Berita mengenai penggunaan obat-obatan terlarang sudah tidak asing lagi menghiasi media massa. Tidak jarang kita melihat kalangan artis maupun masyarakat tertentu yang menggunakan obat-obatan di luar yang semestinya. Padahal, obat-obatan ini diciptakan untuk kebaikan dan meringankan rasa sakit pada orang-orang yang membutuhkan. Namun sayangnya, obat-obatan tersebut malah disalahgunakan.

 

Saya sendiri pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Namun, sebenarnya pada saat itu saya tidak menyadari kalau saya diperdaya untuk penggunaan obat tersebut. Kala itu, saya sedang ada di sebuah ruang operasi rumah sakit di Jakarta. Saya dimintai tolong untuk meresepkan beberapa obat untuk perawat yang juga bekerja di sana, yaitu obat nyeri kepala dan obat tidur.

 

Perlu diketahui bahwa pada saat itu peresepan obat tidur belum seketat sekarang. Memang tidak ada bukti bahwa perawat tersebut menyalahgunakan obat ini, namun penggunaan obat tidur tanpa diawasi oleh dokter akan meningkatkan risiko penyalahgunaan obat.

Baca juga: Tips Supaya Tidak Terjerumus Narkoba

 

Sebagian besar obat-obatan memang dikonsumsi untuk memberikan rasa nyaman terhadap gejala-gejala tertentu, misalnya obat antinyeri, obat penenang, dan sebagainya. Namun ketika obat-obatan ini dikonsumsi melebihi dosis yang seharusnya, penyalahgunaan terjadi dan efek sampingnya bisa berbahaya. Sebagai contoh, golongan obat penenang jika digunakan berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan. Jika dosisnya melebihi kadar aman maksimal di dalam tubuh, dapat menyebabkan keracunan obat.

 

Belum lama ini kita melihat berita tentang Tora Sudiro menggunakan obat dumolid. Dumolid ini merupakan golongan Nitrazepam, yaitu termasuk ke dalam obat penenang. Biasanya Dumolid diberikan kepada pasien yang memiliki kesulitan tidur, gangguan cemas, dan depresi.

 

Dosis yang diberikan pun biasanya tidak besar dan jumlah yang diberikan kepada pasien pun diawasi. Selain itu, penggunaan obat penenang ini juga diberikan kepada pasien yang biasanya akan menjalani operasi. Pasien yang akan menjalani operasi biasanya cenderung panik, tidak bisa tidur, dan efeknya dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi tidak baik saat operasi, jadi biasanya obat penenang diberikan pada malam harinya agar pasien bisa berisitirahat.

 

Selain itu, akhir-akhir ini kita juga diramaikan oleh berita mengenai PCC, yaitu campuran obat dari paracetamol, kafein, dan carisoprodol. Ketiga obat ini dikenal dengan merek dagang Somadril. Secara terpisah, paracetamol memiliki sifat antinyeri. Obat ini dijual bebas dan biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama saat mengalami nyeri kepala, demam, dan sakit gigi.

 

Kafein merupakan zat aktif yang ada di dalam kopi. Zat aktif ini dapat meningkatkan konsentrasi, efektivitas daya pikir, dan cenderung dapat menimbulkan rasa keinginan untuk mengonsumsinya terus. Sedangkan carisoprodol sendiri merupakan obat untuk melemaskan otot, yang bisa memberikan efek sedatif.

Baca juga: Narkoba, Dapat Membuat Sakau Hingga Merusak Otak!

 

Somadril sebenarnya pernah beredar di Indonesia, namun sudah ditarik dari peredaran beberapa tahun yang lalu karena penyalahgunaan yang sering terjadi. Penghentian obat-obatan ini jika dilakukan secara mendadak juga dapat memberikan gejala yang tidak baik, sehingga cara yang baik adalah menurunkan dosis perlahan-lahan.

 

Namun yang sering salah kaprah pada penyalahgunaan obat di Indonesia adalah penggunanya sering dianggap sebagai ‘penjahat’. Padahal, sebenarnya selalu ada faktor pendorong mereka untuk menggunakan obat-obatan tersebut, antara lain beban kerja yang terlalu berat, tekanan dari lingkungan sekitar, serta rasa cemas dan depresi. Seharusnya yang kita lakukan adalah merangkul para pengguna obat ini, agar mereka lebih terbuka kepada anggota keluarga dan lingkungan sekitar. Jadi, mereka tidak akan melarikan diri ke obat-obatan ini.

Baca juga: Sama dengan Narkoba, Junk Food Juga Bikin Ketagihan!