Perselisihan dan argumentasi sudah pasti akan terjadi dalam sebuah hubungan. Pada beberapa pasangan, ada sebuah bentuk ekspresi kemarahan yang dilakukan ketika bertengkar, yaitu silent treatment atau mendiamkan pasangan, bahkan cenderung tidak mengacuhkan keberadaan pasangan.

 

Jangan terkecoh dengan istilah “silent” karena tindakan ini bisa dihitung sebagai kekerasan, lho! Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi pasangan yang senang memilih “hukuman diam” ini ketika bertengkar? Yuk, kita bahas lebih lanjut di sini.

 

Diam Tidak Selalu “Emas”

Secara definisi, silent treatment adalah penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan pasangan atau orang lain. Mereka yang menggunakan silent treatment bahkan dapat menolak untuk mengakui keberadaan orang lain atau pasangannya.

 

Sekilas gaya ngambek seperti ini menjadi gaya khas wanita ketika marah, ya. Namun jangan salah, silent treatment ini bisa dilakukan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, dan dalam macam-macam bentuk hubungan, bisa hubungan antara kekasih, pernikahan, orang tua-anak, hingga guru-murid.

 

Dalam banyak kasus, menggunakan silent treatment bukanlah cara yang produktif untuk mengatasi perselisihan. Ketika salah satu pihak ingin membicarakan masalah yang terjadi, tetapi pihak yang lain menarik diri, hal tersebut dapat menyebabkan emosi negatif, seperti kemarahan dan stres. Inilah yang membuat silent treatment dapat membuat seseorang merasa diabaikan dan tidak dihargai. 

 

Bisa pula, seseorang dengan pasangan yang senang menghindari konflik memilih untuk melanjutkan perselisihan karena tidak memiliki kesempatan untuk membahas keluhannya. Pada akhirnya, silent treatment ini dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan.

 

Baca juga: Mencukur Rambut Bayi Bisa Membuat Rambutnya Tebal?

 

Tak sampai di situ saja, silent treatment malah bisa menjadi bentuk kekerasan emosional, lho. Pasalnya, seseorang menggunakan perlakuan diam ini untuk mengontrol dan memanipulasi orang lain.

 

Mendiamkan seseorang digunakan sebagai alat untuk mengerahkan kekuasaan atas seseorang atau menciptakan jarak emosional, sehingga satu pihak merasa terkucil, tidak percaya diri, dan merasa tidak berdaya.

 

Ada beberapa tanda yang bisa menjadi indikator bahwa silent treatment sudah menjurus ke dalam bentuk kekerasan dalam sebuah hubungan, yaitu:

  • Berniat untuk menyakiti dengan sikap diamnya.
  • Mendiamkan dalam waktu yang lama.
  • Kondisi tersebut hanya akan berakhir jika pihak yang melakukannya ingin bicara lagi.
  • Ia berbicara dengan orang lain, tetapi tidak dengan pasangannya.
  • Mengajak orang lain untuk mendiamkan pasangan.
  • Menggunakan perilaku ini untuk menyalahkan pasangannya dan membuat pasangan merasa bersalah.
  • Menggunakan keheningan untuk memanipulasi, "memperbaiki" pasangan, atau untuk menekan pasangan dengan tujuan mengubah perilaku pasangan.

 

Baca juga: Aurel Hermansyah Keguguran, Apa yang Bisa Suami Lakukan Jika Istri Keguguran?

 

 

Bagaimana Cara Menghadapinya?

Menghadapi perselisihan, baik yang “ramai” maupun yang “senyap” seperti silent treatment, memang tidak mengenakkan. Kendati demikian, tentu saja harus dihadapi dengan baik. Khusus untuk kondisi seperti ini, yang bisa Mums lakukan antara lain:

 

1. Lakukan pendekatan lembut

Pendekatan yang lembut bisa menjadi cara yang baik untuk memulai percakapan. Katakan dengan tenang kepada pasangan, Mums menyadari bahwa ia tidak merespons dan Mums ingin memahami alasannya. Tekankan bahwa Mums ingin menyelesaikan isu yang menjadi penyebabnya. Mums pun tetap memiliki tanggung jawab untuk meminta maaf jika telah melakukan kesalahan.

 

Apabila pasangan tidak tampak reseptif, beri tahu kepadanya bahwa Mums memahami ia mungkin perlu waktu untuk menyendiri. Kemudian, nyatakan bahwa Mums ingin membicarakannya baik-baik dan menyelesaikan masalah.

 

2. Ungkapkan perasaan Mums

Beri tahu pasangan bagaimana perlakuan diam itu menyakitkan serta membuat Mums frustrasi dan sendirian. Bukan itu yang Mums inginkan atau butuhkan dalam suatu hubungan.

 

Jelaskan bahwa Mums tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara ini, kemudian perjelas masalah tersebut. Jika perilaku semacam ini benar-benar terasa mengganjal untuk pernikahan Mums, nyatakan dengan jelas.

 

3. Tenang dan atur waktu untuk menyelesaikan masalah

Terkadang, seseorang mungkin melakukan silent treatment kepada orang lain karena ia terlalu marah, terluka, atau kewalahan untuk berbicara. Ia mungkin takut mengatakan sesuatu yang memperburuk situasi.

 

Dalam kasus ini, memang akan sangat membantu jika ia meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum berhadapan kembali dengan Mums untuk membahas masalah yang terjadi. Konselor menyebutnya "meluangkan waktu untuk menyendiri".

 

4. Abaikan

Bagaimana cara mengabaikan sikap dingin pasangan ketika hati sebenarnya juga sedang kesal didiamkan? Beraktivitaslah seperti biasa seolah-olah perlakuan diamnya tidak mengganggu Mums.

 

Memang ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi coba alihkan perhatian Mums dengan melakukan hal yang selama ini ditunda karena sibuk mengurus pasangan atau menonton film lucu agar emosi negatif teralihkan.

 

Kembali lagi, diam tidak selalu baik. Jika sikap diam pasangan menyakiti dan menyiksa Mums, tak perlu menunggu lama untuk mengungkapkannya sampai luka itu terlalu dalam. Be strong, Mums! (AS)

 

Baca juga: Perlukah Memisahkan Mainan untuk Bayi Laki-laki dan Bayi Perempuan?

 

Referensi

Psychology Today. Silent Treatment.

Medical News Today. Silent Treatment

All Pro Dad. Silent Treatment.