kekurangan cairan di dalam tubuh. “Sejak kapan Bu muntahnya?” tanya dokter sambil memeriksa si Anak.

 

“Dari siang tadi. Minum sedikit muntah, apalagi makan. Mungkin sudah 5 kali,” cerita ibunya dengan panik.

 

“Kalau sudah begini, memang lebih baik diinfus, Bu. Takutnya dehidrasinya semakin parah. Kalau sudah berat dehidrasinya, semakin sulit untuk menginfusnya.”

 

“Harus ya, Dok? Saya enggak tega lihat anak saya diinfus, Dok.”

 

“Iya, Bu. Untuk mengatasi kekurangan cairan di tubuhnya. “

 

“Kalau enggak diinfus bagaimana, Dok? Jangan diinfus deh, kasihan,” mohon ibunya.

 

Pemberian cairan infus merupakan salah satu prosedur yang mungkin bersifat biasa bagi kita. Bahkan tidak jarang pada beberapa rumah sakit, mereka datang untuk meminta diberikan cairan infus agar badan terasa segar. Padahal ini merupakan hal yang kurang tepat. Beberapa orang merasa kalau belum diinfus berarti belum berobat.

Baca juga: Ini Dia Perbedaan Obat Suntik dan Obat Oral!

 

 

Namun, lain halnya jika kita memiliki anak-anak atau adik kecil. Sering kali kita sebagai orang tua dan keluarga tidak tega dengan prosedur medis ini. Padahal pemberian infus bisa bersifat life saving, yakni menyelamatkan seseorang dari dehidrasi yang bersifat fatal.

 

Kenapa sih harus diinfus?

Pemberian cairan infus merupakan salah satu cara untuk rehidrasi cairan yang terus keluar dari dalam tubuh, seperti diare, muntah, luka bakar, dan sebagainya. Kurangnya cairan di dalam tubuh dapat bersifat fatal, karena dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi collapse dan tubuh tidak bisa mengalirkan aliran darah ke berbagai organ yang penting, seperti jantung, otak, dan ginjal.

 

Dengan kata lain, organ-organ di dalam tubuh akan mengalami kerusakan jika keadaan ini terjadi terus menerus. Jika seseorang masih bisa minum dan tidak muntah terus-menerus, mungkin masih bisa diusahakan untuk rehidrasi cairan dari mulut. Namun jika tidak, pemberian cairan infus adalah salah satu cara yang dipilih.

Baca juga: 7 Tanda Dehidrasi yang Harus Diwaspadai

 

The thing is, ada beberapa orang tua yang kurang mengerti bahwa infus memang perlu diberikan jika memang sudah ada indikasi untuk infus tersebut. Sebagai dokter, kita tidak akan ‘main infus’ saja kok, tanpa ada alasan yang jelas.

 

Pada orang dewasa, tubuh mungkin lebih bisa mengkompensasi kurangnya cairan tubuh ini. Namun pada anak-anak dan orang tua, dehidrasi dapat memperparah kondisi secara fatal dan cepat. Karena itu, para orang tua dan keluarga juga diedukasi untuk dapat mengenali tanda-tanda dehidrasi. 

 

Tanda-tandanya berupa mata yang cekung, lemas, tidak mau minum atau terlihat minum haus, dan penurunan kesadaran (seperti mengantuk terus). Jika hal ini terjadi setelah adanya diare ataupun muntah, segera bawa orang tersebut ke rumah sakit terdekat.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan saat Berjaga di Rumah Sakit

 

Hal lain yang perlu dimengerti oleh keluarga adalah pemasangan infus yang tidak mudah, khususnya pada anak-anak yang menangis dan memberontak. Pemasangan infus ini memiliki kemungkinan gagal, tetapi semua akan tetap dilakukan sesuai prosedur rumah sakit.

 

Menyaksikan anak-anak diinfus memang tidak nyaman, tetapi perlu diketahui bahwa prosedur ini untuk mencegah terjadinya dehidrasi di tubuh pasien. Jadi, diharapkan tetap tenang ya selama pemasangan infus berlangsung. Semoga bermanfaat!