Seluruh orang tua dengan anak di bawah 5 tahun mungkin sedang cemas saat ini ya Mums, menyusul kasus lebih dari 200 anak yang terdiagnosis gagal ginjal akut. Sebagian anak tidak bertahan dan meninggal. Menyusul kejadian yang menghebohkan ini, mulai18 Oktober 2022, Kementerian Kesehatan membuat keputusan untuk melarang sementara penggunaan obat sirup atau cair. 

 

Melalui konferesi pers virtual pada  Rabu, 19 Oktober 2022, juru bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril, menjelaskan, saat ini total ada 206 anak yang dilaporkan mengalami gagal ginjal akut misterius. Dari total tersebut, ada 99 anak di antaranya meninggal dunia.

 

"Tingkat kematian 48 persen. Angka kematian khususnya di RSCM sebagai RS rujukan nasional ginjal mencapai 68 persen," jelas dr. Syahril 

 

Kematian disebabkan oleh kerusakan ginjal akut. "Ginjal adalah pusat metabolisme, organ yang sangat penting. Ketika ginjal rusak terjadi gangguan metabolisme yang juga mengganggu konerja organ lain. Gagal ginjal artinya ginjal tidak bisa melakukan fungsinya sebagai alat metabolisme tubuh, ditandai dengan frekuensi kencing dan jumlah urine sangat sedikit, bahkan tidak terjadi produksi urine. Tingkat kematian tinggi pada kasus ini karena pasien sudah masuk ke fase ini," jelasnya.

 

Baca juga: Aduh, Kenapa nih, Ratusan Balita Kena Gagal Ginjal Misterius?

 

Seluruh Obat Sirup/Cair Dihindari, Tidak Hanya Parasetamol

Dr. Syahril menjelaskan, sampai saat ini penyebab pasti gagal ginjal akut belum ditemukan, masih diteliti. Yang jelas, dari hasil pemeriksaan tidak ada hubungan kejadian dengan virus penyebab Covid-19 maupun vaksin Covid-19. Hal ini karena sebagian besar korban adalah anak kurang dari 6 tahun, dan mereka tidak masuk dalam program vaksin Covid-19.

 

Saat ini, lanjut dr. Syahril, Kemenkes, BPOM dan IDAI, disertai ahli epidemiologi dan pusat laboratorium forensik tengah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari penyebab pasti. Pemeriksaan yang dilakukan adalah terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien, untuk menemukan jejak senyawa yang berpotensi menyebabkan gejala gagal ginjal akut. BPOM dan Kemenkes terus meneliti hal ini termasuk faktor risiko lain.

 

Untuk meningkatkan kewaspadaan, Kemenkes meminta petugas kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obat dalam bentuk sediaan sirup sampai penelitian tuntas. Kemenkes juga meminta seluruh apotik untuk sementara tidak menjual obat bebas dan obat bebas terbatas dalam bentuk cair atau sirup.

 

Lantas, apa pengobatan yang bisa menggantikan obat sirup? Dr. Syahril menjelaskan, seluruh masyarakat untuk melakukan pengobatan anak tidak dalam bentuk cair atau sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

 

"Sebagai alternatif bisa diberikan obat dalam bentuk sediaan lain seperti tablet, kapusl, supositoria, dan lain-lain. Jika anak mengalami gejala berupa penurunan jumlah air kencing dan frekuensi buang air kecil segera ke dokter baik dengan atau tanpa disertai diare, demam dan mual atau muntah," jelas dr. Syahril

 

Jika membawa anak ke dokter dengan keluhan tersebut, keluarga pasien diharap membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya.

 

Baca juga: Waspada Mums, Penyebab Gagal Ginjal Akut pada Anak Masih Misterius!

 

Ini Pengganti Obat Sirup

Ditanya senyawa apa yang terkandung dalam obat sirup/cair sehingga terpaksa dihentikan penggunaannya sementara, dr. Syahril mengutip hasil penelitian di Gambia. Di sana, kasus kematian akibat gagal ginjal akut terlebih dulu merebak. Hasil penelitian menunjukkan, senyawa dietilen glikol dan etilen glikol lah sebagai zat dalam obat cair/sirup yang kemungkinan membahayakan ginjal. 

 

Menurut WHO, senyawa ini bisa sangat toksik hingga merusak ginjal dengan cepat. Meskipun belum terbukti, namun sebagai  bentuk kewaspadaan, maka seluruh obat sirup/cair dihentikan untuk sementara, sampai ada hasil penelitian yang jelas. 

 

Obat sirup atau cair yang diwaspadai tidak hanya parasetamol, namun seluruh obat lainnya. Jika Mums dan keluarga selalu mengandalkan parasetmol sirup untuk mengatasi demam si Kecil, tetap ada alternatif penggantinya yaitu parasetamol dalam bentuk tablet, kapsul atau supositoria.

 

Lakukan langkah-langkah berikut untuk menurunkan demam anak, menurut petunjuk dari dr. Kurniawan Satria Denta, SpA yang dihubungi Teman Bumil/Guesehat. 

  1. Penuhi kebutuhan cairan, dipersering minumnya, ASI atau cairan sehat yang cukup.
  2. Kompres hangat.
  3. Pemberian obat hanya sesuai petunjuk dokter. Jika perlu obat, bisa menggunakan obat selain sirup atau konsultasikan dengan petugas kesehatan. 

 Kemenkes menghimbau orang tua waspada jika anak (terutama balita) mengalami penurunan volume urine, atau jarang kencing dan disertai demam, diare dan gejala lain.

 

Baca juga: Bolehkah Anak Dimandikan Jika Demam?

 

 

 

Sumber: Konferensi Pers Kementerian Kesehatan, 18 Oktober 2022.