Sindrom polikistik, dikenal juga dengan Polycystic Ovary Syndrome atau PCOS, adalah kelainan hormon yang umum terjadi pada wanita di usia reproduksi. Wanita dengan PCOS mungkin memiliki periode menstruasi yang tidak teratur dan jarang atau justru berkepanjangan.

 

Hal ini karena wanita dengan PCOS menghasilkan hormon pria yang dikenal sebagai hormon androgen lebih tinggi dari jumlah normal. Ketidakseimbangan hormon inilah yang akhirnya menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi hingga membuat wanita lebih sulit untuk hamil. 

 

Dalam ovarium wanita dengan PCOS dapat ditemukan sekumpulan folikel, sehingga membuat sel telur sulit untuk dilepaskan secara normal dan teratur. Selain itu, PCOS juga dapat memicu pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wajah dan tubuh wanita, ataupun kebotakan. 

 

Hingga saat ini, penyebab PCOS memang belum dapat dipastikan. Diagnosis PCOS adalah langkah-langah yang ditempuh oleh dokter untuk mengetahui kondisi wanita yang mengalaminya serta menentukan penanganan yang tepat. Pengobatan dini bersamaan dengan penurunan berat badan dapat mengurangi komplikasi jangka panjang, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

 

Baca juga: Gangguan Hormonal PCOS, Penyebab Wanita Susah Hamil

 

Apa Itu PCOS?

PCOS adalah suatu kondisi yang memengaruhi hormon wanita selama masa subur mereka, yakni sekitar usia 15 hingga 30 tahun.  Sekitar 2,2-26,7% wanita dalam rentang usia tersebut pernah mengalami PCOS.

 

Meski begitu, banyak wanita yang mengalami PCOS justru tidak menyadari kondisinya. Dalam sebuah studi, hingga 70% wanita dengan PCOS bahkan belum didiagnosis mengalami kondisi ini. 

 

PCOS memengaruhi ovarium wanita, yaitu organ reproduksi yang menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Kedua hormon inilah yang mengatur siklus menstruasi seorang wanita. Namun, perlu diketahui pula jika sebenarnya ovarium juga menghasilkan sejumlah kecil hormon pria yang dikenal dengan hormon androgen.

 

Dalam proses reproduksi, ovarium akan melepaskan sel telur untuk dibuahi oleh sperma. Pelepasan sel telur ini disebut dengan proses ovulasi. Hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH) adalah 2 hormon yang mengendalikan ovulasi. FSH merangsang ovarium untuk menghasilkan folikel atau kantong yang mengandung telur. Kemudian, LH akan memicu ovarium untuk melepaskan sel telur yang sudah matang.

 

PCOS adalah sindrom, yang artinya merupakan sekumpulan gejala yang memengaruhi ovarium dan juga ovulasi.  Ada beberapa tanda umum yang mungkin terjadi ketika seorang wanita mengalami PCOS, di antaranya:

  • Kista pada ovarium.
  • Kadar hormon pria yang tinggi.
  • Periode tidak teratur atau terlewatkan.

 

Pada ovarium seorang wanita dengan PCOS biasanya akan ditemukan sekumpulan kantong berisi cairan. Kondisi inilah yang membuatnya dinamakan polikistik, yang berarti “banyak kista”.

 

Kantong-kantong ini sebenarnya adalah folikel, yang dalam setiap kantong tersebut berisi telur yang belum matang. Sayangnya, telur-telur tersebut tidak pernah cukup matang untuk bisa memicu terjadinya ovulasi.

 

Menurunnya kemampuan ovulasi pada akhirnya mengubah kadar esterogen, progesteron, FSH, dan LH. Kadar esterogen dan progesteron menjadi lebih rendah dari biasanya. Sedangkan kadar androgen menjadi lebih tinggi dari normal. Kadar hormon pria yang berlebih ini mengganggu siklus menstruasi, sehingga wanita dengan PCOS akan mengalami menstruasi yang lebih jarang dari umumnya.

 

 

Apa Penyebab PCOS?

Hingga saat ini, belum dapat dipastikan apa penyebab PCOS. Namun, para ahli dan dokter percaya bahwa kadar hormon pria yang tinggi membuat ovarium tidak memproduksi hormon reproduksi wanita dan sel telur secara normal. 

 

Ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan kondisi PCOS, sehingga memicu produksi hormon androgen secara berlebihan, antara lain:

 

1. Gen

Studi menunjukkan bahwa PCOS mungkin diturunkan dalam keluarga. Sangat mungkin bahwa banyak gen (tidak hanya satu) memiliki kontribusi dalam kondisi ini.

 

2. Resistensi insulin

Sekitar 70% wanita dengan PCOS memiliki resistensi insulin. Artinya, sel-sel mereka tidak dapat menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk membantu tubuh menggunakan gula dari makanan yang dikonsumsi untuk menghasilkan energi.

 

Ketika sel tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, maka permintaan tubuh akan insulin menjadi meningkat. Pankreas menghasilkan lebih banyak insulin sebagai kompensasinya. Produksi insulin tambahan ini memicu ovarium menghasilkan lebih banyak hormon pria. Obesitas adalah penyebab utama resistensi insulin. Obesitas dan resistensi insulin dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

 

3. Inflamasi atau peradangan

Wanita dengan PCOS memiliki risiko mengalami peradangan yang lebih sering dalam tubuh mereka. Kelebihan berat badan juga dapat berkontribusi terhadap peradangan. Studi telah menghubungkan peradangan berlebih dengan tingkat androgen yang lebih tinggi.

 

Apa Saja Gejala PCOS?

Beberapa wanita mulai menyadari gejalanya di sekitar periode awal kondisi ini terjadi. Namun, beberapa yang lainnya hanya mengetahui bahwa mereka menderita PCOS setelah berat badan mereka bertambah atau sulit hamil.

 

Beberapa gejala PCOS yang paling umum timbul antara lain: 

1. Siklus menstruasi yang tidak teratur.

Kurangnya ovulasi membuat lapisan rahim tidak luruh secara rutin tiap bulannya. Beberapa wanita dengan kondisi PCOS bisa mengalami periode menstruasi hanya sekitar 8 kali atau bahkan kurang dalam 1 tahun.

 

2. Perdarahan berlebih

Lapisan rahim yang menumpuk untuk periode waktu yang lama membuat menstruasi yang terjadi terasa lebih berat dari biasanya.

 

3. Pertumbuhan rambut yang berlebih

Lebih dari 70% wanita dengan kondisi ini mengalami pertumbuhan rambut yang berlebih pada area punggung, perut, dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebih ini disebut dengan hirsutisme.

 

4. Jerawat

Hormon pria dapat membuat kulit menjadi lebih berminyak dari biasanya, sehingga menyebabkannya rentan berjerawat, terutama pada area wajah, dada, dan punggung atas.

 

5. Berat badan bertambah

Sekitar 80% wanita dengan PCOS mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

 

6. Kebotakan

Rambut di kulit kepala menjadi lebih tipis dan mudah rontok.

 

7. Kulit menjadi lebih gelap

Timbul bercak hitam pada kulit, biasanya pada area leher, pangkal paha, dan di bawah payudara.

 

8. Sakit kepala

Perubahan hormon dapat memicu sakit kepala pada beberapa wanita.

 

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam tentang PCOS

 

Bagaimana PCOS Memengaruhi Tubuh?

Tingkat hormon androgen yang lebih tinggi dari normal tentu dapat memengaruhi kondisi kesuburan wanita dan beberapa aspek lainnya.

 

1. Infertilitas

Untuk bisa hamil, seorang wanita harus melewati tahap ovulasi. Wanita yang tidak mengalami ovulasi tidak akan melepaskan sel telur untuk dibuahi secara teratur. PCOS adalah salah satu penyebab utama ketidaksuburan pada wanita.

 

2. Sidrom metabolik

Hingga 80% wanita dengan PCOS kelebihan berat badan atau mengalami obesitas. Obesitas dan PCOS meningkatkan risiko gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Kumpulan gangguan ini disebut dengan sindrom metabolik, yang nantinya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

 

3. Sleep apnea

Kondisi ini menyebabkan pernapasan berhenti sejenak secara berulang-ulang selama tidur. Sleep apnea lebih sering terjadi pada wanita yang kelebihan berat badan, terutama jika mereka juga menderita PCOS. Risiko sleep apnea 5-10 kali lebih tinggi pada wanita gemuk dengan PCOS dibandingan pada mereka yang tidak mengalami PCOS.

 

4. Kanker endometrium

Selama ovulasi, lapisan rahim akan keluar. Jika seorang wanita tidak ovulasi setiap bulan, lapisan tersebut akan menumpuk. Lapisan uterus yang menebal dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.

 

5. Depresi

Perubahan hormon dan gejala seperti pertumbuhan rambut yang berlebihan dapat memengaruhi emosi seorang wanita secara negatif. Banyak penderita PCOS yang akhirnya mengalami depresi dan kecemasan.

 

Bagaimana Diagnosis PCOS?

Cara PCOS didiagnosis adalah dengan mengenali setidaknya 2 dari gejala yang ada, yaitu kadar androgen yang tinggi, siklus haid yang tidak teratur, dan kista di ovarium. Pada saat pemeriksaan, dokter juga akan bertanya mengenali gejala lain, seperti masalah jewat, pertumbuhan rambut berlebih, dan kenaikan berat badan.

 

Pemeriksaan panggul juga dapat dilakukan untuk mengetahui masalah yang terjadi pada indung telur atau bagian lain dari saluran reproduksi wanita. Selama tes ini, biasanya dokter akan memasukkan jari ke dalam vagina, kemudian memeriksa ovarium atau rahim.

 

Tes darah dilakukan untuk memeriksa kadar hormon pria yang lebih tinggi dari normal. Terakhir, pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara untuk mencari folikel abnormal dan masalah lain pada ovarium atau rahim.

 

PCOS bukanlah kondisi yang dapat disepelekan oleh para wanita. Kenali gejalanya dan segera lakukan diagnosis dengan dokter agar bisa memperoleh penanganan yang tepat dan sedini mungkin. (AS)

 

Baca juga: 5 Mitos dan Fakta Seputar PCOS

 

Sumber:

Healthline. “Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Symptoms, Causes, and Treatment”.

Mayoclinic. “Polycystic ovary syndrome (PCOS)