Setiap orang membutuhkan seorang teladan dalam kehidupannya. Dalam agama Islam dan seperti yang tertulis di dalam Al-Quran, sosok yang wajib dijadikan teladan oleh semua umat Muslim yang beriman adalah Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan sosok manusia paling sempurna (insan kamil) dan selalu menjaga kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini, yuk kita ulas beberapa nilai mulia yang beliau ajarkan sebagai suami dan ayah.

 

Sosok Nabi Muhammad Sebagai Suami

Nabi Muhammad memainkan banyak peran selama hidupnya. Ia adalah seorang nabi, ayah, pemimpin perang, hakim, pemimpin umat Islam, dan tentunya seorang suami. Seperti yang dikisahkan oleh para sahabat Nabi, keteladanan Nabi sebagai suami antara lain:

 

  • Tidak gengsi mengerjakan pekerjaan rumah tangga

Nabi Muhammad SAW hidup di era dan tempat patriarki menjadi norma yang mutlak. Namun dalam hubungannya dengan istri tercinta, Rasulullah menunjukkan bahwa pernikahan adalah hubungan yang dilandasi oleh rasa saling mencintai, percaya, dan menghormati.

 

Dia mengajarkan bahwa pernikahan tidak menempatkan suami di posisi yang lebih unggul daripada istri. Sikap tersebut ia tunjukkan dengan tak segan untuk mengerjakan tugas rumah tangga agar tidak memberatkan istrinya. 

 

Seperti yang diriwatkan, “Seseorang bertanya kepada Sayyidah ‘Aisyah ra: Apakah Nabi Saw juga bekerja di rumah? Sayyidah ‘Aisyah menjawab: Ya! Nabi Saw itu (di rumah) menggosok sandalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri, dan mengerjakan sesuatu di rumah sebagaimana kalian bekerja di rumah. (HR. Imam Ahmad)

 

  • Bersikap romantis kepada istri

Nabi Muhammad dikenal luas sebagai sosok yang sangat menghormati wanita dan juga memerintahkan para sahabat untuk memperlakukan wanita dengan hormat. Sebagai suami, Nabi Muhammad adalah seorang suami yang sangat romantis kepada istri-istrinya.

 

Berdasarkan riwayat yang menceritakan tentang beliau, Nabi Muhammad mengecup mesra istrinya, mandi bersama istrinya, tidur di pangkuan istri, memanggil istri dengan panggilan khusus, dan banyak lagi. Lebih romantisnya lagi, Nabi Muhammad bahkan punya cara tertentu untuk memadamkan amarah istrinya.

 

“Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.’” (Ibnus Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah [nomor 454] meriyawatkan dari Sayyidah Aisyah RA).

 

Baca juga: Semua Mums yang Mengerjakan? Yuk, Kenali 5 Tanda Suami Absen dari Pengasuhan Anak

 

Sosok Nabi Muhammad Sebagai Ayah

Figur ayah, seperti halnya ibu, adalah pilar penting dalam perkembangan kesejahteraan emosional anak. Anak membutuhkan sosok ayah untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun emosional.

 

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika seorang anak tumbuh besar dengan sosok ayah yang penuh kasih sayang, akan sangat memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Ini juga menanamkan rasa kesejahteraan dan kepercayaan dirinya.

 

Salah satu peran yang sangat dinikmati oleh Nabi Muhammad adalah menjadi seorang ayah. Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad SAW dikaruniai 7 orang anak, yaitu 4 perempuan dan 3 laki-laki. Ada banyak hadis yang menceritakan bahwa beliau memperlakukan keluarganya dengan kasih sayang yang berlimpah. Beberapa tindakan beliau yang patut diteladani antara lain:

 

  • Ekspresif mengungkapkan rasa sayang kepada anak-anaknya

Untuk membesarkan seseorang yang penuh cinta, harus diawali dengan pola asuh yang penuh cinta. Seperti itulah yang Nabi Muhammad lakukan kepada anak-anaknya. Beliau tak segan untuk mengekspresikan kasih sayangnya dalam bentuk tindakan.

 

Abu Hurairah menuturkan, suatu saat Nabi Muhammad mengunjungi Ibrahim, sedangkan Ibrahim menghampiri beliau dengan tubuh kotor berlumur debu. Rasul tetap memeluk dan menciumi putranya. Abu Hurairah juga menyaksikan sebuah kejadian melihat Nabi Muhammad memberikan ciuman kepada putranya, Hasan:

 

“Saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium salah satu dari mereka, maka Rasulullah berkata: Barang siapa tidak menunjukkan belas kasihan (kepada anak-anaknya), tidak ada belas kasihan akan ditunjukkan kepadanya.” [Sahih Muslim]

 

Baca juga: Persiapan untuk Menjadi Suami Siaga

 

 

  • Mau mendengarkan anak dan tidak otoriter

Sering sekali kita lupa bahwa menjadi orang tua bukan berarti berada di posisi yang lebih tinggi daripada anak. Dengan menjadi orang tua yang perhatian dan mau mendengarkan keluh kesah anak, justru akan membantunya menjadi pribadi yang percaya diri, mampu mengelola stres dengan baik, serta merasa berdaya karena keberadaan dan perasaannya dihargai.

 

Begitu pula yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Sebagai ayah yang bijak, Nabi Muhammad bukanlah sosok otoriter. Ketika mengambil keputusan yang menyangkut anak, beliau mengajak musyawarah terlebih dahulu.

 

Sebagai contoh, ketika Ali melamar Fathimah, lamaran itu beliau musyawarahkan terlebih dulu dengan putri tercintanya. Di sini juga terlihat bahwa Nabi Muhammad adalah sosok ayah yang memandang anaknya sama, tidak dibeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin ataupun sifatnya. 

 

Keteladanan di atas hanyalah sebagian dari begitu banyak sikap sempurna Nabi Muhammad semasa hidupnya. Dari sini pun terjawab, bahwa kita bisa mencintai, mengagumi, atau meneladani seseorang tanpa mengetahui gambaran fisik atau paras wajahnya. (AS)

 

Baca juga: Survei Teman Bumil, Masalah Keuangan Memicu Stres Selama Pandemi

 

Referensi

Nu Online. Nabi Muhammad SAW

Muslim. Sg. Prophet Muhammad

Pediatrics of Franklin. Father in Child’s Life